Author: Detik.com

  • Situasi Yordania Memanas Buntut 3 Tentara AS Tewas

    Situasi Yordania Memanas Buntut 3 Tentara AS Tewas

    Washington DC

    Situasi Yordania memanas usai serangan misterius terhadap serdadu-serdadu Paman Sam di Timur Tengah itu. Serangan balasan dari Amerika Serikat (AS) siap meluncur, seolah tinggal tunggu waktu saja.

    Dilansir AFP, Senin (29/1) kemarin, serangan misterius itu dilakukan oleh pesawat tanpa awak alias drone.

    Sasarannya adalah pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Yordania. Lokasi pangkalan AS itu ada di dekat perbatasan Suriah.

    Menurut CENTCOM, ada sekitar 350 personel Angkatan Darat dan Angkatan Udara AS di pangkalan yang dihantam serangan itu. Para personel militer AS itu, sebut CENTCOM, menjalankan “sejumlah fungsi pendukung utama” termasuk untuk koalisi internasional melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS).

    Juru bicara pemerintah Yordania, Muhannad Mubaidin, mengecam serangan terhadap pasukan militer AS di negaranya tersebut.

    3 Serdadu AS tewas

    Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan bahwa ada tiga orang personel militernya yang menjadi korban serangan drone misterius itu. Selain itu dilaporkan pada kesempatan selanjutnya, 34 orang terluka akibat serangan itu.

    “Tiga anggota militer AS tewas dan banyak yang terluka dalam serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan kami yang ditempatkan di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.

    AS tuduh Iran

    AS menuduh Iran sebagai pihak yang mendalangi serangan drone di Yordania tersebut. Tuduhan ini disampaikan langsung oleh Joe Biden.

    “Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta mengenai serangan ini, kami mengetahui bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak,” kata Biden.

    Biden menyebut pihaknya komitmen akan memerangi terorisme. Dia meminta pelaku untuk bertanggung jawab atas tindakannya.

    “Kami akan menjalankan komitmen mereka untuk memerangi terorisme. Dan kami yakin kami akan meminta pertanggungjawaban semua pihak yang bertanggung jawab pada waktu dan cara yang kami pilih,” ujarnya.

    US President Joe Biden (Photo by Brendan SMIALOWSKI / AFP)

    Iran membantah

    Pemerintah Iran membantah tuduhan Amerika Serikat dan Inggris bahwa mereka mendukung kelompok-kelompok militan yang melakukan serangan drone di Yordania, yang menewaskan tiga personel militer AS.

    “Klaim ini dibuat dengan tujuan politik tertentu untuk membalikkan realitas di kawasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani seperti dikutip kantor berita resmi Iran, IRNA.

    Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Kanaani mengatakan pernyataan seperti itu mengancam “perdamaian dan stabilitas regional dan internasional”.

    Pasukan AS dan sekutu di Irak dan Suriah telah menjadi sasaran lebih dari 150 serangan sejak pertengahan Oktober, menurut Pentagon, dan Washington telah melakukan serangan balasan di kedua negara tersebut.

    Selanjutnya, AS akan membalas:

    AS akan membalas

    Para anggota parlemen AS mendesak pemerintahan Biden untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap Iran. Soalnya, 3 orang tewas dan 34 orang lainnya dari pihak tentara AS menjadi korban dari serangan itu. Ini adalah yang pertama dialami militer AS sejak berkecamuknya perang Israel versus Palestina di Jalur Gaza sejak Oktober lalu.

    Serangan mematikan di Yordania itu dinilai akan semakin meningkatkan ketegangan di kawasan Timur Tengah dan memicu kekhawatiran akan meluasnya konflik yang secara langsung melibatkan Iran.

    “Jangan ragu — kami akan meminta pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan cara yang kami pilih,” tegas Presiden AS Joe Biden.

    Saat berbicara dalam acara kampanye di South Carolina, pada Minggu (28/1) waktu setempat, Biden kembali membahas serangan itu dan menggelar momen mengheningkan cipta bagi tiga tentara AS yang gugur di Yordania.

    “Kita akan merespons,” tegas Biden.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Afrika Selatan Desak Israel Hormati Putusan Mahkamah Internasional

    Afrika Selatan Desak Israel Hormati Putusan Mahkamah Internasional

    Jakarta

    Afrika Selatan (Afsel) memuji keputusan Mahkamah Internasional atau Court Of Justice (ICJ) yang menyatakan bahwa Israel harus mencegah tindakan genosida di Gaza. Presiden Cyril Ramaphosa berharap hal itu akan mengarah pada gencatan senjata.

    Dilansir AFP, Jumat (27/1/2024), Mahkamah Internasional di Den Haag telah mengeluarkan keputusan pertamanya dalam kasus penting yang diajukan oleh Afsel, yang juga memerintahkan Israel untuk mengizinkan akses kemanusiaan ke wilayah Palestina.

    “Hari ini, Israel berdiri di hadapan komunitas internasional, kejahatannya terhadap Palestina terungkap,” kata Ramaphosa dalam pidatonya yang disiarkan televisi.

    “Kami berharap Israel sebagai negara yang memproklamirkan diri sebagai negara demokrasi dan menghormati supremasi hukum akan mematuhi langkah-langkah yang diambil,” imbuhnya.

    Afrika Selatan menuduh Israel melanggar Konvensi Genosida PBB tahun 1948–yang dibuat setelah Perang Dunia II dan Holocaust–selama kampanye militernya di Gaza, yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Pengadilan tidak memberikan penilaian apakah Israel benar-benar melakukan genosida atau tidak, namun mengeluarkan perintah darurat sambil mempertimbangkan tuduhan yang lebih luas–sebuah proses yang kemungkinan akan memakan waktu bertahun-tahun.

    Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan menyambut baik keputusan tersebut sebagai “kemenangan yang menentukan bagi supremasi hukum internasional dan tonggak penting dalam pencarian keadilan bagi rakyat Palestina”.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ketegangan Baru India vs Pakistan Buntut Pembunuhan

    Ketegangan Baru India vs Pakistan Buntut Pembunuhan

    Jakarta

    Pemerintah Pakistan dan India kini terlibat ketegangan terbaru. Islamabad mengklaim ada bukti kredibel yang mengaitkan agen-agen New Delhi dengan pembunuhan dua warganya di negara tersebut.

    Diketahui kasus ini meningkatkan ketegangan antara kedua negara yang sudah sejak lama menjadi musuh bebuyutan.

    Dilansir Reuters, Jumat (26/1/2024), tuduhan itu disampaikan beberapa hari setelah Pakistan terlibat aksi saling serang dengan Iran, juga negara tetangganya, terhadap target yang mereka anggap sebagai tempat persembunyian militan.

    India secara terpisah juga menuduh Pakistan telah melatih dan menampung militan yang melancarkan serangan di wilayah Kashmir. Dimana diketahui wilayah ini menjadi sengketa di area Himalaya, yang terbagi antara kedua negara.

    Kedua negara yang sama-sama memiliki senjata nuklir itu sudah tiga kali berperang sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1947 silam.

    Menteri Luar Negeri Pakistan Muhammad Syrus Qazi mengatakan kepada wartawan bahwa pembunuhan di wilayahnya yang diduga terkait agen-agen India itu melibatkan “pengaturan internasional yang canggih” yang tersebar di sejumlah lokasi.

    Tidak hanya itu, ia juga mengaku memiliki bukti dokumenter hingga forensik terkait keterlibatan agen India.

    Lebih lanjut, Qazi menyebut operator lokal, yang disewa dan direkrut oleh agen-agen India yang beroperasi di negara-negara lain, melakukan dua pembunuhan pada akhir tahun lalu. Satu pembunuhan terjadi di distrik Sialkot dan satu pembunuhan lainnya di Rawalakot, bagian wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.

    Dua korban pembunuhan itu diidentifikasi oleh Kementerian Luar Negeri Pakistan sebagai Shahid Latif dan Mohammad Riaz. Namun tidak dijelaskan lebih lanjut soal siapa orang-orang ini dan mengapa New Delhi meminta agen-agennya untuk membunuh mereka di wilayah musuh bebuyutannya.

    Qazi menambahkan bahwa dua tersangka agen India yang terlibat pembunuhan itu diidentifikasi sebagai Yogesh Kumar dan Ashok Kumar.

    Dia menyebut para penyewa senjata dan orang-orang lainnya yang terlibat dalam dua tindak kejahatan itu telah diadili. Disebutkan juga bahwa negara-negara lainnya, di mana agen-agen India itu diduga beroperasi, telah diberitahu.

    Kementerian Luar Negeri India, dalam tanggapannya, menyebut tuduhan itu sebagai upaya Pakistan menyebarkan “propaganda anti-India yang palsu dan jahat”.

    Namun Qazi menyebut metode pembunuhan itu serupa dengan upaya pembunuhan lainnya di Kanada, Amerika Serikat (AS), dan negara-negara lainnya. Dia menyebut dugaan jaringan “pembunuhan ekstrayudisial dan ekstrateritorial” oleh India telah menjadi fenomena global.

    Diketahui bahwa beberapa bulan lalu, Ottawa dan Washington secara terpisah menuduh agen-agen India terkait upaya pembunuhan di wilayah mereka. New Delhi menolak tuduhan Kanada dan telah meluncurkan penyelidikan atas tuduhan AS.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tak Ada Negara Kebal Hukum

    Tak Ada Negara Kebal Hukum

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri Palestina, Riyadh Maliki, mengatakan negaranya menyambut putusan Mahkamah Internasional atau Court Of Justice (ICJ) yang memerintahkan Israel harus mencegah tindakan genosida di Gaza dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan. Putusan tersebut dinilai pengingat bagi semua negara.

    “Palestina menyambut baik perintah penting Mahkamah Internasional dalam kasus Afrika Selatan melawan Israel berdasarkan Konvensi Genosida. Mengingat bukti-bukti tak terbantahkan yang diajukan ke Pengadilan mengenai genosida yang sedang berlangsung, ICJ memerintahkan tindakan sementara ini,” kata Maliki di akun media sosial X dilansir AlJazeera, Jumat (26/1/2024).

    “Putusan ICJ merupakan pengingat penting bahwa tidak ada negara yang kebal hukum atau di luar jangkauan keadilan. Hal ini mematahkan budaya kriminalitas dan impunitas Israel yang mengakar, yang menjadi ciri pendudukan, perampasan, penganiayaan, dan apartheid yang telah berlangsung selama puluhan tahun di Palestina,” imbuhnya.

    Menurut Maliki, Israel gagal meyakinkan Mahkamah Internasional bahwa mereka tidak melanggar Konvensi Genosida. Para hakim ICJ dinilai melihat politisasi, pembelokan, dan kebohongan Israel.

    “Mereka menilai fakta-fakta dan hukum serta memerintahkan tindakan sementara yang mengakui gawatnya situasi di lapangan dan kebenaran penerapan yang dilakukan oleh Afrika Selatan. Israel dituduh menghancurkan seluruh rakyatnya dan sekarang akan dituduh melakukan genosida, kejahatan dari semua kejahatan,” ucapnya.

    Palestina menyerukan semua negara untuk memastikan penghormatan terhadap perintah Mahkamah Internasional, termasuk Israel. Menurutnya, putusan Mahkamah Internasional mengikat untuk semua pihak.

    “Pemerintah semua negara harus memastikan bahwa mereka tidak terlibat dalam genosida ini, dimulai dengan menghentikan perdagangan senjata dengan Israel. Pemerintah semua negara juga harus berupaya menghentikan pembantaian dan penghancuran industri di Gaza. Hal ini kini menjadi kewajiban hukum yang mengikat,” sebutnya.

    “Kami juga berterima kasih kepada jutaan orang yang tidak berhenti turun ke jalan di seluruh dunia untuk memprotes genosida dan memperjuangkan hak-hak warga Palestina untuk hidup dan kebebasan,” ucap Riyadh.

    “Palestina akan terus bekerja sama dengan sekutunya untuk memastikan diakhirinya genosida, akuntabilitas atas kejahatan keji tersebut, dan perlindungan hak kolektif kita sebagai masyarakat dunia atas persamaan hak asasi manusia, keadilan, dan kebebasan. Ini adalah perjuangan demi kemanusiaan yang dunia tidak boleh kalah,” imbuhnya.

    (rfs/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mahkamah Internasional Tak Perintahkan Gencatan Senjata di Gaza

    Mahkamah Internasional Tak Perintahkan Gencatan Senjata di Gaza

    Jakarta

    Mahkamah Internasional atau International Court Of Justice (ICJ) memutuskan Israel harus mencegah genosida dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan di Gaza. Namun, tak ada perintah gencatan senjata dalam putusan Mahkamah Internasional.

    Dilansir AFP, Jumat (26/1/2024), Mahkamah Internasional mendesak Israel untuk menahan diri dari tindakan genosida yang mungkin terjadi saat mereka melakukan operasi militer di Jalur Gaza.

    Israel harus mengambil “langkah-langkah segera dan efektif untuk memungkinkan penyediaan layanan dasar dan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk mengatasi kondisi kehidupan buruk yang dihadapi warga Palestina,” kata Mahkamah Internasional.

    Pada tahap ini, ICJ belum mempertimbangkan apakah Israel benar-benar melakukan genosida di Gaza, sebab proses tersebut dinilai akan memakan waktu beberapa tahun.

    Namun Mahkamah Internasional memperingatkan Israel untuk ‘mengambil semua tindakan yang bisa dilakukannya untuk mencegah’ tindakan yang mungkin termasuk dalam Konvensi Genosida PBB, yang ditetapkan pada tahun 1948 ketika dunia masih terguncang oleh kengerian Holocaust Nazi.

    Pernyataan tersebut juga mengatakan Israel harus mencegah dan menghukum setiap hasutan untuk melakukan genosida.

    Gugatan ini diajukan oleh Afrika Selatan, yang menuduh Israel melanggar Konvensi Genosida PBB. Afrika Selatan menuduh Israel melakukan tindakan genosida yang dimaksudkan untuk menyebabkan kehancuran sebagian besar kelompok nasional, ras dan etnis Palestina.

    Lihat video ‘Israel Pamer Proses Penghancuran Terowongan Hamas dengan Bom’:

    (rfs/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mahkamah Internasional Putuskan Israel Harus Cegah Genosida di Gaza

    Mahkamah Internasional Putuskan Israel Harus Cegah Genosida di Gaza

    Jakarta

    Mahkamah Internasional atau International Court Of Justice (ICJ) memerintahkan Israel untuk mencegah genosida di Gaza, Palestina. Perintah Mahkamah Internasional itu berdasarkan keputusan atas dakwaan yang diajukan Afrika Selatan (Afsel).

    Dilansir AlJazeera, Jumat (26/1/2024), Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk mengambil semua tindakan mencegah genosida. ICJ memerintahkan Israel untuk mengambil semua tindakan sesuai kewenangannya untuk mencegah genosida.

    Selain itu, Mahkamah Internasional mengatakan bahwa Israel harus memastikan pasukannya tidak melakukan genosida dan memastikan pelestarian bukti dugaan genosida di Gaza, Palestina.

    Israel harus melaporkan ke pengadilan dalam waktu satu bulan tentang apa yang dilakukannya untuk menegakkan perintah mahkamah, mengambil semua tindakan dalam kekuasaannya untuk mencegah tindakan genosida di Gaza.

    Hakim Donoghue mengatakan keputusan tersebut menciptakan kewajiban hukum internasional bagi Israel.

    Mahkamah Internasional juga memerintahkan Israel untuk mencegah dan menghukum penghasutan genosida. Dengan berlanjutnya pembacaan tersebut, ICJ telah memerintahkan Israel untuk mengambil tindakan untuk mencegah dan menghukum penghasut langsung melakukan genosida di Jalur Gaza.

    (rfs/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apakah Houthi Akan Menyeret AS-Sekutunya ke dalam Perang?

    Apakah Houthi Akan Menyeret AS-Sekutunya ke dalam Perang?

    Jakarta

    Kemenangan tidak akan mudah bagi satuan tugas internasional yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda, yang berniat menghancurkan sasaran Houthi di Yaman.

    Sejauh ini, telah terjadi 30 serangan oleh kelompok Houthi yang didukung secara finansial oleh Iran terhadap kapal-kapal internasional dan komersial di laut merah sejak pertengahan November, dan mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

    Para pejabat Kementerian Pertahanan AS mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 23 Januari: “Kami siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut untuk menetralisir ancaman atau membalas serangan, [demi] memastikan stabilitas dan keamanan kawasan Laut Merah dan rute perdagangan internasional.”

    Rangkaian serangan Houthi mengganggu pelayaran global dan memperparah kekhawatiran bahwa dampak dari perang Israel-Hamas dapat mengguncangkan Timur Tengah.

    Kerajaan Arab Saudi turut diam terkait masalah di Laut Merah, dan negosiasi perjanjian damai antara Saudi-Houthi masih berlangsung. Apakah AS bisa menang melawan kelompok yang telah dilawan Arab Saudi namun tidak berhasil selama hampir satu dekade?

    Mengapa Inggris & AS menyerang Yaman?

    Sebelum Houthi mulai menyerang, beberapa upaya diplomatik dilakukan terhadap Houthi agar dapat meredakan situasi di Laut Merah, namun ditolak.

    “Sangat disesalkan bahwa kami sudah sampai pada titik ini,” kata Perwakilan Khusus AS untuk Yaman, Tim Lenderking.

    Namun pada kenyataannya, mereka menargetkan kapal apa pun yang masuk ke dalam jangkauan, membahayakan anggota awak dan kargo.

    William Wechsler dari lembaga think-tank Atlantic Council percaya bahwa AS dan Inggris tidak punya pilihan lain selain membalas dengan kekuatan: “Dalam perdagangan internasional, ada delapan titik krusial maritim, setengahnya berbasis di Timur Tengah, yang juga merupakan bagian paling penting dalam memenuhi pasokan energi dunia.

    “Houthi secara langsung mengancam salah satu dari ini [Selat Bab El Mandeb] dengan cara yang sangat tidak bisa,” kata Wechsler.

    “Siapa pun yang memahami peran yang dimainkan energi dalam keberlangsungan hidup kita, siapa pun yang peduli dengan pertumbuhan ekonomi di mana pun harus melihat pentingnya melindungi titik krusial ini.”

    Houthi memprotes serangan pimpinan AS terhadap sasaran Houthi dan untuk menunjukkan dukungan kepada warga Palestina di Jalur Gaza (Reuters)

    Seberapa tangguh pasukan Houthi?

    Kelompok ini menunjukkan bahwa mereka mampu menentang militer negara berdaulat: Arab Saudi.

    Houthi telah berkembang berkat dukungan Iran dari kumpulan pemberontak compang-camping menjadi kekuatan tempur terlatih dengan peralatan canggih, termasuk helikopter.

    “Ada dua bagian dari ketahanan. Ada kemauan dan ada kemampuan. Tidak ada yang berpikir bahwa mereka akan melanggar keinginan [Houthi]. Tetapi ada pemikiran bahwa kami dapat mematahkan kemampuan mereka,” kata Will Wechsler dari Atlantic Council.

    Namun, meskipun Houthi berhasil melawan kekuatan yang lebih besar, menghadapi AS dan sekutu internasional adalah pertempuran yang benar-benar berbeda.

    Gabungan kekuatan, strategi, dan pengalaman AS dan sekutunya jauh lebih besar daripada Arab Saudi.

    Pertanyaan di kalangan analis sekarang adalah seberapa jauh AS akan melangkah untuk menghentikan Houthi.

    Baca juga:

    “Kami memiliki begitu banyak kekuatan, kami perlu menggunakannya dengan bijaksana,” kata Steven A Cook, Peneliti Senior Eni Enrico Mattei untuk Studi Timur Tengah dan Afrika di Dewan Hubungan Luar Negeri dalam konferensi pers.

    “Kami tidak berbicara tentang … menyerang Yaman, dan mengubah rezim, dan hal-hal yang telah kami lakukan di masa lalu.”

    “Saya berbicara dengan sejumlah pejabat Arab baru-baru ini yang mengatakan, jika Anda hanya akan mencolek Houthi, mereka tidak akan berhenti.

    “Anda harus melakukan tindakan militer yang membuatnya sulit, atau bahkan tidak mungkin, bagi Houthi untuk mengganggu dan menyerang pengiriman di Teluk.”

    Mungkinkah AS dan sekutu ditarik ke dalam perang regional yang panjang?

    “Itu mungkin saja berkembang menjadi operasi yang lebih besar melawan pengaruh Iran. Dan itu adalah pertanyaan yang benar-benar belum dijawab oleh pemerintah secara terbuka. Saya yakin mereka membicarakannya,” kata Laksamana James G Foggo III, USN Purnawirawan dari Pusat Strategi Maritim.

    Mantan Komandan Angkatan Laut AS di Eropa dan Afrika tersebut mengingatkan tentang perang kapal tanker dari 1980 hingga 1988 di Teluk Arab.

    Kala itu, AS menyerang angkatan laut Iran, setelah Iran menyerang kapal tanker. Laksamana Foggo kemudian membandingkannya dengan serangan terhadap USS Cole.

    Kapal itu diledakkan di Yaman pada Oktober 2000 dan menewaskan tujuh belas pelaut AS.

    Sebuah truk membawa spanduk besar yang menunjukkan sosok pemimpin tertinggi Houthi, Abdul-Malik Al-Houthi (kanan) selama protes anti-AS dan anti-Israel, di pinggiran Sanaa, Yaman. (YAHYA ARHAB / EPA)

    Serangan itu dikaitkan dengan Al Qaeda, tetapi tidak ada serangan militer terhadap kelompok itu.

    “Apa yang terjadi setahun kemudian? 9/11 [serangan terhadap AS]” katanya, menggarisbawahi perasaannya bahwa aksi militer diperlukan.

    Steven A Cook setuju: “Kebebasan berlayar adalah kepentingan utama AS, sehingga terlalu berisiko jika kelompok seperti ini dibiarkan memiliki kekuatan atas wilayah itu.”

    Bagaimana Iran terlibat dalam aksi Houthi di Laut Merah?

    Iran memasok senjata dan secara finansial mendukung kelompok Houthi. Meski begitu, Houthi tidak secara langsung dikendalikan oleh Teheran.

    Ray Takeyh – Hasib J Sabbagh, Peneliti Senior untuk Studi Timur Tengah, di Dewan Hubungan Luar Negeri – mengatakan: “Mereka telah sampai… pada kebijakan anti-Amerika dan anti-Israel dengan sendirinya. Mereka tidak diarahkan ke sana oleh Iran. Jadi dengan begitu, mereka bukan ciptaan Iran.

    “Ini semacam asosiasi yang memiliki pemikiran sama … Ini benar-benar muncul sebagai upaya oportunistik untuk menimbulkan kerusakan pada Saudi.”

    Baca juga:

    Houthi memainkan peran bagi Iran karena mereka membantu Iran meningkatkan tekanan terhadap Israel, melalui AS.

    Iran berharap masyarakat internasional dan Amerika Serikat akan khawatir konflik meluas, sehingga mereka terpaksa mendorong tindakan penyelesaian terhadap Israel, menurut Takeyh.

    “Asumsi inti di sini adalah masyarakat internasional dan Amerika Serikat dapat memaksakan pembatasan pada Israel. Israel adalah negara berdaulat yang menghadapi situasi yang sangat rumit. Ini adalah negara yang trauma.”

    Para pengunjuk rasa membawa spanduk dengan foto pejuang Houthi yang tewas dan meramaikan jalanan. (EPA)

    Apakah ini ‘perang yang tidak dapat dimenangkan’?

    Strategi awal Presiden AS Joe Biden di Yaman bertujuan untuk melemahkan kelompok milisi Houthi, bukan berusaha menghentikan kelompok itu atau secara langsung menghadapi Iran, sponsor utama Houthi, menurut para ahli.

    Strategi gabungan dari serangan militer terbatas dan sanksi tampaknya bertujuan untuk menghukum Houthi, sambil berusaha memperkecil bahaya konflik Timur Tengah yang lebih luas.

    “Saya tidak berpikir misi ini dirancang untuk menghancurkan Houthi, atau untuk menempatkan pemerintah Yaman kembali berkuasa,” kata Brian Carter dari American Enterprise Institute.

    “Saya pikir [rencana] ini dirancang untuk menurunkan kemampuan angkatan laut dan militer Houthi agar tidak mampu mengganggu pengiriman laut dunia di Laut Merah.

    “Menurunkan [kemampuan] sistem militer bukanlah tugas yang sulit dilakukan. Ini adalah tujuan militer yang sangat mungkin tercapai.”

    USS Dwight Eisenhower telah melakukan operasi penerbangan sebagai tanggapan atas peningkatan aktivitas Houthi di Laut Merah (US Navy handout / EPA)

    Perwakilan Khusus AS untuk Yaman, Tim Lenderking, juga menggarisbawahi bahwa ini bukan “konfrontasi terbuka yang lebih luas”.

    “Ini hanya untuk menonaktifkan kemampuan yang dimiliki Houthi untuk menyerang kapal,” katanya.

    Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan telah menghancurkan lebih dari 25 fasilitas peluncuran dan meluncurkan lebih dari 20 rudal sejak Amerika Serikat mulai menyerang situs militer Houthi di Yaman pada 11 Januari.

    Mereka juga mengeklaim telah menyerang drone, radar pantai dan kemampuan pengawasan udara Houthi serta area penyimpanan senjata.

    Para pendukung Houthi memegang spanduk dengan foto pejuang Houthi yang tewas dalam pemboman pimpinan AS baru-baru ini terhadap sasaran Houthi (EPA-EFE/ REX / Shutterstock)

    Apakah konflik ini mendongkrak popularitas Houthi?

    Tim Lenderking mengatakan bahwa Houthi mungkin ingin diseret ke dalam perang ini.

    Ia mengatakan kepada BBC bahwa mereka melihat ini sebagai cara untuk menunjukkan kepada masyarakat [Yaman] bahwa mereka berdiri tidak hanya untuk rakyat Palestina, tetapi untuk melawan negara-negara Barat.

    Koresponden keamanan BBC Frank Gardner mengatakan Houthi sekarang populer di kalangan banyak orang di dunia Arab yang lebih luas, karena mereka mengatakan mereka mendukung Hamas sebagai bagian dari “Poros Perlawanan” yang didukung Iran melawan Israel.

    Di bawah Operasi Poseidon Archer yang baru diberi nama, serangan yang dipimpin AS telah menghantam sasaran baru, setelah sebelumnya melakukan sejumlah serangan pencegahan di lokasi peluncuran Houthi.

    Baca juga:

    Departemen Pertahanan AS mengatakan serangan mereka menghancurkan rudal tepat saat sedang dipersiapkan untuk diluncurkan militan Houthi.

    Intelijen Barat baru-baru ini memperkirakan bahwa setidaknya 30% dari stok rudal Houthi telah hancur atau berkurang.

    Namun, Houthi kemungkinan akan melanjutkan serangan mereka terhadap pengiriman yang mereka curigai terkait dengan Israel, AS atau Inggris.

    Serangan-serangan itu membuat Houthi populer di negara asal mereka, di mana banyak orang Yaman merasa jengkel di bawah pemerintahan brutal mereka, kata Gardner

    Pengikut Houthi berparade sambil memegang senjata untuk memprotes serangan pimpinan AS terhadap sasaran Houthi dan untuk menunjukkan dukungan kepada warga Palestina di Jalur Gaza dekat Sanaa, Yaman (Reuters)

    Hisham al-Omeisy, penasihat senior Yaman untuk Institut Perdamaian Eropa, mengunggah di X bahwa banyak orang mungkin tidak menyadari Houthi memiliki tujuan mereka sendiri, selain memberi dukungan kepada Gaza.

    Konfrontasi baru-baru ini juga memberi mereka kesempatan untuk mengabulkan klaim mereka selama puluhan tahun untuk memerangi AS.

    Ia mengatakan Houthi “tidak hanya memenangkan hati dan pikiran [warga], tetapi berhasil meluncurkan upaya rekrutmen besar-besaran untuk” pertempuran Penaklukan yang Dijanjikan dan Jihad Suci “.

    “Sangat keliru jika mereka dipandang murni melalui lensa militer dan tidak memperhitungkan dampak atau konsekuensi sosial-politik dan reaksi lokal di mana sentimen anti-AS dan Inggris sekarang menggunakan steroid.”

    Pengikut Houthi bersenjata senapan mesin siap siaga selama protes terhadap AS dan sekutu (Reuters)

    Will Wechsler dari Atlantic Council dan Brian Carter dari American Enterprise Institute diwawancarai untuk artikel ini pada tanggal 24 Januari.

    Tim Lenderking, Perwakilan Khusus AS untuk Yaman, berbicara kepada program BBC World Tonight pada 23 Januari.

    Steven A Cook, Laksamana James G Foggo III dan Ray Takeyh berada di konferensi pers virtual dari Dewan Hubungan Luar Negeri pada 18 Januari.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sudah Lebih dari 26.000 Orang Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel

    Sudah Lebih dari 26.000 Orang Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel

    Gaza City

    Jumlah korban tewas dalam perang yang terus berkecamuk antara Israel dan Hamas di wilayah Jalur Gaza sejak 7 Oktober lalu kembali bertambah. Otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 26.000 orang terkonfirmasi tewas di wilayahnya sejauh ini.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (26/1/2024), Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan pada Jumat (26/1) waktu setempat bahwa sedikitnya 183 orang tewas dalam serangan Israel di daerah kantong Palestina itu dalam waktu 24 jam terakhir.

    Sekitar 377 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel dalam periode waktu yang sama.

    Dengan tambahan kematian itu, maka menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza, total sedikitnya 26.083 orang tewas akibat rentetan serangan Israel sejak perang dimulai pada Oktober tahun lalu.

    Laporan otoritas kesehatan Gaza itu juga menyebut sebanyak 64.487 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan-serangan Israel.

    Perang berkecamuk di Jalur Gaza setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Para pejabat Tel Aviv melaporkan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan itu, dan sekitar 250 orang lainnya disandera oleh Hamas di Jalur Gaza.

    Serangan itu membuat Israel bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan melancarkan gempuran tanpa henti terhadap Jalur Gaza yang memicu kehancuran juga banyak kematian.

    Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), rentetan serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di dalam wilayah tersebut, di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

    Sedangkan 60 persen infrastruktur di daerah kantong Palestina itu, menurut laporan PBB, mengalami kerusakan atau hancur.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ngeri Serangan ISIS di Iran, AS Sempat Ingatkan Soal Ancaman Teroris

    Ngeri Serangan ISIS di Iran, AS Sempat Ingatkan Soal Ancaman Teroris

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) ternyata sempat memberikan peringatan kepada Iran soal “ancaman teroris” di wilayahnya, sebelum serangan bom mematikan di kota Kerman, awal bulan ini, yang diklaim oleh kelompok radikal Islamic State (ISIS).

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Jumat (26/1/2024), informasi tersebut diungkapkan oleh seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya. Peringatan soal ancaman teror itu tetap diberikan oleh Washington kepada Teheran meskipun hubungan kedua negara tidak akur.

    Dua ledakan mengguncang acara peringatan kematian Jenderal Qassem Soleimani, mantan komandan Pasukan Quds pada Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), yang digelar di kota Kerman, Iran bagian tenggara, pada 3 Januari lalu. Nyaris 100 orang tewas dan lebih dari 200 orang lainnya mengalami luka-luka.

    Soleimani, yang selama dua dekade memimpin Pasukan Quds — cabang operasi luar negeri IRGC, tewas dalam serangan udara AS di Irak pada Januari 2020.

    “Pemerintah AS mengikuti kebijakan ‘kewajiban untuk memperingatkan’ yang sudah lama diterapkan di seluruh pemerintahan untuk memperingatkan pemerintahan-pemerintahan terhadap potensi ancaman mematikan,” ucap pejabat AS tersebut.

    “Kami memberikan peringatan ini sebagian karena kami tidak ingin melihat nyawa tidak berdosa hilang dalam serangan teror,” imbuhnya.

    Media terkemuka Wall Street Journal menjadi yang pertama melaporkan soal hal ini pada Kamis (25/1) waktu setempat.

    Direktur program Timur Tengah pada lembaga think-tank CSIS di Washington, AS, John Alterman, menyebut peringatan itu mungkin mencerminkan keinginan AS yang lebih luas untuk berdialog dengan Iran, meskipun baru-baru ini terjadi serangan oleh proksi yang didukung Teheran terhadap kepentingan Washington, Israel dan negara-negara Barat lainnya, serta kemajuan program nuklir Iran.

    Alterman menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden memiliki keyakinan jika dialog antara Washington dan Teheran bisa menguntungkan kedua negara.

    Namun upaya Biden untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran tahun 2015 lalu — yang ditinggalkan mantan Presiden Donald Trump tahun 2018 — telah gagal. Kendati demikian, Alterman menilai para penasihat Biden masih ingin mencari cara untuk berkomunikasi dengan Teheran.

    “Mereka selalu percaya pada perlunya dialog, dan masalahnya adalah tentang apa dan dengan syarat apa. Ini adalah kesempatan untuk mulai membangun kepercayaan, yang menurut saya, merupakan bagian dari pedoman diplomasi,” sebutnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Geger Pembunuhan Massal di AS, 6 Jasad Ditemukan di Gurun

    Geger Pembunuhan Massal di AS, 6 Jasad Ditemukan di Gurun

    Jakarta

    Pembunuhan massal kembali menggegerkan Amerika Serikat (AS). Jasad enam orang ditemukan di persimpangan jalan terpencil di Gurun Mojave, California – sebuah pemandangan yang digambarkan begitu mengerikan sehingga stasiun TV California Selatan mengaburkan beberapa gambar yang diambil dari helikopter mereka.

    Jasad-jasad itu ditemukan pada Selasa (23/1) dan Rabu (24/1) waktu setempat. Dilaporkan Associated Press dan Al Arabiya, Jumat (26/1/2024),

    Awalnya lima jenazah ditemukan pada Selasa malam waktu setempat di pinggiran Highway 395 di luar komunitas El Mirage. Kemudian jasad keenam ditemukan pada Rabu pagi waktu setempat.

    Belum jelas bagaimana orang-orang tersebut meninggal atau apakah mereka tertembak. Daerah tersebut berjarak sekitar 50 mil (80 kilometer) dari Los Angeles dan sangat terpencil sehingga sheriff daerah tersebut harus meminta bantuan dari Divisi Penerbangan Patroli Jalan Raya California untuk menemukan lokasi kejadian, kata pihak berwenang.

    Ini merupakan pembunuhan massal ke-5 di negara tersebut pada tahun ini, menurut database yang dikelola oleh The Associated Press dan USA Today yang bekerja sama dengan Northeastern University.

    Kurang dari sebulan setelah tahun baru, setidaknya 26 orang telah tewas dalam pembunuhan massal, yang didefinisikan sebagai insiden di mana empat orang atau lebih meninggal dalam jangka waktu 24 jam, tidak termasuk pembunuhnya – definisi yang sama digunakan oleh FBI.

    Hingga saat ini, negara ini telah menyaksikan jumlah pembunuhan massal dan kematian tertinggi kedua dalam satu tahun.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini