B50 Masih Dikaji, Pemerintah Buka Opsi Implementasikan B45 Tahun Depan

B50 Masih Dikaji, Pemerintah Buka Opsi Implementasikan B45 Tahun Depan

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menggodok implementasi mandatory bahan bakar nabati (BBN) jenis biodiesel 50% (B50) yang direncanakan dimulai pada 2026. Pemerintah pun melirik opsi implementasi B45, sebelum berlanjut ke B50.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi menuturkan, pihaknya masih mengkaji rencana implementasi B50 usai B40 berjalan pada tahun ini.

Dia pun mengungkapkan peluang mengimplementasikan B45 pada tahun depan. Kendati demikian, kajian terkait B45 juga masih terus berjalan.

“B45 itu kita enggak pernah melakukan testing, tapi ini ada kajian memang di segmen 5% juga. Jadi kita nunggu kajian juga. Kemarin kajian baru pelaporan, kita masih kritisi banyak,” ucap Eniya di Jakarta, Rabu (17/9/2025).

Namun, pihaknya tetap berusaha mengejar target implementasi B50 tahun depan. Dia menegaskan bahwa kepastian implementasi B50 tetap terlaksana tahun depan atau tidak, berada di tangan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia.

“Kalau saya mempersiapkan sesuai harapan Pak Menteri, mempersiapkan B50, mempersiapkan secara teknis ya. Nah, nanti keputusan kan di pak menteri setelah kajiannya selesai,” tutur Eniya.

Dalam kesempatan terpisah, Eniya mengaku masih menghitung kebutuhan dan volume fatty acid methyl ester (FAME) untuk memproduksi B50. FAME merupakan bahan bakar nabati yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. 

Eniya menyebut, pihaknya belum menentukan berapa porsi FAME dalam B50. Dia mengatakan, komposisi FAME itu masih menjadi perdebatan. Menurutnya, B50 itu bisa terdiri atas 40% FAME dan 10% hydrotreated vegetable oil (HVO) atau full 50% FAME. 

“Lalu, apakah 2026 kita mulai dengan B50? Itu belum kita tentukan. Jadi kita harus lihat lagi B50 butuh [FAME]-nya berapa?” ucap Eniya dalam acara Seminar Peluang dan Tantangan Industri Bioenergi Menyongsong Indonesia Emas 2045 di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Eniya menjabarkan, jika diasumsikan B50 akan terdiri atas 50% FAME, maka kebutuhan FAME itu mencapai sekitar 20 juta ton atau tambahan alokasi minyak kelapa sawit mentah/crude palm oil (CPO) ke biodiesel sekitar 2 juta ton. Angka itu naik sebesar 5 juta ton dari kebutuhan FAME untuk produksi B40 yang sebesar 15 juta ton. 

Di sisi lain, Eniya mengatakan, Indonesia membutuhkan lima pabrik biodiesel baru untuk mengimplementasikan B50 pada tahun depan. Dia mengatakan, tiga dari lima pabrik baru yang ditargetkan, saat ini sedang dibangun. 

“Kita perlu lima [pabrik baru] dengan kapasitas besar, yang kalau ukur-ukur kapasitasnya 1.000.000 kiloliter kita perlu 5 gitu,” ucap Eniya.

Implementasi B50 pada 2026 Tergantung Hasil Uji Coba

Sementara itu, Menteri ESDM bahlil Lahadalia memastikan pemerintah masih melakukan uji coba terhadap program B50 sebelum resmi diluncurkan. Saat ini, Bahlil mengatakan bahwa Indonesia baru menerapkan B40 yang dinilai telah berjalan dengan baik. 

“Kita sekarang sedang uji coba, sekarang kan B40 sudah berjalan, alhamdulillah bagus. Ke depan kita akan dorong untuk di B50, tapi sekarang kita lagi uji coba. Apakah B45 dulu baru B50, atau langsung, nanti tunggu hasil uji cobanya,” kata Bahlil usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (11/9/2025). 

Bahlil menyebut, uji coba B50 telah memasuki tahap kedua dan ketiga. Namun ia menegaskan, program tersebut belum siap untuk dipasarkan ke masyarakat luas.

“Oh belum, belum. Nanti kita akan umumkan kalau sudah oke, sudah perform, kita akan umumkan,” ujarnya. 

Dia menambahkan bahwa komunikasi pemerintah dengan badan usaha, termasuk Pertamina, berjalan baik dalam rangka mendukung pengembangan energi terbarukan ini. 

“Komunikasi jalan, baik. Ya,” ucap Bahlil singkat.