Pasuruan (beritajatim.com) – Fenomena musik ekstrem atau ‘battle sound horeg’ kini merambah ke wilayah laut, salah satunya terjadi di perairan Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Kegiatan tersebut menjadi sorotan karena dinilai mengganggu ekosistem laut dan menarik perhatian lembaga riset internasional.
Sebuah rekaman video warga menunjukkan sejumlah kapal nelayan memutar musik dengan volume sangat tinggi saat perayaan Hari Raya Ketupat.
Suara yang dihasilkan mencapai tingkat kebisingan 135 desibel, melebihi batas aman untuk manusia dan satwa laut.
Lembaga kelautan Amerika Serikat, NOAA, menyebut kebisingan di atas 120 desibel dapat mengganggu komunikasi mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba. Gangguan ini dapat menimbulkan stres, perubahan perilaku, bahkan kematian bagi hewan-hewan tersebut.
Selain berdampak pada hewan, tekanan suara dari battle sound horeg juga berisiko merusak struktur terumbu karang. Padahal, terumbu karang merupakan habitat alami bagi ribuan spesies laut yang penting bagi keseimbangan ekosistem.
Kasi Humas Polres Pasuruan Kota, Aipda Junaidi, membenarkan adanya kegiatan musik ekstrem di atas kapal tersebut. Menurutnya, aksi ini merupakan bentuk spontanitas masyarakat saat merayakan tradisi lokal di wilayah pesisir.
“Kegiatan itu terjadi saat Lebaran Ketupat dan dilakukan secara spontan oleh warga setempat,” jelas Aipda Junaidi saat dikonfirmasi, Minggu (18/5/2025).
Terkait dampak yang ditimbulkan, Aipda Junaidi menilai perlu adanya penelitian lebih lanjut oleh dinas terkait. Ia menyebutkan bahwa pihak kepolisian siap mendukung langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menanggulangi dampak negatifnya.
“Kami harap ada kajian dari dinas lingkungan dan perikanan terkait efek suara terhadap laut,” tambahnya.
Saat ini, kegiatan sound horeg di darat seperti Sahur on The Road sudah dilarang karena gangguannya yang masif. Polisi membuka opsi untuk berkoordinasi dengan Dinas Perikanan demi membahas kemungkinan pelarangan aktivitas serupa di laut.
“Ke depan, akan kami bahas kemungkinan pelarangan battle sound di laut bersama instansi terkait,” tutup Aipda Junaidi. (ada/ted)
