Mengenai tantangan yang dihadapi dalam proses penyaluran Atensi Yapi, Hanif menuturkan KPM yang hendak ditemui kadang sulit dihubungi dan alamatnya susah dicari.
“Kesulitannya mungkin jika KPM-nya didatangi tidak ada dan sulit dihubungi. Setelah sampai rumah si KPM tersebut masih sekolah atau bepergian. Solusinya, saya mencari petugas kelurahan atau PSM untuk bisa janjian supaya tidak gagal bayar atau tidak ketemu KPM tersebut,” katanya.
Hanif berharap bantuan Atensi Yapi tersebut dapat tersalurkan kepada seluruh penerima dan bermanfaat membantu meringankan beban ekonomi penerima.
“Harapannya bisa 100 persen dan harapannya juga bisa bermanfaat bagi penerima bantuan ini,” ucapnya.
Sementara itu salah satu penerima bantuan Atensi Yapi, Rizki, mengungkapkan rasa syukurnya atas bantuan yang telah diterimanya.
“Terima kasih bantuannya kepada pemerintah. Bantuan ini bermanfaat, karena saya dapat membeli peralatan sekolah dan buku-buku untuk menulis,” ucap Rizki.
Untuk diketahui, bantuan sosial (bansos) Atensi Yatim Piatu (Yapi) merupakan program pemerintah yang dirancang untuk memberi dukungan finansial kepada anak-anak yang telah kehilangan orang tuanya. Dengan adanya bansos Atensi Yapi, pemerintah berupaya meringankan beban hidup anak yatim piatu, serta memastikan mereka mendapatkan akses yang lebih baik terhadap pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan mendasar lainnya.
Bantuan Atensi Yapi disalurkan kepada penerima manfaat berupa uang tunai sebesar Rp200 ribu per bulan. Dana tersebut biasanya dicairkan secara kumulatif dan bertahap dengan jadwal dua bulan atau tiga bulan sekali.
Dengan begitu, setiap penerima akan mendapatkan nominal dana bansos sebesar Rp400 ribu atau Rp600 ribu dalam sekali pencairannya. Jika ditotal selama satu tahun penuh, maka penerima manfaat bansos Atensi Yapi 2024 memperoleh bantuan senilai total Rp2,4 juta.