Author: Detik.com

  • Israel Sebut 16 Tentaranya Tewas Dalam Pertempuran Lawan Hamas di Gaza

    Israel Sebut 16 Tentaranya Tewas Dalam Pertempuran Lawan Hamas di Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengakui sedikitnya 16 tentaranya tewas dalam pertempuran yang terjadi di dalam dan dekat wilayah Jalur Gaza. Pasukan Israel terlibat pertempuran sengit dengan kelompok Hamas setelah semakin memperluas operasi darat ke Jalur Gaza.

    Seperti dilansir AFP, Kamis (2/11/2023), militer Israel secara detail merilis informasi soal tentaranya yang tewas via situs resminya, dengan menyebut nama, usia dan lokasi tentara itu tewas saat pertempuran berlangsung.

    Pasukan Israel bertempur melawan Hamas di dalam wilayah Jalur Gaza sejak Jumat (27/10) lalu, setelah mengumumkan perluasan operasi darat yang didukung serangan udara dan serangan artileri besar-besaran. Disebutkan militer Israel bahwa angka 16 tentara tewas itu tercatat sejak Selasa (31/10) pekan ini.

    Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut 15 tentaranya tewas saat bertempur dengan Hamas di dalam wilayah Jalur Gaza, sedangkan satu tentara lainnya tewas di luar wilayah tersebut. Tidak disebutkan lebih lanjut soal bagaimana tentara-tentara Israel itu tewas.

    Diketahui bahwa bentrokan juga terjadi dengan Hizbullah dan kelompok-kelompok militan lainnya di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon, yang sejauh ini menewaskan sedikitnya delapan tentara.

    Israel menggempur Jalur Gaza tanpa henti dalam upaya membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang, Laporan otoritas Gaza menyebut lebih dari 8.700 orang tewas akibat serangan udara Israel selama tiga pekan terakhir.

    Pekan lalu, Israel meningkatkan operasi darat terhadap Jalur Gaza, dengan laporan sejumlah wartawan AFP di lapangan menyebut lebih banyak tank bergerak melintasi perbatasan ke wilayah Jalur Gaza bagian utara.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pertama Kali, Biden Nyatakan Dukung Jeda Kemanusiaan di Jalur Gaza

    Pertama Kali, Biden Nyatakan Dukung Jeda Kemanusiaan di Jalur Gaza

    Dalam pernyataan di hadapan pendukungnya, Biden berbicara lebih jauh dengan wanita tersebut. Biden bahkan menyebut Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dengan nama panggilannya, Bibi.

    “Saya adalah orang yang meyakinkan Bibi untuk menyerukan gencatan senjata agar para tahanan bisa bebas. Saya adalah orang yang berbicara dengan (Presiden Mesir Abdel Fattah al-) Sisi untuk meyakinkan dia agar membuka pintu (perbatasan Gaza dengan Mesir-red),” ucap Biden dalam pernyataannya.

    Biden mengindikasikan dirinya sedang membahas pembebasan dua sandera AS yang ditahan oleh militan Palestina baru-baru ini.

    Wanita yang berteriak kepada Biden itu akhirnya dibawa keluar ruangan dan mengidentifikasi dirinya kepada wartawan sebagai Rabi Jessica Rosenberg.

    Gedung Putih sebelumnya menyerukan ‘jeda kemanusiaan’ untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan disalurkan ke Jalur Gaza, atau untuk memungkinkan evakuasi warga sipil dan korban luka. Namun sejauh ini, AS menolak untuk membahas soal gencatan senjata, yang diyakini hanya akan menguntungkan Hamas.

    Meskipun tidak ada seruan gencatan senjata dari Biden, namun menurut Al Jazeera, Presiden AS untuk pertama kalinya menyatakan dukungan untuk jeda kemanusiaan.

    Dua pekan lalu, AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan jeda kemanusiaan untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. AS pada saat itu menyoroti draf resolusi yang diajukan Brasil itu tidak mengakui soal hak Israel untuk membela diri, meskipun resolusi itu juga mengecam apa yang disebut sebagai ‘serangan teroris keji oleh Hamas’.

    Di sisi lain, menurut Al Jazeera, pernyataan terbaru Biden ini bisa menuai banyak penafsiran setelah dia menyatakan dirinya sangat bersimpati dengan penderitaan di Jalur Gaza, menggunakan istilah yang sangat pribadi untuk menggambarkan anak-anak yang kehilangan orang tuanya dan orang tua yang kehilangan anaknya.

    Namun dari segi kebijakan, sebut Al Jazeera dalam laporannya, pernyataan Biden ini bukanlah langkah pasti menuju gencatan senjata, terutama karena AS belum menyelidiki serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza untuk melihat apakah gempuran itu melanggar hukum internasional.

    Perang antara Israel dan Hamas memasuki hari ke-27 pada Kamis (2/11) waktu setempat. Untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran dan tanpa henti ke Jalur Gaza, bahkan mengerahkan operasi darat yang semakin ekstensif ke wilayah tersebut.

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 7 Sandera Tewas Akibat Gempuran Israel ke Kamp Pengungsi Gaza

    7 Sandera Tewas Akibat Gempuran Israel ke Kamp Pengungsi Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza menyebut ada tujuh sandera tewas dalam serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia pekan ini. Tiga sandera di antaranya disebut sebagai pemegang paspor asing.

    Seperti dilansir Al Jazeera dan AFP, Kamis (2/11/2023), kamp pengungsi Jabalia dihantam serangan udara Israel pada Selasa (31/10) dan Rabu (1/11) waktu setempat. Otoritas Gaza menyebut sedikitnya 195 orang dikonfirmasi tewas, 120 orang lainnya masih hilang dan sebanyak 777 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, dalam pernyataannya menyebut korban tewas termasuk beberapa sandera yang dibawa ke Jalur Gaza.

    “Tujuh tahanan tewas dalam pembantaian Jabalia kemarin, termasuk tiga pemegang paspor asing,” sebut Brigade Ezzedine al-Qassam, merujuk pada serangan pertama Israel terhadap kamp pengungsi terbesar di Jalur Gaza tersebut.

    Tidak ada informasi detail soal sandera-sandera itu yang diberikan Hamas, termasuk soal asal kewarganegaraan tiga sandera pemegang paspor asing itu.

    Klaim Hamas itu juga tidak bisa diverifikasi secara independen. Brigade Ezzedine al-Qassam sebelumnya mengklaim ‘nyaris 50’ sandera tewas dalam rentetan serangan Israel lainnya.

    Belum ada tanggapan dari Israel atas klaim terbaru Hamas tersebut. Otoritas Tel Aviv juga belum mengonfirmasi jumlah korban tewas dalam serangannya ke kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sejarah dan Arti Semangka Simbol Dukungan untuk Palestina

    Sejarah dan Arti Semangka Simbol Dukungan untuk Palestina

    Jakarta

    Ramai soal buah semangka yang dijadikan sebagai simbol dukungan untuk Palestina, di tengah perang melawan Israel. Ternyata di balik buah semangka yang disebut sebagai simbol ‘the fruit of Palestine’ ini ada sejarah dan maknanya.

    Seperti akhir-akhir ini, ramai di media sosial berbagai bentuk ilustrasi buah semangka yang digunakan masyarakat sebagai ekspresi untuk menunjukkan dukungan terhadap Palestina. Baik digambarkan dalam karya seni hingga unggahan emoji.

    Lantas apa makna semangka Palestina yang menjadi simbol solidaritas atau dukungan terhadap Palestina itu? Kenapa semangka jadi simbol Palestina, dan bagaimana sejarahnya? Untuk mengetahui lebih lanjut, simak uraiannya berikut ini:

    Arti Semangka Simbol Palestina

    Dilansir Al Jazeera, sejatinya tidak hanya semangka, ada pula buah-buahan lain seperti jeruk, zaitun, dan terong yang juga dianggap sebagai buah-buahan yang mewakili identitas Palestina, namun semangka mungkin adalah yang paling ikonik.

    Melambangkan Budaya dan Identitas Palestina

    Bagi masyarakat Palestina, simbol semangka melambangkan budaya dan identitas Palestina. Sebagai bentuk protes, pertanian, kuliner dan sastra, masyarakat Palestina menggunakan semangka untuk merepresentasikan identitas nasional, yang berhubungan dengan tanah dan perlawanan mereka.

    Warna yang Sama dengan Bendera Palestina

    Selain itu, buah Semangka tumbuh di seluruh Palestina, dari Jenin hingga Gaza. Semangka juga memiliki warna yang sama dengan bendera Palestina, yang terdiri dari warna merah, hijau, putih, dan hitam. Sehingga digunakan untuk memprotes penindasan Israel terhadap bendera dan identitas Palestina.

    Bendera Palestina. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Joel Carillet)

    Dilansir media Time, penggunaan semangka sebagai simbol Palestina bukanlah hal yang baru. Pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari pada tahun 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat, Jalur Gaza, dan mencaplok Yerusalem Timur.

    Dari Larangan Pengibaran Bendera Palestina

    Untuk menghindari larangan penggunaan bendera tersebut, warga Palestina mulai menggunakan semangka karena ketika dibelah, buah ini memiliki warna-warna yang mewakili warna bendera nasional Palestina, yakni merah, hitam, putih, dan hijau.

    Pemerintah Israel tidak hanya menindak bendera tersebut. Seniman Sliman Mansour mengatakan kepada The National pada tahun 2021 bahwa pada tahun 1980, para pejabat Israel menutup sebuah pameran di Galeri 79 di Ramallah yang menampilkan karyanya dan karya-karyanya yang lain, termasuk Nabil Anani dan Issam Badrl.

    Kemudian pada tahun 1993, Israel mencabut larangan terhadap bendera Palestina, sebagai bagian dari Perjanjian Oslo (Oslo Accords), yang mensyaratkan pengakuan timbal balik antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (Palestinian Liberation Organization/PLA).

    Perjanjian itu merupakan perjanjian formal pertama yang mencoba menyelesaikan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Bendera tersebut pun diterima sebagai simbol Otoritas Palestina, yang akan mengelola Gaza dan Tepi Barat.

    Setelah perjanjian tersebut, New York Times mengisyaratkan pada peran semangka sebagai simbol pengganti selama pelarangan bendera. “Di Jalur Gaza, di mana para pemuda pernah ditangkap karena membawa irisan semangka-yang menunjukkan warna merah, hitam, dan hijau khas Palestina-tentara berdiri dengan tenang saat pawai mengibarkan bendera yang pernah dilarang,” tulis jurnalis Times, John Kifner.

    Pada tahun 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan The Story of the Watermelon untuk sebuah buku berjudul Subjective Atlas of Palestine. Pada tahun 2013, dia mengisolasi satu cetakan dan menamainya The Colours of the Palestinian Flag, yang sejak saat itu telah dilihat oleh banyak orang di seluruh dunia.

    Penggunaan semangka sebagai simbol Palestina juga muncul kembali pada tahun 2021. Setelah pengadilan Israel memutuskan bahwa keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur akan digusur dari rumah mereka untuk memberi jalan bagi para pemukim.

    Penggunaan Simbol Semangka Palestina Hari Ini

    Pada bulan Januari 2023, Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, memberikan wewenang kepada polisi untuk menyita bendera Palestina. Hal ini lantas diikuti dengan pemungutan suara pada bulan Juni atas rancangan undang-undang (RUU) tentang larangan mengibarkan bendera di lembaga-lembaga yang didanai negara, termasuk universitas.

    Kemudian pada bulan Juni, Zazim, sebuah organisasi masyarakat Arab-Israel, meluncurkan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera Palestina. Gambar semangka ditempelkan di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv, dengan tulisan yang berbunyi, “Ini bukan bendera Palestina.”

    “Pesan kami kepada pemerintah sudah jelas: kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti memperjuangkan kebebasan berekspresi dan demokrasi,” ujar direktur Zazim, Raluca Ganea.

    Amal Saad, seorang warga Palestina dari Haifa yang bekerja dalam kampanye Zazim, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka memiliki pesan yang jelas: “Jika Anda ingin menghentikan kami, kami akan menemukan cara lain untuk mengekspresikan diri kami.”

    Saad juga mengatakan bahwa dukungan yang dia terima sangat besar, dengan lebih dari 1.300 aktivis menyumbangkan dana untuk memperjuangkan kampanye Zazim. Donasi tersebut memungkinkan Zazim untuk menyimpan semangka lebih lama dari yang direncanakan, dan kampanye ini sekarang bergeser ke pembagian kaos simbol semangka.

    (wia/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bertambah, Gempuran Israel ke Kamp Pengungsi Gaza Tewaskan 195 Orang

    Bertambah, Gempuran Israel ke Kamp Pengungsi Gaza Tewaskan 195 Orang

    Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Gutteres menggambarkan serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia itu sebagai hal yang ‘mengerikan’. Sementara Komisioner Tinggi HAM PBB mengingatkan bahwa ‘serangan yang tidak proporsional’ bisa dianggap sebagai ‘kejahatan perang’.

    Total Lebih dari 8.700 Orang Tewas Akibat Gempuran Israel di Gaza

    Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 8.796 orang tewas akibat serangan udara Israel selama tiga pekan terakhir. Angka itu mencakup sedikitnya 3.648 anak-anak dan 2.290 wanita.

    Dalam laporannya, seperti dilansir AFP dan Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza juga menyebut sekitar 22.219 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan gempuran Israel.

    Disebutkan juga oleh Kementerian Kesehatan Gaza bahwa ada 2.030 laporan orang hilang, termasuk 1.020 anak-anak yang dilaporkan hilang dan diduga tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara tanpa henti dari Israel.

    Jumlah korban jiwa yang dilaporkan otoritas Gaza yang dikuasai Hamas diragukan oleh Israel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS). Namun Badan PBB untuk Pengungsi Palestina menegaskan bahwa jumlah korban tewas yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Gaza terbukti ‘kredibel’ dalam konflik-konflik sebelumnya.

    “Di masa lalu, dalam lima, enam siklus konflik di Jalur Gaza, angka-angka ini dianggap kredibel dan tidak ada seorang pun yang benar-benara menentang angka-angka ini,” tegas Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA, Philippe Lazzarini, saat berbicara kepada wartawan di Yerusalem, seperti dilansir AFP, Jumat (27/10).

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Gempur Warga Gaza yang Antre Roti, Puluhan Orang Tewas

    Israel Gempur Warga Gaza yang Antre Roti, Puluhan Orang Tewas

    “Wanita, anak-anak, warga sipil yang tidak bersalah dan tidak bersenjata yang sedang mengantre… dibunuh tanpa pandang bulu,” sebut Abu Salimi.

    Jumlah pasti korban tewas dan korban luka akibat serangan Israel di Jalan al-Nasr itu belum diketahui secara jelas.

    Sebuah video yang didapatkan Al Jazeera Arabic menunjukkan situasi di sekitar toko roti yang dilaporkan digempur oleh Israel tersebut. Terlihat dalam video tersebut bagaimana gedung-gedung hancur dengan puing-puing berserakan dan asap menyelimuti area lokasi serangan.

    Belum ada komentar dari Israel atas laporan serangannya yang mengenai toko roti dan orang-orang yang sedang mengantre roti di Jalur Gaza ini.

    Sebagian Besar Toko Roti di Gaza Hancur Akibat Gempuran Israel

    Koresponden Al Jazeera yang melaporkan dari Jalur Gaza menyebut hanya tersisa sedikit toko roti di daerah kantong Palestina itu sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai awal bulan ini.

    “Sebagian besar toko roti menjadi sasaran atau hancur (dalam serangan udara Israel),” sebut koresponden Al Jazeera di Gaza, Youmna El Sayed dalam laporannya.

    Menurut laporan UN OCHA, enam toko roti yang hancur ada di wilayah Gaza City, dua toko roti lainnya yang hancur ada di Jabalia, dua toko roti lainnya di Wilayah Tengah dan satu toko roti yang hancur ada di Khan Younis.

    Saat ini, menurut UN OCHA, hanya ada sembilan toko roti yang masih beroperasi di Jalur Gaza. Toko-toko roti di Jalur Gaza itu menerima bantuan tepung dari UN OCHA, namun kesulitan untuk beroperasi karena kekurangan bahan bakar.

    Disebutkan juga oleh UN OCHA bahwa orang-orang ‘terpapar serangan udara’ saat berdiri dalam ‘antrean selama berjam-jam’ demi mendapatkan roti.

    (nvc/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS Ada di Balik ‘Kekacauan Mematikan’ di Timur Tengah

    AS Ada di Balik ‘Kekacauan Mematikan’ di Timur Tengah

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya bertanggung jawab atas apa yang disebutnya sebagai ‘kekacauan mematikan’ yang terjadi di kawasan Timur Tengah, terutama krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Putin menyebut Barat ‘membutuhkan’ kekacauan terus-menerus di Timur Tengah.

    Seperti dilansir Al Arabiya dan Press TV, Selasa (31/10/2023), tuduhan terbaru ini disampaikan Putin dalam pertemuan dengan anggota Dewan Keamanan Rusia dan jajaran pemerintahan serta kepala lembaga penegak hukum Moskow yang digelar pada Senin (30/10) waktu setempat.

    “Kita harus memahami dengan jelas siapa yang sebenarnya berada di balik tragedi yang melanda warga Timur Tengah dan wilayah-wilayah lainnya di dunia, siapa yang mengorganisir kekacauan mematikan ini dan siapa yang mendapat keuntungan dari situasi saat ini, menurut pendapat saya, sudah menjadi jelas … Para elite penguasa AS saat ini dan negara-negara satelit mereka adalah yang paling diuntungkan dari ketidakstabilan dunia,” tuduh Putin dalam pernyataannya.

    “Peristiwa-peristiwa mengerikan yang kini terjadi di Jalur Gaza, ketika ratusan ribu orang yang tidak bersalah dibunuh tanpa pandang bulu, yang tidak punya tempat untuk lari, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi dari pengeboman, tidak bisa dibenarkan dengan cara apapun,” tegasnya.

    Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah Rusia, Putin menyebut elite penguasa AS dan sekutu-sekutunya ada di balik krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Lebih dari 8.300 orang tewas akibat serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza yang telah berlangsung selama lebih dari tiga pekan terakhir. Israel menggempur Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang dilaporkan menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    “Mereka (negara-negara Barat-red) membutuhkan kekacauan terus-menerus di Timur Tengah. Oleh karena itu, (AS) melakukan yang terbaik untuk mendiskreditkan negara-negara yang menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza, untuk menghentikan pertumpahan darah, dan siap melakukan tindakan nyata, kontribusi untuk menyelesaikan krisis, dan tidak (memberi makan) seperti parasit,” sebut Putin dalam pernyataannya.

  • Brigade Al-Quds Akan Terus Melawan Operasi Darat Israel di Gaza

    Brigade Al-Quds Akan Terus Melawan Operasi Darat Israel di Gaza

    Jakarta

    Gempuran darat Israel terus terjadi disusul penolakan gencatan senjata di Gaza. Pasukan Jihad Islam Palestina mengatakan akan terus melakukan perlawanan terhadap Israel.

    Dilansir Aljazeera, Selasa (31/10/2023), juru bicara Brigade Al-Quds sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, Abu Hamzah, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ‘perlawanan’ di semua faksi akan terus menghadapi operasi darat Israel.

    “Kami mengatakan kepada keluarga para tawanan bahwa pemerintah Anda mempertaruhkan nyawa anak-anak Anda untuk mengulur waktu,” kata Abu Hamzah.

    “Setiap menit yang berlalu merupakan ancaman bagi kehidupan para tahanan,” katanya mengacu pada pemerintah Israel.

    Pasukan darat Israel mengepung Jalur Gaza dan serangan udara menghantam wilayah Palestina. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas tidak akan terjadi.

    Dilansir AFP, Selasa (31/10), Netanyahu berbicara kepada jurnalis asing setelah mengatakan kepada kabinet perangnya bahwa pasukan Israel membuat ‘kemajuan sistematis’ melawan kelompok Hamas dalam menanggapi serangan 7 Oktober.

    Operasi militer Israel yang semakin intensif meningkatkan ketakutan terhadap 2,4 juta penduduk Gaza, di mana kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 8.300 orang telah terbunuh.

    (rfs/rfs)

  • Hamas Punya 2 Pilihan, Mati Bertempur atau Menyerah

    Hamas Punya 2 Pilihan, Mati Bertempur atau Menyerah

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kelompok Hamas di Gaza akan ‘mati atau menyerah’ dalam pidatonya yang disiarkan televisi. Gallant mengatakan Hamas hanya dua pilihan dalam pertempuran di Gaza.

    Dilansir Aljazeera, Selasa (31/10/2023), Gallant mengatakan Hamas memiliki ‘dua pilihan’ dalam pidatonya yang disiarkan televisi, yaitu ‘mati dalam pertempuran atau menyerah tanpa syarat apa pun’.

    “Tidak ada pilihan ketiga,” kata Gallant, mengarahkan pesannya kepada kelompok Hamas di lapangan serta para pemimpin di Gaza.

    “Kami akan menjangkau mereka dan kami akan mencapai misi kami dan kami akan memastikan organisasi itu sudah tidak ada lagi,” katanya.

    “Kami akan berhasil dalam operasi darat kami dengan memastikan kembalinya tawanan kami dan dengan menghilangkan kemampuan Hamas,” imbuhnya.

    Pernyataannya muncul ketika Israel terus menggempur berbagai wilayah di wilayah tersebut meskipun terdapat seruan luas untuk segera melakukan gencatan senjata.

    (rfs/rfs)

  • Netanyahu Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Ogah Menyerah pada Hamas

    Netanyahu Tolak Gencatan Senjata di Gaza, Ogah Menyerah pada Hamas

    Jakarta

    Pasukan darat Israel mengepung Jalur Gaza dan serangan udara menghantam wilayah Palestina. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gencatan senjata dalam perang Israel melawan Hamas tidak akan terjadi.

    Dilansir AFP, Selasa (31/10/2023), Netanyahu berbicara kepada jurnalis asing setelah mengatakan kepada kabinet perangnya bahwa pasukan Israel membuat ‘kemajuan sistematis’ melawan kelompok Hamas dalam menanggapi serangan 7 Oktober.

    Operasi militer Israel yang semakin intensif meningkatkan ketakutan terhadap 2,4 juta penduduk Gaza, di mana kementerian kesehatan yang dikuasai Hamas mengatakan lebih dari 8.300 orang telah terbunuh.

    “Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan bagi Israel untuk menyerah kepada Hamas, untuk menyerah kepada terorisme…ini tidak akan terjadi,” katanya, seraya bersumpah bahwa Israel akan berjuang sampai pertempuran ini dimenangkan.

    Militer Israel mengatakan seorang tentara wanita dibebaskan dari penawanan setelah operasi di wilayah yang dikuasai Hamas.

    “Ori Megidish dibebaskan dalam operasi darat,” kata tentara, seraya menambahkan bahwa dia telah diperiksa secara medis dan kondisinya baik-baik saja. Kantor Netanyahu menerbitkan foto dirinya dikelilingi oleh anggota keluarga.

    Pemimpin Israel mengatakan masyarakat internasional harus menuntut para tawanan yang tersisa di Gaza segera dibebaskan, tanpa syarat.

    Banyak rumah sakit di Gaza terkena dampaknya dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa pasien tidak dapat dipindahkan dengan aman keluar dari zona perang.

    Lihat Video: Situasi di Gaza Buruk, Jokowi Dorong Gencatan Senjata Disegerakan

    (rfs/rfs)