Author: Detik.com

  • Hamas Gempur Kota Haifa Israel dengan Roket R-160

    Hamas Gempur Kota Haifa Israel dengan Roket R-160

    Jakarta

    Brigade Ezzedine al-Qassam, yang merupakan sayap bersenjata kelompok milisi Palestina, Hamas, mengatakan bahwa pihaknya telah menggempur kota Haifa di Israel utara dengan sebuah roket R-160.

    Dilansir media Al Arabiya, Kamis (12/10/2023), belum ada keterangan lebih lanjut dari kelompok Hamas mengenai serangan roket itu.

    Sementara itu, dalam pernyataan terbarunya, militer Israel mengatakan, bahwa setelah peringatan roket di daerah dekat Haifa sekitar 130 kilometer (80 mil) utara Gaza, “peluncuran sebuah roket teridentifikasi dari Jalur Gaza.”

    Tidak ada keterangan mengenai kerusakan maupun ada tidaknya korban akibat serangan roket Hamas tersebut.

    Perang antara Hamas dan Israel saat ini terus berlanjut. Situasi perang ini terjadi usai serangan mendadak Hamas pada hari Sabtu (7/10). Serangan terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel itu telah menyebabkan 1.200 orang tewas, menurut militer Israel. Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.

    Di Gaza, para pejabat melaporkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam serangan udara dan artileri yang terus menerus dilakukan Israel di daerah kantong-kantong Palestina yang padat penduduk.

    PBB mengatakan 11 stafnya tewas di Gaza sejak Sabtu, sementara Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah mengatakan mereka kehilangan lima anggotanya.

  • Kereta Cepat India Tergelincir, 4 Orang Tewas

    Kereta Cepat India Tergelincir, 4 Orang Tewas

    Jakarta

    Sedikitnya empat orang tewas dan sejumlah orang lainnya terluka setelah sebuah kereta cepat tergelincir di negara bagian Bihar, India.

    Kereta api dari stasiun kereta Terminal Anand Vihar di Delhi keluar dari relnya pada Rabu (11/10) malam waktu setempat saat melaju menuju Persimpangan Kamakhya di Assam, lapor surat kabar Times of India.

    “Empat korban jiwa telah dipastikan dan operasi penyelamatan sedang dilakukan. Dua puluh satu gerbong tergelincir,” ujar Tarun Prakash, manajer umum East Central Railway, seperti dikutip oleh Times of India, sebagaimana dilansir kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).

    Kantor berita ANI juga menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak empat orang.

    Laporan media menyebutkan beberapa korban luka dilarikan ke rumah sakit, namun jumlah pasti korban luka tidak jelas.

    “Saya turut berbela sungkawa sedalam-dalamnya atas kehilangan yang tak bisa terganti ini,” tulis Menteri Perkeretaapian Ashwini Vaishnaw di X, sebelumnya Twitter.

    Dia mengatakan operasi evakuasi dan penyelamatan telah “selesai” dan para penumpang dipindahkan ke kereta lain untuk perjalanan selanjutnya. Dia tidak mengkonfirmasi jumlah korban jiwa.

  • Cerita Kepanikan Warga Israel yang Keluarganya Dibawa Hamas ke Gaza

    Cerita Kepanikan Warga Israel yang Keluarganya Dibawa Hamas ke Gaza

    Jakarta

    Banyak keluarga berbicara tentang kepanikan luar biasa yang mereka rasakan saat mengetahui orang yang mereka cintai mungkin disandera oleh Hamas, setelah kelompok milisi tersebut menyerang Israel.

    Militer Israel menduga puluhan orang, termasuk warga negara asing, telah ditangkap sebagai tawanan di Gaza. Berikut ini beberapa kisah mereka.

    ‘Saya berusaha untuk tetap tenang’

    Firasat pertama Yoni Asher bahwa keluarganya berada di Gaza dia rasakan setelah melacak ponsel istrinya.

    Istrinya, Doron, dan dua anak mereka Raz, 5 tahun, dan Aviv, 3 tahun, sedang menginap bersama kerabat di dekat perbatasan Gaza ketika Hamas menyerang.

    Yoni mengatakan kepada BBC: “Sabtu, sekitar pukul 10:30 pagi, adalah panggilan telepon terakhir ketika saya berbicara dengan istri saya. Dia memberi tahu saya bahwa Hamas telah masuk ke dalam rumah.

    “Mereka berada di ruangan yang aman dan terlindungi, lalu sambungan telepon terputus. Kemudian, saya berhasil menemukan lokasi ponselnya dan ia berada di dalam Gaza.

    Belakangan pada hari itu, ketakutan terburuknya tampaknya terbukti benar ketika dia mengenali keluarganya yang secara singkat terlihat dalam video orang-orang yang dimuat ke bagian belakang truk.

    “Saya tidak tahu akan berapa lama atau dalam kondisi apa mereka ditahan, tapi seperti Anda tahu, situasinya terus memburuk.”

    Untuk saat ini, seperti banyak keluarga lainnya, yang bisa dilakukan Yoni hanyalah berharap.

    “Saya mencoba untuk tetap tenang. Saya ingin percaya ada kontak antara diplomat yang sedang bernegosiasi atau semacamnya, tapi kami tidak tahu apa-apa – itu adalah yang tersulit.”

    ‘Ada harapan untuk percaya bahwa mereka masih hidup’

    Ido Dan mengamati kengerian yang terjadi pada hari Sabtu melalui grup WhatsApp keluarganya.

    “Dia mengucapkan selamat tinggal. Dia mengirimkan tanda hati dan berkata: ‘Aku cinta kalian semua. Aku tidak yakin kita akan selamat dari ini,’” kata Ido, terisak saat dia mengingat kembali pesan-pesan yang dikirim.

    Sepupunya, Hadas, yang tinggal di Nir Oz, sebuah kibbutz (permukiman) di sebelah Gaza, terus memberikan informasi terbaru kepada keluarganya dari dalam tempat perlindungan serangan udara. Dia berlari ke sana setelah sirene berbunyi yang memperingatkan adanya tembakan roket.

    Pagi-pagi sekali, dia menulis bahwa dia mendengar orang-orang bersenjata berteriak dalam bahasa Arab.

    “Sesuatu yang menakutkan sedang terjadi di sini, katanya kepada grup WhatsApp keluarga, menjabarkan teriakan anggota kibbutz lainnya.

    “Dia berkata: ‘Di sini seperti Holokaus. Mereka membunuh semua orang’,” kata Ido. “Dan kemudian pada pukul 09:00 sambungannya terputus. Baterainya habis.”

    Hadas berhasil selamat – dengan mengganjal pintu tempat persembunyiannya.

    Namun saat malam tiba, baru jelas bahwa lima anggota keluarganya hilang: dua anak Hadas dan mantan suaminya ayah mereka serta keponakannya dan ibunya yang berusia 80 tahun, bibi Ido, Carmella.

    Petunjuk utama atas apa yang terjadi adalah sebuah video yang muncul di media sosial. Video itu tampaknya memperlihatkan Erez, putra Hadas yang berusia 12 tahun, dibawa oleh orang-orang bersenjata ke Gaza.

    Baca juga:

    “Ada harapan untuk percaya bahwa mereka masih hidup, kata Ido, yang tinggal di dekat Tel Aviv. Tapi dia sangat ketakutan.

    “Bibi saya kehabisan obat-obatannya,” katanya kepada saya. “Sementara anak-anak, kami tidak tahu bagaimana mereka pergi ke toilet, bagaimana mereka makan.

    Keluarga Ido berusaha mencari informasi dari kontak mereka dan tidak mendapat banyak bantuan dari pihak berwenang Israel.

    “Saya tidak menyalahkan siapa pun karena ini adalah situasi yang luar biasa, kata Ido. “Saat ini sedang ada kabut tebal, tapi kita tidak bisa menunggu sampai ia hilang. Setiap jam berarti.”

    Dengan adanya laporan mengenai perundingan sandera yang dimediasi oleh Qatar, Ido punya pesan untuk Hamas tentang keluarganya: “Keluarkan saja mereka dari konfrontasi ini, ini bukan untuk anak-anak, ini bukan untuk lansia,” katanya.

    “Saya rasa tidak ada etika perang yang tidak dilanggar di sini. Bahkan perang pun ada aturan, etika, dan batasannya.

    ‘Terdengar seperti film horor’

    Noam Sagi mengatakan hatinya pilu ketika media Palestina mulai menyiarkan berita dari depan rumah ibunya yang berusia 74 tahun, sekitar 400 meter dari perbatasan Gaza.

    Pada Sabtu sore, tentara Israel memasuki properti nenek enam cucu, Ada Sagi, dan menemukan noda darah tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan perempuan tua tersebut, jelasnya.

    Berbicara kepada program BBC Radio 4, Sagi yang tinggal di London mengatakan asumsinya adalah ibunya, yang mengajar bahasa Arab, termasuk di antara mereka yang diculik.

    “Kita berbicara tentang seseorang, berusia 74 tahun, yang masuk ke ruang aman dan [sekarang] dia tidak ada di sana, katanya.

    “Dia tidak ada dalam daftar orang mati, dia tidak ada dalam daftar orang yang terluka, dan komunitasnya kecil maksimal 350 orang dan mereka saling mengenal, jadi mereka telah mengidentifikasi semua orang.

    Masyarakat melaporkan bahwa orang tua dan anak-anak telah diculik, menurut Sagi, yang mengatakan tidak ada konfirmasi resmi mengenai keberadaan ibunya. Dia menunjukkan bahwa ibunya tidak bisa berlari jauh, karena baru-baru ini menjalani operasi pinggul.

    “Ini benar-benar surreal, terdengar seperti film horor, sulit dibayangkan,” lanjut Sagi.

    “Bayangkan sebuah daerah pedesaan yang indah di Inggris dan orang-orang sedang menjalani hidup mereka dan kemudian Anda diculik dari rumah Anda.

    “Rasanya tidak nyata… rasanya tidak manusiawi… sangat menyedihkan untuk berpikir bahwa ini bisa terjadi.

    “Bahkan dalam perang pun ada aturannya, dan kita bicara tentang pria berusia 20-an dan 30-an yang datang ke rumah seorang perempuan tua dan menculiknya serta tetangganya.”

    Dia menambahkan bahwa dia khawatir akan kondisi ibunya yang membutuhkan pengobatan.

    Baca juga:

    Istrinya, Michal, yang juga berbicara kepada BBC, mengatakan Ada punya alergi.

    “Tanpa obat-obatannya, kami tidak tahu berapa lama dia akan bertahan, katanya. “Saya berusaha untuk tidak memikirkan skenario negatif, itu sulit dibayangkan.”

    Sagi, yang yakin dia akan bertemu ibunya lagi, mengatakan dia telah menantikan ibunya di London minggu depan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-75.

    Dia menjabarkannya sebagai perempuan yang sangat kuat, inspiratif dan fenomenal, menambahkan bahwa dia memercayainya untuk “menghadapi situasi ini”.

    ‘Tidak ada yang tersisa’

    Sharone Lifschitz mengatakan ayahnya percaya bahwa hubungan antara Israel dan Palestina bisa berjalan baik. (BBC)

    Sharone Lifschitz, yang juga tinggal di London, mengatakan orang tuanya yang lanjut usia berasal dari komunitas yang sama dengan Ada Sagi, di dekat Gaza.

    “Mereka [para anggota milisi] membakar rumah-rumah untuk menakut-nakuti orang, katanya, seraya menambahkan bahwa orang-orang mencoba berlindung dari serangan tersebut di sebuah ruangan yang aman.

    “Tempat ini telah hancur total. Sepertinya tidak ada yang tersisa.”

    Seperti Ada Sagi, ayah Lifschitz berbicara bahasa Arab dan menghabiskan masa pensiunnya dengan mengantar warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis ke rumah sakit.

    “Dia percaya pada kemanusiaan dan dia yakin akan membuat segala sesuatunya berjalan baik bagi semua orang.”

    Lifschitz mengatakan ada “banyak kekuatan” yang berusaha memastikan Israel dan Palestina tetap terpecah dan kedua belah pihak perlu mengingat bahwa satu sama lain adalah manusia.

    “Saya mengharapkan perdamaian. Saya berharap mereka [orang tuanya] kembali dengan selamat.”

    ‘Tidak sadarkan diri di dalam mobil’

    Turis Jerman Shani Louk sedang menghadiri festival di dekat perbatasan Gaza ketika milisi Hamas menyerbu daerah tersebut, melepaskan tembakan dan membuat pengunjung pesta yang ketakutan melarikan diri melalui gurun.

    Ibunya, Ricarda, mengatakan dia melihat video Shani setelah dia diculik.

    Sambil memegang foto remaja berusia 20 tahunan di ponselnya, dia mengatakan dalam video media sosial bahwa putrinya telah “diculik bersama sekelompok turis di Israel selatan oleh Hamas Palestina”.

    “Kami dikirimi video yang menunjukkan dengan jelas putri kami tidak sadarkan diri di dalam mobil bersama warga Palestina dan mereka berkendara di sekitar Jalur Gaza, katanya.

    “Saya meminta Anda mengirimkan bantuan atau berita apa pun kepada kami. Terima kasih banyak.”

    Baca juga:

    Peserta festival musik lainnya yang hilang dan diyakini diculik adalah warga negara Israel kelahiran China, Noa Argamani, demikian laporan surat kabar South China Morning Post yang mengutip kedutaan Israel di Beijing.

    Rekaman video yang belum diverifikasi menunjukkan perempuan berusia 25 tahun itu dibawa di belakang sepeda motor kelompok milisi sambil berteriak, “Jangan bunuh saya!”

    ‘Itu nenek saya di sana’

    “Dia seorang nenek yang luar biasa, dia seorang perempuan yang sangat positif, seorang perempuan yang sangat lucu, demikian Adva Adar menjabarkan neneknya yang berusia 85 tahun, Yaffa Adar.

    “Itu nenek saya di sana!” katanya dalam satu postingan Facebook setelah melihatnya diarak di jalanan Gaza dengan mobil golf.

    Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Adar mengatakan dia khawatir dengan kondisi neneknya yang tidak membawa obat, dan dia tidak tahu berapa lama perempuan lansia itu bisa bertahan hidup.

    Orang Thailand yang hilang

    Sebagian dari mereka yang diculik adalah pekerja Thailand yang bekerja di daerah dekat perbatasan Gaza yang diserbu oleh militan Hamas.

    Kementerian Luar Negeri Thailand mengatakan 11 warga negaranya hilang.

    Wanida Maarsa mengatakan kepada BBC Thai bahwa suaminya Anucha Angkaew – yang bekerja di perkebunan alpukat selama hampir dua tahun – adalah salah satu dari mereka yang ditawan oleh Hamas.

    Dia muncul dalam video yang dirilis Hamas pada akhir pekan. “[Pria dalam video itu] benar-benar dia,” katanya.

    “Saya belum bisa menghubunginya sejak pukul 02:00 waktu Bangkok [19:00 GMT pada hari Jumat]. Saya berbicara dengannya tepat sebelum putri kami tidur, tambah Wanida.

    Nama tujuh warga Thailand lainnya yang hilang telah disebutkan oleh kementerian yaitu Pongsathorn (laki-laki), Komkrit Chombua (laki-laki), Kiattisak Patee (laki-laki), Manee Jirachart (laki-laki), Nuttaporn Ornkaew (laki-laki), Sasiwan Pankong (perempuan) dan Boonthom Pankong (laki-laki).

    Lihat juga Video: Gaza Gelap Gulita, Israel Terus Lancarkan Serangan

    (ita/ita)

  • Netanyahu Bersumpah Hancurkan Hamas Seperti Dunia Hancurkan ISIS

    Netanyahu Bersumpah Hancurkan Hamas Seperti Dunia Hancurkan ISIS

    Jakarta

    Israel terus menggempur Jalur Gaza sejak serangan mendadak Hamas pada Sabtu (7/10) lalu. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan menghancurkan kelompok tersebut sepenuhnya.

    “Setiap anggota Hamas adalah orang mati,” kata pemimpin veteran sayap kanan Israel itu, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023). Netanyahu pun menyamakan Hamas dengan kelompok ISIS dan berjanji: “Kami akan menghancurkan mereka dan menghancurkan mereka sebagaimana dunia telah menghancurkan Daesh (ISIS).”

    Serangan mendadak Hamas pada hari Sabtu (7/10) – yang terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel – telah menyebabkan 1.200 orang tewas, menurut militer Israel. Kebanyakan dari mereka adalah warga sipil.

    Di Gaza, para pejabat melaporkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam serangan udara dan artileri yang terus menerus dilakukan Israel di daerah kantong-kantong Palestina yang padat penduduk.

    PBB mengatakan 11 stafnya tewas di Gaza sejak Sabtu, sementara Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah mengatakan mereka kehilangan lima anggotanya.

    Di Tepi Barat yang diduduki, setidaknya empat warga Palestina tewas ketika para pemukim Israel bersenjata menyerang sebuah kota di Nablus, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

    Israel telah mengerahkan pasukan, tank, dan kendaraan lapis baja berat lainnya di sekitar Gaza, dalam operasi pembalasan terhadap apa yang disebut Netanyahu sebagai “serangan yang kebiadabannya… belum pernah kita lihat sejak Holocaust”.

  • Putin Serukan Israel-Palestina Perlu Bicara untuk Setop Perang

    Putin Serukan Israel-Palestina Perlu Bicara untuk Setop Perang

    Moskow

    Lebih dari dua ribu orang dari pihak Israel dan Palestina tewas dalam perang lima hari terakhir. Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan kedua belah pihak untuk menghentikan peperangan lewat jalan negosiasi.

    Dilansir AFP, Kamis (12/10/2023), Putin menyerukan negosiasi kedua belah pihak yang bertikai. Pernyataan Putin disampaikannya pada Rabu (11/9) waktu setempat.

    “Perlu menghindari perluasan konflik dengan cara apapun, soalnya jika itu terjadi (konflik meluas) maka akan berdampak ke situasi internasional,” kata Putin.

    “Perlu kembali ke proses negosiasi yang harus dapat diterima semua pihak, termasuk Palestina,” kata Putin.

    AFP menuliskan, konflik dalam lima hari terakhir di merupakan yang terburuk bagi Israel dalam 75 tahun. Israel menyatakan ada 1.200 orang yang tewas akibat serangan Hamas dari Palestina. Mayoritas dari korban tewas dinyatakan Israel sebagai warga sipil.

    Di sisi lain, otoritas Gaza Palestina melaporkan sudah lebih dari 1.000 orang tewas oleh serangan Israel, yakni serangan udara dan artileri. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan 11 dari stafnya tewas, Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyatakan ada 5 orang anggotanya yang tewas.

    Di kawasan lain yakni di Tepi Barat, ada 4 orang Palestina tewas saat pihak berjenjata Israel menyerang Nablus.

    (dnu/isa)

  • Putra Mahkota Saudi-Presiden Iran Teleponan, Bahas Perang Israel-Hamas

    Putra Mahkota Saudi-Presiden Iran Teleponan, Bahas Perang Israel-Hamas

    Jakarta

    Putra Mahkota Arab SaudiMohammed bin Salman dan Presiden Iran Ebrahim Raisi berbicara melalui telepon tentang perang antara Israel dan Hamas. Ini merupakan percakapan telepon pertama mereka sejak pemulihan hubungan yang mengejutkan pada bulan Maret lalu.

    Mohammed bin Salman (MBS) menerima telepon pada hari Rabu (11/10) dari pemimpin Iran, Ebrahim Raisi, di mana mereka membahas “situasi militer saat ini di Gaza dan sekitarnya”, lapor kantor berita Saudi Press Agency (SPA), dikutip AFP, Kamis (12/10/2023).

    Pangeran Mohammed mengatakan kepada Raisi bahwa Riyadh “berkomunikasi dengan semua pihak internasional dan regional untuk menghentikan eskalasi yang sedang berlangsung”, kata SPA.

    MBS juga menekankan “posisi tegas kerajaan dalam mendukung perjuangan Palestina”, lapor SPA.

    Kantor berita Iran, IRNA, juga melaporkan pembicaraan tersebut, dan mengatakan bahwa kedua pemimpin membahas “perlunya mengakhiri kejahatan perang terhadap Palestina”.

    Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada hari Sabtu (7/10) lalu, yang menurut militer Israel menewaskan 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.

    Di Gaza, para pejabat melaporkan lebih dari 1.000 orang tewas dalam serangan balasan Israel melalui serangan udara dan artileri.

    Lihat juga Video: Dukungan Mia Khalifa ke Palestina yang Bikin Dirinya Dipecat Playboy

  • Hamas Kehilangan 2 Pemimpin Seniornya dalam Serangan Israel di Gaza

    Hamas Kehilangan 2 Pemimpin Seniornya dalam Serangan Israel di Gaza

    Jakarta

    Serangan udara Israel di Jalur Gaza masih terus berlangsung. Kelompok militan Hamas mengatakan bahwa dua pemimpin seniornya tewas dalam serangan militer Israel tersebut. Pernyataan Hamas ini mengonfirmasi keterangan militer Israel yang disampaikan sebelumnya.

    Hamas menyatakan bahwa keduanya adalah Zakaria Muammar yang memimpin bagian ekonomi, dan Jawad Abu Shamala yang mengoordinasikan hubungan dengan faksi-faksi Palestina lainnya, sebagai kepala departemen hubungan nasional.

    Hamas, dikutip kantor berita AFP, Rabu (11/10/2023), menyebut keduanya sebagai “pemimpin senior para pahlawan Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, dan anggota-anggota biro politik gerakan tersebut.”

    Sebelumnya, militer Israel mengatakan bahwa keduanya tewas dalam serangan udara semalam. Militer Israel menyebut Muammar sebagai “orang kepercayaan Yahya Sinwar”, pemimpin Hamas di Gaza, dan mengatakan Shamala “memimpin sejumlah operasi yang menargetkan warga sipil Israel dan negara Israel.”

    Pemerintah Israel telah secara resmi menyatakan perang terhadap Hamas pada Minggu (8/10) waktu setempat, setelah Hamas menembakkan ribuan roket dan mengerahkan ratusan petempurnya ke kota-kota Israel dalam serangan besar-besaran pada Sabtu (7/10) waktu setempat.

    Penetapan perang itu berarti memberikan lampu hijau untuk ‘langkah militer yang signifikan’ oleh Israel untuk membalas Hamas. Setidaknya 900 orang di Gaza sejauh ini, tewas akibat serangan-serangan udara Israel yang dilancarkan sebagai balasan atas serangan mendadak Hamas pada Sabtu (7/10) lalu.

    Sementara militer Israel atau Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa hingga kini, lebih dari 1.000 warga Israel telah tewas dalam perang tersebut. Angka ini disampaikan IDF dalam update operasional terbaru, naik dari 900 orang tewas yang dilaporkan sebelumnya.

    Lihat Video: Massa AWG Demo di Depan Kedubes AS, Tuntut Perang Hamas-Israel Dihentikan

  • Putin Prihatin Atas Banyaknya Korban Jiwa di Israel-Gaza

    Putin Prihatin Atas Banyaknya Korban Jiwa di Israel-Gaza

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan keprihatinan atas ‘peningkatan dahsyat’ dalam jumlah korban sipil di Israel dan Jalur Gaza saat perang berlangsung antara Israel dan Hamas.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (11/10/2023), keprihatinan itu disampaikan Putin dalam percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa (10/10) waktu setempat.

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia menyatakan bahwa saat berbicara via telepon dengan Erdogan, Putin menekankan soal ‘situasi yang memburuk secara tajam di zona konflik Israel-Palestina’.

    “Keprihatinan mendalam disampaikan soal terus berlanjutnya eskalasi kekerasan dan peningkatan dahsyat dalam jumlah korban jiwa sipil,” demikian disampaikan Kremlin dalam pernyataannya.

    Putin dan Erdogan, menurut Kremlin, juga menegaskan kembali perlunya ‘gencatan senjata segera’ dan ‘dimulainya kembali proses negosiasi’.

    Kantor kepresidenan Turki, secara terpisah, menyatakan bahwa Erdogan dan Putin membahas ‘perkembangan konflik Israel-Palestina yang mengkhawatirkan dan langkah-langkah yang harus diambil untuk menghindari eskalasi’.

    Dalam percakapan telepon dengan Putin, sebut kantor kepresidenan Turki, Erdogan mengatakan ‘sangat disayangkan jika menargetkan instalasi sipil dan Turki tidak menyambut tindakan seperti itu’.

    Lihat juga Video: 140 Anak-anak Palestina Tewas Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza

  • Kronologi Serangan Festival Musik Israel Berdasarkan Bukti Video-Foto

    Kronologi Serangan Festival Musik Israel Berdasarkan Bukti Video-Foto

    Jakarta

    Sean Seddon, Joshua Cheetham, dan Benedict Garman

    BBC News

    Peringatan: Artikel ini memuat detail yang dapat mengganggu kenyamanan Anda

    Video-video yang diabadikan sebelum kengerian dimulai, menunjukkan festival musik Supernova berlangsung seperti festival lainnya anak-anak muda berjoget sampai subuh.

    Menurut beberapa keterangan saksi mata, terdapat setidaknya 4.000 orang yang hadir. Dari rekaman video, kebanyakan tampak berusia di bawah 30 tahun.

    Mereka berkumpul di satu wilayah terpencil di Israel selatan untuk acara akbar yang menjanjikan tarian, musik, seni, dan minum-minum di lokasi rahasia.

    Para pemilik tiket diberi tahu menjelang waktu pembukaan festival, untuk berangkat ke sebuah lokasi di utara Re’im kibbutz, sekitar 6km dari timur Gaza.

    BBC

    Dan memang, ada banyak wajah yang tampak berbahagia dalam video yang diunggah pada pukul 07:22 waktu setempat. Rekaman video menunjukkan para hadirin festival tertawa dan berjoget di bawah cahaya pagi yang masih temaram.

    Namun di atas kepala mereka, awan hitam kecil dari sinyal asap menandai awal dari teror.

    Kepulan asap tersebut tampak seperti gumpalan asap yang ditinggalkan oleh rudal defensif yang digunakan oleh militer Israel untuk mencegat roket yang ditembakkan dari Gaza.

    Selama beberapa jam setelah itu, Hamas menembakkan ribuan roket ke Israel.

    BBC Verify mencoba merekonstruksi kejadian pada festival musik itu menggunakan kiriman video dan media sosial yang telah diverifikasi serta teknologi pengenalan wajah.

    Beberapa penonton festival dapat terlihat di video yang sama melihat ke arah gumpalan awan gelap di atas kepala mereka. Penonton lain tidak menyadari apa-apa dan terus berjoget.

    Dalam video lain yang diunggah tak lama setelah itu, musik telah berhenti.

    Orang-orang mulai melarikan diri dari lokasi festival beberapa kelihatan panik, lainnya mencari perlindungan, dan ada yang berjalan santai ke pintu keluar.

    Tidak jauh dari sana di perbatasan Gaza, fase serangan berikutnya telah dimulai.

    ‘Mereka ada di mana-mana’

    Tidak jelas berapa menit yang berlalu antara tembakan roket dan kedatangan orang-orang bersenjata, namun keterangan saksi mata mengindikasikan semuanya terjadi begitu cepat.

    “Ada roket, lalu mereka mulai menembak. Ia datang dari berbagai arah, dan menjadi semakin keras dan semakin keras,” kata Gilad Karplus, 31 tahun, yang bekerja sebagai terapis pijat di festival itu, kepada BBC.

    “Saya melihat orang-orang berjatuhan. Dan ketika kami melihat itu, kami melompat ke dalam jip dan tancap gas ke arah lapangan.”

    Baca juga:

    Sebuah Instagram story yang diunggah oleh seorang perempuan menunjukkan roket-roket di langit dan orang-orang meninggalkan lokasi.

    “Kami pergi lewat jalan utama tetapi tidak lama setelah itu seseorang mulai berteriak bahwa teroris menembaki orang,” tulisnya kepada para pengikutnya.

    “Tetapi setelah dua menit, dari arah lain [kami] menyadari bahwa ada lebih banyak teroris di sana juga.

    Tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti apakah para anggota milisi tahu festival tersebut berlangsung di lokasi tersebut atau tidak namun mereka pasti mendengar suara musik bergema di area pedesaan yang tenang.

    Kami juga mengetahui bahwa, entah mereka menemukan lokasi tersebut secara sengaja atau tidak, para anggota milisi datang dengan persiapan untuk berperang.

    Gili Yoskovich mengatakan kepada BBC News pada akhir pekan bahwa para militan “berada di mana-mana dengan senjata otomatis” dan dia mendengar lebih banyak senjata diturunkan dari sebuah van.

    Semua laporan mengatakan bahwa kamp tersebut secara efektif dikepung serta jalan masuk dan keluar dari lokasi tersebut diblokir.

    Para festival berlarian ke segala arah, namun beberapa masih berada dalam jangkauan orang-orang bersenjata.

    BBC

    Gilad, yang pernah bertugas di tentara Israel, mengatakan: “Kami tahu mereka mungkin akan memblokir jalan. Saya cukup yakin banyak orang terbunuh di jalan tersebut.

    “Kami melaju ke lapangan dan berusaha bersembunyi dari mereka setelah itu kami masuk lebih dalam ke lapangan dan kemudian mereka mulai menembakkan senapan sniper ke arah kami dari berbagai tempat dan juga artileri berat.

    Saat berjalan menuju tempat yang dia harap aman, Gilad berkata dia melihat sebuah kendaraan militer Israel.

    “Kami melaju dengan sangat lambat dan begitu kami sampai di sana, kami melihat ia telah terkena rudal anti-tank atau semacamnya.

    Tidak ada tanda-tanda tentara yang pernah berada di dalamnya.

    Pembantaian yang tertangkap oleh kamera

    Selagi beberapa orang melarikan diri ke ladang dan gurun, para militan secara sistematis berkeliaran di area festival dan membunuh siapa pun yang terlihat.

    Rekaman kamera dasbor dengan penanda waktu pada pukul 09:23, diambil dari mobil yang diparkir, menunjukkan tiga pria bersenjata yang ikut serta dalam pembantaian tersebut.

    Dalam adegan pembuka rekaman, terlihat sesosok tubuh tak bergerak tergeletak meringkuk di samping mobil.

    Seorang anggota milisi yang bersenjatakan senapan otomatis kemudian terlihat memerintahkan seorang pria yang berlumuran darah agar tiarap di tanah, sebelum menarik bagian belakang kausnya dan membawanya melewati pandangan kamera. Tidak diketahui apakah dia selamat.

    Dan kemudian sosok di dekat mobil mulai bergerak. Pria yang tampaknya sedang berpura-pura mati itu mulai bangun. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat apakah situasi aman.

    Itu kesalahan yang fatal.

    Beberapa detik kemudian, militan lain berlari mendekatinya dan menembak kepalanya dari jarak dekat, lalu berjalan pergi.

    Di bagian selanjutnya dari rekaman yang sama, muncul sekelompok pria. Hanya satu yang bersenjata mereka tampaknya ada di sana untuk menjarah. Mereka terlihat mengobrak-abrik saku korban di dekat mobil, dan memeriksa koper di kendaraan lain yang diparkir.

    Namun, mereka menemukan lebih dari sekadar barang bawaan. Dua orang, seorang pria dan seorang wanita, yang bersembunyi di dalam mobil ditemukan dan dibawa pergi.

    Wanita yang dibawa tiba-tiba muncul kembali dua menit kemudian. Dia melompat dan melambaikan tangannya ke udara. Dia pasti mengira bantuan sudah dekat – pada saat itu, Pasukan Pertahanan Israel telah memulai upaya mereka untuk menghalau serangan tersebut.

    Namun beberapa detik kemudian dia terjatuh ke lantai seiring peluru memantul di sekelilingnya. Kami tidak tahu apakah dia selamat.

    Baca juga:

    BBC telah menganalisis rekaman tersebut dan menampilkan gambar dari orang-orang bersenjata yang tampak melalui alat pengenalan wajah.

    Foto tersebut mencocokkan salah satu wajah dengan gambar seorang pria berseragam polisi yang dipajang di situs web kota Nuseirat di Gaza.

    Kami membandingkannya melalui perangkat lunak Amazon Recognition dan mendapatkan skor kesamaan antara 94-97% (namun, beberapa aktivis telah menyuarakan kekhawatiran bahwa wajah orang-orang non-kulit putih dapat keliru diidentifikasi pada alat pengenalan wajah).

    Wajah tiga militan yang ikut serta dalam serangan – perangkat pengenalan wajah telah mencocokkan orang di tengah dengan foto seorang pria yang mengenakan seragam polisi di Gaza. (BBC)

    Baca juga:

    Ratusan jenazah ditemukan di lokasi festival

    Di seluruh lokasi festival, adegan-adegan brutal ini terulang berkali-kali.

    Lebih dari 260 mayat dilaporkan telah ditemukan dari lokasi tersebut, menurut agensi penyelamat Zaka.

    Rekaman seluler dan drone memperlihatkan skala serangan Hamas, dengan jalan menuju lokasi dipenuhi mobil-mobil yang gagal melewati hujan peluru.

    Festival ini telah menjadi zona perang – dan bagi sebagian orang, mimpi buruk terus berlanjut.

    Hamas mengklaim telah menyandera beberapa orang dari lokasi tersebut, dan Israel mengatakan sekitar 100 orang dari seluruh negeri ditahan di Gaza.

    Salah satu video paling mengerikan yang muncul dari festival tersebut adalah seorang perempuan yang disebut di media sosial sebagai Noa Argamani.

    Dalam rekaman yang diunggah ke media sosial oleh Hamas, perempuan itu terlihat digiring ke belakang sepeda motor oleh para militan sambil menangis dan berteriak, seraya mengulurkan tangan kepada seorang pria yang ditahan. Pria itu hanya bisa memperhatikan saat si perempuan dibawa ke kejauhan.

    Rekaman yang mengklaim menunjukkan bahwa perempuan itu masih hidup di Gaza telah beredar secara online tetapi belum jelas apakah video itu asli.

    Keluarganya, dan keluarga orang lain yang diculik dari festival tersebut, masih menunggu kabar tentang orang yang mereka cintai dan masih belum jelas apa yang akan dilakukan pemerintah Israel untuk mendapatkan mereka kembali.

    Lihat Video: 140 Anak-anak Palestina Tewas Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza

    (ita/ita)

  • Afghanistan Kembali Diguncang Gempa M 6,3

    Afghanistan Kembali Diguncang Gempa M 6,3

    Kabul

    Afghanistan kembali diguncang gempa bumi dengan Magnitudo 6,3 pada Rabu (11/10) pagi waktu setempat. Gempa terbaru itu mengguncang area yang sama, di mana gempa dengan kekuatan serupa mengguncang pada akhir pekan lalu dan menewaskan lebih dari 2.000 orang.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (11/10/2023), Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS melaporkan bahwa gempa bumi M 6,3 itu mengguncang pada Rabu (11/10) pagi, sekitar pukul 05.10 waktu setempat dan berpusat di lokasi berjarak 29 kilometer sebelah utara kota Herat. Pusat gempa disebut tergolong dangkal.

    Para relawan dan petugas penyelamat telah bekerja sejak Sabtu (7/10) waktu setempat, dalam upaya terakhir menemukan korban selamat dalam gempa sebelumnya. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut gempa pada akhir pekan meratakan seluruh desa dan berdampak pada lebih dari 12.000 orang.

    Para pejabat lokal dan nasional memberikan perhitungan yang berbeda soal jumlah korban tewas dan luka akibat gempa sebelumnya. Namun Kementerian Urusan Bencana Afghanistan menyebut sedikitnya 2.053 orang tewas akibat gempa pada Sabtu (7/10) lalu.

    Belum ada laporan mengenai jumlah korban baru setelah gempa M 6,3 mengguncang di dekat Herat pada Rabu (11/10) pagi waktu setempat.

    Gempa bumi pada akhir pekan, yang juga berkekuatan M 6,3, dilaporkan menghancurkan 11 desa di distrik Zenda Jan, Provinsi Herat.

    “Tidak ada satu pun rumah yang tersisa, bahkan tidak ada kamar yang menjadi tempat kami bermalam,” sebut warga setempat, Mohammad Naeem (40), yang kehilangan 12 anggota keluarganya, termasuk ibunya, dalam gempa pada Sabtu (7/10) lalu.