Author: Detik.com

  • Di Mana Kami Sembunyi Saat Kematian Datang dari Langit?

    Di Mana Kami Sembunyi Saat Kematian Datang dari Langit?

    Jakarta

    Warga Kota Gaza hidup di tengah ketakutan karena serangan balasan Israel masih terus berlanjut. Namun mereka juga memiliki pilihan yang sangat terbatas untuk menyelamatkan diri.

    “Setiap kali terjadi gempuran, rasanya seperti gempa bumi menghantam gedung. Saya merasakan jantung saya berdebar ketakutan dan seluruh tubuh saya gemetar, kata Nadiya yang enggan menyebutkan nama aslinya.

    Pada Senin (09/10) pagi, dia dibangunkan oleh suara pintu dan jendela yang pecah. “Gempuran dimulai pada pukul 08.00 pagi dan berlangsung hingga tengah malam. Tidak berhenti sedetik pun.”

    Ibu dari dua anak laki-laki satu berusia lima tahun, satu lagi berusia tiga bulan tinggal di rumah susun yang baru saja dibeli dan didekorasi oleh keluarganya. Dia bertahan di sana bersama kedua anaknya, sementara suaminya – seorang dokter di organisasi bantuan internasional – menangani korban luka di lapangan.

    “Apa yang terjadi? Dan kapan itu akan berakhir? anak sulungnya bertanya. Nadiya mengatakan satu-satunya cara untuk menenangkannya adalah dengan mengatakan kepadanya bahwa “mendengar suara ledakan beberapa saat lebih lambat dari ledakan yang sebenarnya terjadi” adalah cara mengetahui bahwa mereka aman.

    Ini adalah jenis pengetahuan yang tidak diharapkan dapat dipahami oleh anak berusia lima tahun, namun bagi Nadiya, ini adalah cara terbaik saat ini.

    Bagaimanapun, ledakan masih berdampak bagi keluarganya karena bayi laki-lakinya yang berusia tiga bulan mengalami kejang-kejang dan menolak makan.

    Selama beberapa hari terakhir, Nadiya menolak meninggalkan rumahnya yang “setiap sudutnya memiliki kenangan. Namun pada Senin (09/10) malam, dia mendengar tetangganya berlari menuruni tangga sambil berteriak: “Evakuasi! Evakuasi!”

    Ibu muda itu ragu-ragu selama beberapa detik, otaknya bingung memutuskan apa yang harus dibawa. Kemudian dia menangis karena ketidakberdayaan dan ketakutan.

    Dia meninggalkan gedung tersebut bersama kedua anaknya, namun mengatakan dia tidak dapat mengenali lingkungan tersebut karena bangunan di sekitar bloknya telah rata dengan tanah.

    Dia kini berusaha untuk sampai ke rumah orang tuanya dengan selamat, namun dia berkata: “Di mana kita bisa bersembunyi ketika kematian datang dari langit?”

    Nadiya dan warga Gaza lainnya yang berbicara dengan BBC mengatakan skala kerusakan di Gaza belum pernah terjadi sebelumnya.

    ‘Tiada tempat yang aman di Gaza’

    Di kawasan lain, Dina, 39 tahun, berlindung dari serangan udara Israel bersama ibu, ayah, saudara perempuan, dan dua keponakannya di vila mereka yang memiliki taman. Mereka tinggal di daerah pesisir kelas atas, Rimal.

    Sebelum serangan Israel berlangsung, kawasan Rimal merupakan kawasan permukiman yang tenang sekitar 3km dari pusat kota.

    Pada Senin (9/10) sore, keluarga tersebut mulai mendengar suara tembakan keras di sekitar lingkungan tersebut.

    “Kami pikir kami aman di dalam rumah, namun tiba-tiba dan tanpa peringatan, jendela pecah, pintu terbanting dan terbang, kata Dina. “Beberapa bagian atap runtuh di sekitar kepala kami.”

    Karena terkejut, mereka tetap tinggal di dalam rumah yang rusak tersebut ketika enam serangan udara berikutnya menghantam daerah itu.

    Saat suasana mulai tenang, Dina dan keluarganya melarikan diri, meninggalkan segalanya.

    Mereka berlari ke rumah sakit untuk menjalani perawatan – Dina mengatakan mereka beruntung luka mereka tidak dalam.

    Ketika mereka kembali ke rumah untuk mengambil barang-barang, rumah itu rata seluruhnya.

    Mereka kini tinggal sementara bersama keluarga lain, dan Dina masih berusaha pulih dari keterkejutannya karena “kehilangan rumah, kenangan, dan tempat di mana kami dulu merasa aman”. “Tidak ada tempat yang aman di Gaza, tambahnya.

    Salah satu warga lainnya, Busha Khalidi, menceritakan betapa “mengerikan situasi di Gaza saat ini.

    Menurutnya, keputusan Israel untuk “menghukum seluruh penduduk secara kolektif adalah kejam.

    “Keponakan saya ketakutan dan hidup dalam teror, yang mereka tahu hanyalah blokade dan perang. Mereka tidak mau pergi ke mana pun tanpa ibu mereka, bahkan ketika di dalam rumah mereka sendiri, tutur Khalidi.

    “Mereka memberi tahu saya bahwa mereka sekeluarga tidur bersama, jadi kalau mereka mati, mereka akan mati bersama.

    Rumah sakit kewalahan menangani pasien

    ReutersBangunan hancur di Gaza akibat serangan balasan Israel

    Di Rumah Sakit Alshifaa yang terbesar di wilayah padat penduduk, direktur rumah sakit tersebut, Dr Mohamed Abo Suleima, mengatakan situasinya mengerikan.

    “Sedikitnya 850 orang tewas dan lebih dari 4.000 orang terluka, katanya.

    Rumah sakit ini mengandalkan generator listrik karena aliran listrik ke jalur tersebut telah terputus dan listriknya hanya cukup untuk digunakan selama tiga hari lagi, ungkapnya.

    Ketika Israel mengumumkan blokade penuh terhadap Gaza, air desalinasi kini menjadi langka di rumah sakit.

    Dr Abo Suleima mengatakan mereka sekarang memprioritaskan penggunaan air bersih hanya untuk “kasus yang menyelamatkan nyawa. Mereka juga harus menutup departemen lain di rumah sakit untuk membantu menyelamatkan nyawa.

    Sang dokter mengkhawatirkan keselamatan pasiennya, dan juga stafnya – ia mengatakan kendaraan ambulans menjadi sasaran dan seorang dokter terbunuh dalam perjalanan ke rumah sakit.

    Menurut badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), pengungsian massal telah meningkat pesat dalam 24 jam terakhir dan lebih dari 187.000 warga Gaza kini meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.

    Ketika pemboman besar-besaran terus berlanjut, organisasi tersebut telah berhasil menampung 137.500 orang, namun ada kekhawatiran bahwa kapasitasnya akan segera penuh terisi pasien.

    Tak banyak pilihan untuk menyelamatkan diri

    Di tengah situasi itu, warga sipil di Gaza tidak memiliki banyak pilihan untuk menyelamatkan diri.

    Perbatasan dengan Mesir tidak ditutup sepenuhnya, namun hanya 400 orang per hari yang diizinkan keluar-masuk, dengan daftar tunggu yang sangat panjang.

    Jalur untuk keluar dari Gaza bagi warga sipil pun selama ini tak pernah mudah, terutama sejak Israel memulai aksi pembalasan atas serangan Hamas.

    Satu-satunya pilihan bagi masyarakat adalah menyelamatkan diri ke sekolah-sekolah yang dikelola oleh PBB.

    ReutersAnak-anak Palestina yang meninggalkan rumah mereka di tengah serangan Israel, berlindung di sekolah yang dikelola PBB, di Kota Gaza

    PBB mengatakan bahwa tempat penampungan sementara mereka telah terisi 90% dan tidak bisa menampung lebih banyak orang lagi.

    Sebagian orang memilih berlindung di ruang bawah tanah rumah mereka, namun mereka dapat terjebak apabila bangunan tersebut roboh.

    Sekitar 30 keluarga telah terjebak di salah satu ruang bawah tanah pada Senin malam.

    Lebih dari 770 orang tewas dan sekitar 4.100 orang terluka dalam serangan balasan Israel di Gaza.

    Selain itu, lebih dari 187.000 orang mengungsi dan jumlahnya diperkirakan masih akan meningkat.

    Sementara di Israel, lebih dari 900 orang telah meninggal akibat serangan Hamas.

    Toko-toko kosong

    Ishaq, 27, dulu tinggal bersama ibu, ayah, saudari ipar dan kelima anaknya di lingkungan Shujaiyya.

    Setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel akan memasuki “perang yang panjang dan sulit setelah serangan Hamas pada hari Sabtu (07/10), Ishaq dan keluarganya berusaha mengantisipasi.

    Mereka mengumpulkan barang-barang mereka yang paling berharga dan masing-masing membawa tas kecil sembari mencari perlindungan di pusat kota.

    Dalam perjalanannya, keluarga beranggotakan 20 orang tersebut mencoba untuk membeli kebutuhan pokok seperti bahan makanan, namun toko-toko sudah hampir kosong karena banyak warga Gaza yang bergegas untuk membeli persediaan setelah mereka mengetahui serangan hari Sabtu.

    Mereka akhirnya bersembunyi di sebuah bangunan di tengah kota, bersama dengan keluarga lainnya.

    “Kami tinggal di sana selama 48 jam tanpa listrik atau air, kata Ishaq.

    AFPGedung-gedung hancur akibat serangan Israel ke Gaza.

    Kemudian pada Senin (09/10) malam, dia menerima pesan dari tentara Israel untuk mengevakuasi gedung tersebut pada tengah malam. Pelarian mereka hanya diterangi oleh serangan udara.

    “Yang bisa kami lihat di sekitar kami hanyalah puing-puing bangunan.

    Mereka berjalan ke sebelah utara dari pusat kota menuju salah satu kawasan pemukiman yang biasanya lebih sepi, namun mereka melihat bahwa “sebagian besar bangunan sudah rata dengan tanah”.

    Ishaq dan keluarganya telah bersembunyi selama lebih dari 12 jam di lantai bawah tanah yang gelap di sebuah bangunan yang hancur sebagian, bersama dengan 10 keluarga lainnya.

    “Kami benar-benar hidup dalam ketakutan akan apa yang akan terjadi pada kami dan kami sama-sama berdoa untuk keselamatan, katanya. Mereka masih tidak tahu apa yang harus dilakukan atau ke mana harus pergi selanjutnya.

    ‘Tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya’

    Seorang ibu di Kota Gaza mencoba mengira dia berada di area yang “lebih aman pada Senin (9/10) malam.

    “Orang-orang mengungsi ke rumah kami dan ada 18 orang yang tinggal bersama kami sejak siang kemarin, Najla Shawa, yang bekerja untuk lembaga amal Oxfam.

    Namun dia terbangun pada pukul 01.00 dini hari karena teriakan orang-orang yang meninggalkan daerah tersebut.

    “Bayangkan betapa paniknya, punya enam orang anak, dan 20 orang dari keluarga yang berbeda-beda menaiki mobil kami mencoba untuk melarikan diri, kata Najla.

    Setelah berhasil menemukan tempat berlindung di sebuah restoran, dia kembali ke rumahnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat bangunan di seberang rumahnya telah “rata dan jendela-jendela di rumahnya pecah.

    “Momen-momen ini tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya, ujarnya.

    ReutersRibuan orang kehilangan tempat tinggal mereka di Jalur Gaza akibat gempuran Israel.

    Angkatan Udara Israel mengatakan mereka telah menyerang 200 posisi kelompok milisi dalam semalam.

    Jumlah orang yang tewas di Gaza pun mencapai 300 orang dalam sehari pada Senin (09/10). Menteri Kesehatan Palestina mengatakan dua per tiga di antaranya adalah warga sipil. Lebih dari 100 dari mereka adalah anak-anak dan perempuan.

    Salah satu serangan signifikan menghantam pasar pengungsi, namun Israel mengklaim bahwa mereka menargetkan sebuah rumah milik komandan Hamas.

    Ketika serangan mereka menghantam rumah tersebut, banyak orang di jalan dan di sekitarnya turut terbunuh.

    Lihat Video: 140 Anak-anak Palestina Tewas Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza

    (ita/ita)

  • Lompat ke Kolam Tugu Peringatan 9/11, Pria di AS Ditangkap Polisi

    Lompat ke Kolam Tugu Peringatan 9/11, Pria di AS Ditangkap Polisi

    Jakarta

    Seorang pria 33 tahun di New York City, Amerika Serikat (AS), melompat ke kolam refleksi di Tugu Peringatan 9/11. Pria tersebut kemudian ditangkap pihak keamanan karena tuduhan melompat ke kolam refleksi di Tugu Peringatan 9/11.

    Seperti dilansir NBC News dan The Independent, Rabu (11/10/2023), peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.30 waktu setempat, Senin (9/10), ketika polisi dipanggil ke kolam bagian utara di Tugu Peringatan 9/11 dan menemukan pria berusia 33 tahun telah melompat ke dalam kolam.

    Pihak berwenang mengatakan tim layanan medis darurat membantu pria tersebut karena mengalami cedera pada kaki kiri dan punggungnya karena insiden tersebut.

    Pria tersebut dibawa ke Rumah Sakit Bellevue, karena cedera yang dialami tidak mengancam jiwa, dan tuntutan terhadap pria tersebut masih menunggu keputusan, kata para pejabat.

    Video yang diunggah di media sosial menunjukkan pria tersebut berjalan menuju cekungan tengah sebelum berbaring di perairan dangkal.

    Motivasi di balik tindakan pria tersebut masih belum diketahui hingga saat ini. Namun, para pejabat mengatakan kepada New York Daily News bahwa mereka tidak yakin tindakan tersebut bermotif politik.

    Pria tersebut digambarkan sebagai “orang yang tampaknya mengalami gangguan emosi,” kata juru bicara Otoritas Pelabuhan.

    Kolam tersebut adalah salah satu dari dua kolam yang ada di tugu peringatan, keduanya merupakan bekas jejak Twin Towers yang runtuh saat serangan teroris 11 September 2001. Menurut situs web 9/11 Memorial & Museum, setiap kolam diturunkan sedalam 30 kaki ke dalam sebuah cekungan.

    Nama 2.983 orang yang tewas pada tahun 2001, serta mereka yang tewas dalam pemboman World Trade Center tahun 1993, ditulis dengan perunggu di sekeliling kolam peringatan.

    Lihat juga Video: Momen Joe Biden Peringati 22 Tahun Tragedi 9/11

    (rfs/fas)

  • Ancaman Hamas Bunuh Sandera Bila Israel Tak Henti Serang Gaza

    Ancaman Hamas Bunuh Sandera Bila Israel Tak Henti Serang Gaza

    Jakarta

    Pasukan Hamas menyampaikan telah menyandera warga dan tentara Israel di wilayah Jalur Gaza. Hamas Menyebut akan membunuh sandera jika Israel tidak menghentikan serangan kepada Gaza.

    Seperti dilansir CNN dan Press TV, Senin (9/10/2023), wakil kepala biro politik Hamas Mousa Abu Marzouk dalam wawancara dengan outlet berita Arab al-Ghad TV mengatakan bahwa jumlah warga Israel yang kini disandera ‘belum dihitung namun jumlahnya lebih dari 100 orang’.

    Saat ditanya lebih lanjut soal apakah tentara Israel berada di antara para sandera itu, Marzouk menjawab: “Ada beberapa perwira tinggi.”

    Secara terpisah, juru bicara sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam, Abu Ubaida, seperti dilansir Press TV, mengklaim berhasil menangkap sekelompok tentara Israel ketika serangan skala besar Hamas terus berlanjut melawan Israel. Tentara-tentara Israel itu lantas dibawa ke Gaza.

    Ubaida tidak menyebut lebih lanjut jumlah tentara Israel yang kini disandera, namun menyatakan jumlahnya lebih tinggi daripada yang diperkirakan oleh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Diketahui bahwa Netanyahu sebelumnya mengklaim tidak lebih dari ‘lusinan’ warga Israel disandera oleh Hamas.

    “Hari ini, Anda berbicara soal lusinan tahanan dan kami meyakinkan Anda, Netanyahu, bahwa tahanan dari pihak Anda jauh lebih banyak dari jumlah ini, dan Anda harus memantau tentara Anda dengan baik,” tegas Ubaida.

    Militan Jihad Islam, yang juga bermarkas di Jalur Gaza, mengklaim secara terpisah bahwa para petempurnya kini menyandera sebanyak 30 warga Israel di Gaza. Ketua Jihad Islam Ziad al-Nakhala, seperti dilansir Reuters, menegaskan sandera Israel tidak akan dipulangkan ‘hingga semua tahanan kami dibebaskan’ — dia merujuk pada ribuan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Lihat Video: Respons Selebritas Dunia soal Konflik Hamas-Israel

  • Tambah Panas Konflik Sebab Serangan Israel Melebar ke Hizbullah

    Tambah Panas Konflik Sebab Serangan Israel Melebar ke Hizbullah

    Jakarta

    Konflik bersenjata antara Israel dan Hamas melebar ke wilayah Hizbullah. Konflik makin memanas saat Hizbullah membalas serangan Israel.

    Sebagaimana diketahui, perang bersenjata sedang berlangsung antara Israel dan Hamas yang menguasai wilayah Jalur Gaza. Korban tewas akibat pertempuran sengit itu memakan banyak korban, tidak hanya warga Palestina tapi juga warga Israel, dengan total korban tewas melebihi 1.300 orang.

    Sementara itu, seperti dilansir Alarabiya News dan Al Jazeera, Selasa (10/10/2023), Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza dalam pernyataan terbaru melaporkan bahwa sedikitnya 770 warga Palestina tewas, dengan sebanyak 140 orang di antaranya merupakan anak-anak dan 120 orang lainnya merupakan wanita.

    Laporan Kementerian Kesehatan itu juga menyebut sedikitnya 18 orang tewas dan 100 orang lainnya mengalami luka-luka di wilayah Tepi Barat.

    Israel balas menggempur wilayah Jalur Gaza setelah rentetan serangan dilancarkan militan Hamas ke wilayahnya, yang tercatat sebagai salah satu serangan paling berdarah dalam sejarah Israel.

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas meminta PBB segera mengambil tindakan terhadap agresi Israel di Gaza. Abbas meminta serangan Israel ke Palestina dihentikan.

    CNN melaporkan pada Selasa (10/10), menurut kantor berita negara WAFA, Abbas berhubungan melalui telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres. Dalam kontak tersebut Abbas meminta PBB untuk segera turun tangan menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

    Hizbullah Puji Serangan Hamas

    Kelompok Hizbullah memuji serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel. Kelompok gerilyawan yang berbasis di Lebanon itu, mengatakan serangan Hamas tersebut adalah pesan kepada negara-negara Arab yang melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

    Hizbullah mengatakan pihaknya melakukan kontak langsung dengan kepemimpinan Hamas di Gaza dan luar negeri. Hizbullah pun menyerukan masyarakat Arab dan Muslim di seluruh dunia untuk menyatakan dukungan mereka kepada Hamas dan rakyat Palestina.

    Dikutip media The Times of Israel, Sabtu (7/10/2023), Hizbullah menambahkan bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya cara untuk menghadapi “agresi” Israel.

    Hizbullah mengatakan operasi yang diluncurkan oleh Hamas terhadap Israel adalah pesan kepada komunitas internasional dan dunia Arab dan Muslim, khususnya negara-negara yang berupaya melakukan normalisasi dengan Israel.

    Hizbullah juga menyerukan kepada pemerintah Israel untuk mempelajari “pelajaran penting” yang diberikan oleh “perlawanan Palestina.”

    Lihat Video: Hubungi Joe Biden, Netanyahu Bandingkan Serangan Hamas dengan Holocaust

  • AS Tak Punya Bukti Peran Langsung Iran dalam Serangan Hamas ke Israel

    AS Tak Punya Bukti Peran Langsung Iran dalam Serangan Hamas ke Israel

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengatakan negaranya tidak memiliki bukti keterlibatan langsung Iran dalam serangan Hamas terhadap Israel. Namun Austin mencatat bahwa Teheran telah mendukung kelompok tersebut selama bertahun-tahun.

    “Tetapi dalam kasus khusus ini, kami tidak memiliki bukti apapun bahwa ada keterlibatan langsung dalam perencanaan atau pelaksanaan serangan ini,” kata Austin dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023).

    Penilaian tersebut juga diamini oleh Departemen Luar Negeri AS, yang menekankan betapapun hal itu bisa berubah.

    “Pengalaman kami dalam masalah ini menunjukkan bahwa masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan akhir mengenai masalah ini,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.

    “Kami akan melihat intelijen tambahan dalam beberapa minggu dan hari mendatang untuk menginformasikan pemikiran kami mengenai masalah ini, termasuk apakah setidaknya ada beberapa orang di sistem Iran yang memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang apa yang akan terjadi atau bahkan berkontribusi pada aspek-aspek konflik,” ujarnya.

    Pemerintah Iran sebelumnya membantah tuduhan bahwa mereka berperan dalam serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pada Sabtu (7/10) waktu setempat. Teheran menegaskan pihaknya tidak terlibat dalam pengambilan keputusan negara lainnya, termasuk Palestina.

    “Tuduhan yang terkait dengan peran Iran… didasarkan pada alasan politik,” sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani dalam pernyataan kepada wartawan, seperti dilansir AFP, Senin (9/10).

    (rfs/rfs)

  • Perang Israel Vs Hamas, Kapal Induk AS Tiba di Mediterania Timur

    Perang Israel Vs Hamas, Kapal Induk AS Tiba di Mediterania Timur

    Jakarta

    Perang Israel dan kelompok Hamas pecah di wilayah Palestina. Kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Gerald R Ford telah tiba di Mediterania bagian Timur, menurut Komando Pusat AS.

    “Kedatangan pasukan berkemampuan tinggi ini ke wilayah tersebut merupakan sinyal pencegahan yang kuat jika ada pihak yang memusuhi Israel mempertimbangkan untuk mencoba mengambil keuntungan dari situasi ini,” kata Komandan Komando Pusat AS Jenderal Michael Kurilla dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023).

    Kapal induk ini mencakup 8 skuadron pesawat serang dan pendukung. Kapal ini didampingi oleh kapal penjelajah USS Normandy, serta kapal perusak USS Thomas Hudner, USS Ramage, USS Carney, dan USS Roosevelt.

    Kelompok Hamas memberikan reaksi keras atas langkah Amerika Serikat mengirimkan salah kapal induknya ke Laut Mediterania bagian Timur untuk mendukung Israel, sekutunya, usai digempur serangan mengejutkan.

    “Gerakan-gerakan ini tidak membuat takut rakyat kami atau perlawanan mereka, yang akan terus membela rakyat kami dan tempat-tempat suci kami,” tegas juru bicara Hamas Hazem Kassem dalam pernyataannya, seperti dilansir CNN, Senin (9/10).

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin, seperti dilansir Associated Press, memerintahkan kapal induk USS Gerald R Ford, sebuah kapal induk bertenaga nuklir, untuk berlayar ke perairan Mediterania Timur dan bersiap membantu Israel setelah rentetan serangan Hamas menghantam negara Yahudi itu.

    (rfs/rfs)

  • Bentrok dengan Polisi Israel, 2 Warga Palestina Tewas di Yerusalem

    Bentrok dengan Polisi Israel, 2 Warga Palestina Tewas di Yerusalem

    Jakarta

    Dua warga Palestina ditembak oleh polisi Israel di Yerusalem Timur. Dua warga Palestina tewas di tengah perang Israel dan kelompok yang sedang berkecamuk.

    Dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023), dua warga Palestina tewas dalam konfrontasi dengan polisi Israel di Yerusalem Timur yang diduduki pada hari Selasa (10/10), menurut polisi Israel dan televisi pemerintah Palestina.

    Warga Palestina ditembak mati setelah mereka menyalakan kembang api dan melemparkan batu ke arah petugas di lingkungan Silwan di Yerusalem Timur, klaim pihak berwenang Israel.

    Sementara itu, tentara Israel mengatakan bahwa tiga pria Palestina bersenjata tewas dalam baku tembak dan tentaranya di kota Ashkelon Israel, Israel selatan.

    Sumber mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pertempuran itu terjadi di kawasan industri kota. Sebelumnya, rentetan roket baru ditembakkan dari Gaza menuju Ashkelon.

    Tentara Israel juga membunuh seorang pria Palestina dan melukai tiga lainnya di pos pemeriksaan Al Jalameh dekat kota Jenin di Tepi Barat, kata kementerian kesehatan.

    Secara terpisah, di pos pemeriksaan Huwara, dekat Nablus, pasukan Israel menembaki sebuah taksi, melukai tiga pria, tambah kementerian itu.

    (rfs/rfs)

  • Israel Tolak Permintaan Palestina untuk Bantuan Masuk ke Gaza

    Israel Tolak Permintaan Palestina untuk Bantuan Masuk ke Gaza

    Jakarta

    Israel disebut menolak permintaan Palestina untuk mengizinkan bantuan makanan hingga medis masuk ke Gaza. Israel memblokade Gaza saat perang berkecamuk antara kelompok Hamas dan Israel.

    Seperti dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023), Israel menolak permintaan Palestina untuk mengizinkan pasokan makanan dan medis masuk ke Gaza, kata seorang pejabat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

    “Kami segera meminta agar makanan dan pasokan medis diizinkan masuk ke Jalur Gaza tetapi Israel menolaknya,” kata Hussein Al Sheikh.

    “Kami menyerukan organisasi kemanusiaan dan komunitas internasional untuk turun tangan menghentikan serangan tersebut dan mengizinkan bantuan (masuk ke Gaza), karena Jalur Gaza menghadapi bencana kemanusiaan yang besar,” tambahnya.

    Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant diperkirakan akan mengambil bagian dalam pertemuan para menteri pertahanan NATO melalui konferensi video pada hari Kamis, kata seorang pejabat Barat.

    Pertemuan di Brussel sebelumnya dijadwalkan untuk membahas masalah-masalah termasuk perang di Ukraina dan misi NATO di Kosovo dan Irak.

    Namun sesi dengan Gallant ditambahkan setelah serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pada hari Sabtu, kata pejabat itu.

    Lihat Video: Hubungi Joe Biden, Netanyahu Bandingkan Serangan Hamas dengan Holocaust

    (rfs/rfs)

  • Erdogan Kecam Pengerahan Kapal Induk AS dan Blokade Israel di Gaza

    Erdogan Kecam Pengerahan Kapal Induk AS dan Blokade Israel di Gaza

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam aksi Amerika Serikat (AS) yang mengerahkan kapal induk untuk membantu Israel yang berperang melawan Hamas di wilayah Palestina. Erdogan juga mengkritik blokade Israel di Gaza.

    Seperti dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023) Erdogan mengkritik blokade Israel di Gaza, dengan mengatakan bahwa pemutusan listrik dan air melanggar hukum hak asasi manusia internasional.

    Erdogan juga mengecam Amerika Serikat untuk mengirim kapal induk ke wilayah tersebut karena dianggap bisa menyebabkan ‘pembantaian’.

    “Apa yang dilakukan kapal induk AS di Israel? Apa yang harus dilakukan? Mereka akan menghancurkan Gaza dengan menyerang daerah sekitarnya dan mulai melakukan pembantaian besar-besaran,” kata Erdogan.

    Sementara itu, Turkish Airlines menghentikan penerbangan ke Israel hingga pemberitahuan lebih lanjut.

    Turkish Airlines menghentikan penerbangannya ke Israel hingga pemberitahuan lebih lanjut karena perkembangan terkini di negara tersebut, kata juru bicara perusahaan dalam sebuah pernyataan yang di-posting di platform media sosial X.

    (rfs/rfs)

  • Swedia-Denmark Setop Bantuan ke Palestina, Jerman Anggap Tindakan Salah

    Swedia-Denmark Setop Bantuan ke Palestina, Jerman Anggap Tindakan Salah

    Jakarta

    Menteri Pembangunan Swedia Johan Forssell mengatakan negaranya untuk sementara waktu menghentikan bantuan pembangunan ke wilayah Palestina. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman menganggap tindakan tersebut salah.

    Seperti dilansir Aljazeera, Rabu (11/10/2023), pemerintah Swedia mengatakan telah memberikan tugas kepada Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA) untuk meninjau bantuan kepada Palestina dan melaporkannya pada awal Desember.

    Para menteri luar negeri Uni Eropa bertemu pada hari Selasa lalu untuk membahas perpecahan di antara 27 anggota UE mengenai apakah akan melanjutkan pembayaran bantuan kepada Palestina sehari setelah Komisi Eropa menarik kembali pengumuman yang menangguhkan semua bantuan tersebut.

    Negara tetangga Swedia, Denmark, sebelumnya mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan bantuannya. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan mengakhiri bantuan kemanusiaan adalah hal yang ‘salah’.

    Menteri Luar Negeri Jerman mengatakan mengakhiri bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina adalah tindakan yang ‘sepenuhnya salah’. Sebelum pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa untuk membahas apakah akan mempertahankan pembayaran bantuan ke Palestina di tengah konflik, Annalena Baerbock mengatakan bahwa “saat ini adalah tindakan yang salah jika menghentikan bantuan kemanusiaan yang penting kepada penduduk sipil.”

    “Jutaan orang, termasuk banyak anak-anak, di wilayah Palestina, bergantung pada kami untuk makanan, air, dan obat-obatan,” tambahnya.

    Pernyataan Baerbock muncul setelah pejabat Komisi Oliver Varhelyi mengatakan pada hari Senin bahwa bantuan Uni Eropa akan dihentikan.

    Lihat Video: Hubungi Joe Biden, Netanyahu Bandingkan Serangan Hamas dengan Holocaust

    (rfs/rfs)