Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Belajar dari Microsoft, Pemerintah Ingin Apple Investasi Besar di RI

Belajar dari Microsoft, Pemerintah Ingin Apple Investasi Besar di RI

Jakarta, CNBC Indonesia – Nasib iPhone 16 masih belum jelas di Indonesia. Pemerintah ingin investasi Apple yang sudah menjadi raksasa teknologi global bisa lebih besar untuk memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang menjadi syarat untuk menjual iPhone 16.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid membandingkan nilai investasi Microsoft yang lebih besar. Sebagai informasi, Microsoft menggelontorkan dana US$1,7 miliar untuk Indonesia tahun lalu.

“Jadi maksudnya kami juga tentu mengharapkan investasi yang lebih besar dari Apple. Karena sudah ada investasi-investasi lainnya yang juga besar. Sementara Apple kan kita tahu juga perusahaan raksasa dunia,” jelas Meutya ditemui di kantor Komdigi, Kamis (9/1/2025).

Dia menjelaskan penghitungan nilai investasi sejatinya menjadi kewenangan Kementerian Investasi dan Kementerian Perindustrian. Sementara pihaknya mengatur kebijakan dan keputusan dari Kementerian Perindustrian.

Ditanyakan soal kesiapan SDM Indonesia, dia mengatakan seharusnya bisa dipersiapkan dengan membangun pabrik. Dengan begitu bisa dilakukan bersama-sama, bukan lagi saling tunggu-tungguan.

“Jadi jangan menjadi kayak ayam dan telur, tunggu-tungguan. Jadi investasi baik dalam bentuk pabrik, apapun juga bentuk kompetensi SDM ya harus jalan bersama. Tidak bisa memilih satu,” dia menuturkan.

Rombongan Apple termasuk Vice President of Global Government Affairs Nick Ammann diketahui berkunjung ke Kementerian Perindustrian dan Kementerian Investasi dan Hilirisasi pada Selasa (9/1/2025). Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani menjelaskan Apple akan membangun pabrik Airtag di Batam.

Namun ternyata ini tak menjawab polemik TKDN yang dialami Apple. Hal ini membuat iPhone 16 belum juga bisa masuk ke Indonesia.

Menteri Perindustrian Agus menjelaskan alasan Apple tidak berinvestasi membangun pabrik ponsel di negara lain. Namun dia mengatakan selalu ada pertama kali dan bisa dilakukan di Indonesia.

“Mereka selalu mengatakan bahwa mereka tidak pernah investasi dengan membangun HKT negara lain. Mereka mengatakan pada kami seperti itu,” ujar Agus.

Lebih lanjut, Agus mengatakan menghargai pembangunan Airtag. “Dia tetap membangun manufaktur itu yang kita hargai. Terus nanti produk dari ICT yang memproduksi Airtag itu akan di ekspor, membuat devisa, itu betul-betul kami hargai.” pungkasnya.

(fab/fab)