Bagaimana Mengetahui Seseorang Haji Mabrur? Ini 3 Tandanya

Bagaimana Mengetahui Seseorang Haji Mabrur? Ini 3 Tandanya

Jakarta, Beritasatu.com – Jemaah haji Indonesia dijadwalkan pulang ke Tanah Air mulai Rabu (11/6/2025) hingga Kamis (10/7/2025). Salah satu harapan terbesar yang disematkan kepada jemaah sepulang dari tanah suci adalah agar mereka menjadi haji mabrur, sebuah gelar spiritual yang dicita-citakan oleh seluruh umat Islam yang menunaikan ibadah haji.

Haji mabrur secara umum diartikan sebagai ibadah haji yang diterima oleh Allah Swt. Istilah ini berasal dari kata “al-birr” yang berarti kebaikan atau kebajikan. Dengan demikian, haji mabrur adalah ibadah haji yang pelaksanaannya sesuai dengan syariat Islam dan melahirkan perubahan positif dalam diri pelakunya.

Menurut berbagai sumber ulama dan literatur Islam klasik, haji mabrur tidak memiliki balasan lain selain surga. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim.

“Haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga”. (HR Bukhari dan Muslim)

Ciri-ciri Seseorang Menjadi Haji Mabrur

Meskipun predikat haji mabrur adalah hak mutlak Allah Swt, tetapi ada beberapa ciri-ciri yang biasa tampak pada seseorang yang ibadah hajinya diterima.

1. Thayyibul kalam (santun dalam bertutur kata)

Salah satu indikator haji mabrur adalah kemampuan menjaga lisan. Seorang yang telah menunaikan haji dengan baik akan meninggalkan ucapan-ucapan yang kasar, menyakitkan, atau merendahkan. Ia akan lebih banyak menggunakan kata-kata yang menenangkan, sopan, dan menghargai orang lain.

Hal ini ditegaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hakim: “Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur. Beliau berkata: ‘Memberikan makanan dan santun dalam berkata’,”.

2. Ifsya’us salam (menebarkan kedamaian)

Seorang haji mabrur akan mencerminkan sifat damai dalam sikap dan perilakunya. Ia tidak menjadi penyebab kerusuhan, pertengkaran, atau perpecahan. Sebaliknya, dia berusaha menenangkan situasi, menyatukan perbedaan, dan menyebarkan semangat persaudaraan di masyarakat.

Hadis Musnad Imam Ahmad juga menyatakan: “Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?’ Rasulullah menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian’,”.

3. Ith‘amut tha‘am (memiliki kepedulian sosial)

Haji yang mabrur akan tumbuh menjadi pribadi yang peduli terhadap sesama, terutama mereka yang berada dalam kesulitan. Kepedulian tersebut tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam sikap empati, membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan, dan aktif dalam kegiatan sosial yang bermanfaat.

Ciri Haji Mabrur Menurut Kitab Fiqh Sunnah

Dalam “Kitab Fiqh Sunnah” karya Sayyid Sabiq, terdapat penekanan pada perubahan spiritual dan sikap hidup setelah berhaji. Beberapa ciri tambahan dari haji mabrur menurut kitab tersebut seperti berikut ini.

Menjadi lebih zuhud, yaitu hidup sederhana dan tidak berlebihan dalam urusan duniawi.Tidak tergoda oleh gemerlap dunia, serta menjauh dari sikap konsumtif dan materialistik.Mengutamakan akhirat, dalam arti menjadikan nilai-nilai akhirat sebagai pedoman dalam hidup sehari-hari, termasuk dalam bekerja dan bermasyarakat.Ciri-ciri ini menekankan haji mabrur bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga mencerminkan perubahan karakter dan gaya hidup yang lebih baik setelah pulang dari tanah suci.Kiat Meraih Haji Mabrur

Dikutip dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI), terdapat sejumlah ikhtiar atau usaha yang dapat dilakukan oleh jemaah haji agar ibadah mereka diterima sebagai haji mabrur.

Niat yang ikhlas karena Allah Swt

Seluruh rangkaian ibadah haji harus diniatkan semata-mata untuk mencari rida Allah, bukan karena ingin dipuji atau meraih status sosial.

Menghindari ria dan menonjolkan diri

Sikap ria, atau melakukan ibadah agar terlihat baik di mata orang lain, dapat merusak keikhlasan dan menurunkan kualitas ibadah.

Bertakwa kepada Allah Swt

Takwa menjadi dasar dari semua ibadah yang diterima. Seorang haji harus tetap menjaga ketaatannya kepada Allah selama dan setelah berhaji.

Menggunakan biaya yang halal

Keberangkatan haji harus dibiayai dengan harta yang bersih dan halal, karena sumber dana yang tidak halal bisa menjadi penghalang diterimanya ibadah.

Sabar, tawakal, dan bersyukur

Ibadah haji penuh dengan ujian, baik fisik maupun mental. Oleh karena itu, kesabaran dan sikap pasrah kepada Allah sangat diperlukan.

Memperbanyak zikir dan doa

Sepanjang ibadah haji, zikir dan doa menjadi sarana utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat hubungan spiritual.

Menjalankan seluruh rukun, wajib, dan sunah haji sesuai tuntunan

Memahami dan melaksanakan semua ketentuan ibadah haji dengan benar menjadi kunci agar haji sah dan diterima.

Menahan hawa nafsu dan menjauhi maksiat selama berhaji

Ibadah haji melatih pengendalian diri dari amarah, dendam, dan hal-hal yang dapat membatalkan pahala.

Menghindari larangan ihram

Menjaga diri dari semua perbuatan yang dilarang selama dalam keadaan ihram, seperti berburu, memotong rambut, dan bertengkar.

Meningkatkan kualitas ibadah dan kepedulian sosial setelah berhaji

Tanda haji yang diterima bisa dilihat dari peningkatan amal ibadah dan kontribusi sosial seseorang di lingkungan tempat tinggalnya.

Haji mabrur bukan hanya tujuan akhir dari rangkaian ibadah haji, melainkan juga awal dari perubahan hidup menuju ketaatan dan kepedulian sosial yang lebih tinggi.

Meski hanya Allah Swt yang berhak menentukan siapa yang meraih gelar tersebut, umat Islam tetap dianjurkan untuk berikhtiar sebaik mungkin dalam menjalankan setiap aspek ibadah haji.