Bisnis.com, JAKARTA — Bank of Japan (BOJ) menaikkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 30 tahun. Langkah tersebut menegaskan keyakinan bank sentral bahwa inflasi di Jepang semakin menguat.
Melansir Bloomberg pada Jumat (19/12/2025), Dewan kebijakan BOJ yang dipimpin Gubernur Kazuo Ueda sepakat menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,75% dalam keputusan bulat, sebagaimana tercantum dalam pernyataan resmi pada Jumat (19/12/2025).
Bank sentral Jepang itu menilai peluang terealisasinya proyeksi ekonomi semakin besar. Langkah ini telah diperkirakan seluruh 50 ekonom yang disurvei Bloomberg.
BOJ menegaskan siklus pengetatan moneter belum berakhir. Bank sentral menyatakan akan terus menaikkan biaya pinjaman jika prospek ekonominya terwujud, seraya mencatat inflasi inti masih meningkat secara moderat.
Pasca pengumuman tersebut, yen melemah terhadap dolar AS dan diperdagangkan di kisaran 156, mengindikasikan kenaikan suku bunga telah sepenuhnya diantisipasi pasar.
Kebijakan tersebut menegaskan tekad Ueda untuk melanjutkan normalisasi suku bunga seiring inflasi yang kian mengakar dalam perekonomian. Hal itu merupakan pergeseran besar setelah pecahnya gelembung properti pada awal 1990-an yang memicu dekade panjang tekanan harga yang lemah.
Data yang dirilis sebelumnya menunjukkan indikator utama harga konsumen naik 3% pada November 2025, memperpanjang periode inflasi yang berada di atau di atas target 2% BOJ menjadi 44 bulan berturut-turut.
Meski kemunculan Sanae Takaichi sebagai perdana menteri pada Oktober sempat memunculkan keraguan atas ruang gerak Ueda dalam menormalisasi kebijakan, biaya politik dari tekanan inflasi yang berlanjut serta pelemahan yen membuat pemerintah tidak menghalangi langkah BOJ.
Ueda juga menaikkan biaya pinjaman untuk pertama kalinya sejak Januari 2025 setelah data ekonomi menunjukkan tarif Presiden AS Donald Trump tidak memberikan dampak besar terhadap ekonomi Jepang.
Selain itu, berbagai serikat pekerja menetapkan target dalam perundingan upah tahunan yang sejalan dengan tahun lalu—yang menghasilkan kenaikan upah bersejarah—menandakan momentum kenaikan upah masih terjaga.
Fokus pasar kini tertuju pada waktu kenaikan berikutnya. Mayoritas pengamat BOJ memperkirakan laju pengetatan akan berlangsung sekitar sekali setiap enam bulan.
Langkah ini menegaskan posisi BOJ sebagai pengecualian di antara bank sentral global tahun ini, sebagai satu-satunya yang menaikkan suku bunga. Pekan lalu, Federal Reserve AS memangkas suku bunga The Fed untuk ketiga kalinya tahun ini.
Meski demikian, setelah kenaikan terbaru, suku bunga Jepang masih berada jauh di bawah tingkat inflasinya, sementara biaya pinjaman di AS lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan harga—menunjukkan konvergensi kebijakan kedua negara.
Selisih suku bunga Jepang-AS telah menyempit 125 basis poin sepanjang tahun ini. Namun, penyempitan tersebut belum membalikkan tren di pasar valuta asing, dengan pelemahan yen masih berlanjut. Level saat ini di sekitar 156 per dolar AS dibandingkan rata-rata 20 tahun sebesar 111,61.
Kenaikan suku bunga ini menjadi keputusan bulat pertama di bawah kepemimpinan Ueda, mencerminkan soliditas internal setelah dua dari sembilan anggota dewan sebelumnya menolak mempertahankan suku bunga pada dua pertemuan terakhir.
Kendati demikian, dua anggota dewan masih menyampaikan keberatan terhadap deskripsi prospek harga yang disampaikan bank sentral.
Ueda dijadwalkan menjelaskan pertimbangan kebijakan dan arah suku bunga ke depan dalam konferensi pers yang biasanya dimulai pukul 15.30 waktu setempat.
