Bisnis.com, JAKARTA — Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap soal keberhasilan penanganan kerusuhan dibandingkan dengan sejumlah negara lain.
Hal tersebut disampaikan Sigit dalam kegiatan Rilis Akhir Tahun (RAT) Polri di Mabes Polri, Jakarta pada Selasa (30/12/2025).
Mulanya, dia mengungkap soal fenomena kerusuhan di Nepal pada September 2025. Kerusuhan ini telah berdampak pada 72 orang meninggal dunia, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi hingga kerugian uang triliunan.
Selanjutnya, kerusuhan di Myanmar pada Desember 2025 yang menyebabkan defisit anggaran mencapai 6,9% dari PDB, dan muncul ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan negara, serta masyarakat tidak dapat beraktivitas dengan normal.
“Kemudian di Brasil pada tanggal 28 Oktober 2025 terjadi baku tembak di Rio de Janeiro antara Polri dan kartel narkoba yang ada di sana yang mengakibatkan 5 petugas dan 121 warga meninggal,” kata Sigit.
Sama dengan negara lainnya, kerusuhan ini telah membuat sektor perekonomian di Brasil ikut terdampak dan lumpuh, pusat perbelanjaan terdampak, transportasi terganggu hingga menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap hukum.
Berkaca dari peristiwa kerusuhan di sejumlah negara itu, Sigit mengungkap Indonesia juga sempat mengalami kerusuhan pada akhir Agustus 2025. Peristiwa ini disebut dengan “Agustus Kelabu” ataupun “September Gelap”.
Berbeda dengan negara lain, Indonesia justru diklaim bisa memitigasi dampak serius akibat kerusuhan tersebut.
“Namun, alhamdulillah kita semua, Indonesia, mampu melewati seluruh tantangan tersebut sehingga peristiwa yang terjadi dapat segera kita atasi, dan dampak serius yang terjadi bisa kita mitigasi sehingga tidak terjadi seperti di negara-negara lain,” tutur Sigit.
Jenderal bintang empat ini pun langsung memberikan apresiasi kepada anggota Polri dan dukungan dari stakeholder terkait atas keberhasilan menjaga Kamtibmas di akhir Agustus lalu.
“Kondisi keamanan bisa kita pulihkan, dan masyarakat bisa beraktivitas kembali dengan normal,” pungkasnya.
