Author: Detik.com

  • KSAD Ungkap Progres Pembangunan Jembatan di Daerah Terdampak Bencana Sumatera

    KSAD Ungkap Progres Pembangunan Jembatan di Daerah Terdampak Bencana Sumatera

    Jakarta

    Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Maruli Simanjuntak menyebut pihaknya ditunjuk untuk mengurus jembatan yang terdampak bencana Sumatera. Dia memastikan TNI AD akan menyiapkan untuk pembangunan jembatan yang terdampak.

    “Sehubungan ini juga kami karena ditunjuk dansatgas untuk mengurus jembatan di seluruh Indonesia. Presiden sudah menyampaikan supaya saya fokus di daerah bencana. Kami sudah mendata sekarang jembatan dari Angkatan Darat untuk bailey ada 18 yang sudah kita siapkan,” kata Maruli dalam konpers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/12/2025).

    Maruli mengatakan saat ini TNI AD sudah menyelesaikan perbaikan 7 jembatan bailey di Sumatera. Sedangkan 11 jembatan lainnya sedang dalam proses pembangunan dan pengiriman konstruksinya ke wilayah terdampak bencana.

    “Sampai dengan sekarang kita sudah 7 selesai jembatan bailey. Jembatan yang perbaikan tadi sudah disampaikan oleh (Kementerian) PU. Ada 6 dalam tahap pemasangan, 5 unit sudah ada di pelabuhan-pelabuhan, 3 masih terhadang di jalan, karena perlu pembenahan jalan-jalannya,” ucap Maruli.

    “Jadi memang untuk bisa mencapai kondisi sekarang, saya kira anggota kami itu bekerja sangat luar biasa. Mudah-mudahan kalau ketersediaan alat ada, khususnya bailey, per Januari kami hitung Januari 50-an bailey mudah-mudahan bisa tergelar,” sambungnya.

    Lebih lanjut, Maruli menyebut pihaknya juga sudah menerima daftar perbaikan 37 jembatan armco. Namun, kata dia, untuk pembangunan jembatan armco prosesnya cukup sulit karena konstruksinya harus dipesan dan dikirim dari Jakarta.

    “Ini memang sulit karena kita harus survei, setelah survei kita harus kirim dari Jakarta. Pabriknya pun ternyata stok tidak banyak. Jadi kita loading, berangkatkan, dorong ke tempatnya posisi untuk pembangunan juga banyak rintangan,” imbuhnya.

    (fas/imk)

  • Cas Mobil Listrik Berujung Maut, 5 Orang Tewas pada Kebakaran di Jakut

    Cas Mobil Listrik Berujung Maut, 5 Orang Tewas pada Kebakaran di Jakut

    Jakarta

    Kebakaran hebat terjadi di Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut), hingga merenggut lima nyawa, Kamis (18/12). Setelah melalui pemeriksaan, Pemadam Kebakaran (Damkar) menyimpulkan, pemicunya charger mobil listrik.

    Kepastian tersebut disampaikan langsung Kasiops Damkar Jakut, Gatot Sulaiman. Menurutnya, charger yang bermasalah memicu ledakan pada mobil listrik. Kemudian apinya menyambar ke mana-mana.

    “Pemilik rumah sedang men-charge sebuah unit mobil listrik miliknya kemudian terjadi fenomena listrik yang menyebabkan ledakan pada mobil tersebut, lalu ledakan api tersebut menyambar minyak thinner dan kaleng cat,” kata Gatot Sulaiman, dikutip dari detikNews, Jumat (19/12).

    Kebakaran di Penjaringan, Jakut menewaskan 5 orang. Proses pemadaman berlangsung hampir 12 jam. (dok Polsek Penjaringan) Foto: Kebakaran di Penjaringan, Jakut menewaskan 5 orang. Proses pemadaman berlangsung hampir 12 jam. (dok Polsek Penjaringan)

    Gatot menjelaskan, api lantas membesar hingga kediaman terkait ikut terbakar. Kebakaran itu terjadi di Jalan Lopis Teluk Gong, Pejagalan, Penjaringan, pada Kamis (18/12) pukul 20.13 WIB.

    Proses pemadaman berlangsung panjang hingga api dinyatakan padam total pagi tadi pukul 08.08 WIB. Bahkan, Damkar sampai mengerahkan 22 unit mobil dan 110 personel dalam upaya memadamkan api di TKP.

    “Yang terbakar 1 unit rumah kosong, 2 unit rumah penduduk untuk tempat usaha toko online,” tuturnya.

    Gatot kemudian menjelaskan alasan mengapa proses pemadaman berlangsung lama dan panjang. Menurutnya, ada banyak material mudah terbakar di lokasi kejadian.

    “Proses pendinginan di TKP kebakaran terhambat karena terdapat bahan B3, minyak thinner, cat, biji plastik, kertas, dan juga karena akses masuk TKP sempit dan bersekat,” kata dia.

    Lima orang tewas akibat kebakaran, yakni perempuan inisial B (56), pria TAM (70), perempuan inisial NTL (24), perempuan inisial GSL (7), dan seorang baby sitter.

    (sfn/din)

  • Trump Tiba-tiba Setop Program Lotre Green Card, Ada Apa?

    Trump Tiba-tiba Setop Program Lotre Green Card, Ada Apa?

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiba-tiba menangguhkan atau menghentikan sementara program lotre green card. Program yang dibuat oleh Kongres AS ini, memberikan puluhan ribu green card setiap tahunnya melalui undian bagi warga negara asing.

    Green card merupakan dokumen resmi pemerintah AS yang memberikan status “penduduk tetap” kepada warga negara asing, dan bisa menjadi jalur menuju kewarganegaraan AS setelah beberapa tahun bagi para pemegangnya.

    Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, seperti dilansir Associated Press, Jumat (19/12/2025), mengumumkan kebijakan terbaru Trump itu dalam sebuah postingan via media sosial X pada Kamis (18/12) waktu setempat.

    Dalam postingannya, Noem mengatakan bahwa atas arahan Trump, dirinya memerintahkan agar Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS menghentikan sementara program lotre green card.

    Dia menyinggung tersangka penembakan di Brown University yang menewaskan dua mahasiswa dan penembakan fatal seorang profesor fisika dari Massachusetts Institute of Technology, yang disebutnya datang ke AS melalui program tersebut.

    “Individu keji ini seharusnya tidak pernah diizinkan masuk ke negara kita,” kata Noem dalam pernyataannya, merujuk pada tersangka penembakan tersebut.

    Otoritas setempat mengatakan bahwa tersangka yang diidentifikasi sebagai Claudio Neves Valente, merupakan seorang warga negara Portugal yang berusia 48 tahun dan pernah menjadi mahasiswa di Brown University.

    Kepala Kepolisian Providence, Oscar Perez, mengonfirmasi bahwa Valente ditemukan tewas bunuh diri pada Kamis (18/12) malam, di dalam sebuah unit penyimpanan di area New Hampshire, bersama dengan dua senjata api. Dia diyakini bertindak sendirian dalam dua penembakan tersebut.

    Menurut surat pernyataan dari detektif Kepolisian Providence, Valente kuliah di Brown University dengan visa pelajar mulai tahun 2000 lalu. Pada tahun 2017, dia mendapatkan visa imigran keberagaman dan beberapa bulan kemudian, dia memperoleh status “penduduk tetap” yang sah.

    Program visa keberagaman memberikan hingga 50.000 green card setiap tahun melalui lotre atau undian, bagi warga negara asing dari negara-negara yang kurang terwakili di AS, banyak di antaranya dari Afrika. Program ini dibuat oleh Kongres AS, sehingga kebijakan baru Trump ini hampir pasti menghadapi gugatan hukum.

    Hampir 20 juta orang mendaftar program lotre green card untuk tahun 2025, dengan lebih dari 131.000 orang terpilih. Setelah memenangkan undian dalam program itu, para pemenang harus menjalani pemeriksaan untuk mendapatkan izin masuk ke AS. Warga negara Portugal, asal Valente, hanya memenangkan 38 slot dalam program tersebut.

    Para pemenang undian diundang untuk mengajukan permohonan green card, di mana mereka akan diwawancarai di konsulat dan tunduk pada persyaratan serta pemeriksaan yang sama seperti pendaftar green card lainnya.

    Tonton juga video “Trump Resmi Longgarkan Peraturan Ganja Demi Medis”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Terungkap Alasan Satu Kebiasaan Bangun Tidur Ini Bisa Picu Serangan Jantung

    Jakarta

    Serangan jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Namun, ternyata pemicunya bukan selalu makanan berlemak atau stres.

    Dokter umum yang aktif mengedukasi lewat media sosial Dr Sana Sadoxai, mengatakan ada satu kebiasaan saat bangun tidur bisa berkontribusi menyebabkan serangan jantung. Hal yang dimaksud adalah minimnya gerak setelah bangun tidur.

    Bahkan, ia mengklaim hingga 90 persen kasus serangan jantung berkaitan dengan pola ini.

    “Bahaya sebenarnya dimulai saat Anda bangun tidur dan tetap diam,” kata Dr Sadoxai yang dikutip dari Mirror UK.

    Kebiasaan Main Ponsel saat Bangun Tidur

    Menurutnya, banyak orang mengawali hari dengan langsung duduk, memegang ponsel, scrolling media sosial, lalu terburu-buru untuk berangkat kerja tanpa melakukan aktivitas fisik sama sekali.

    Rutinitas ini yang membuat tubuh tetap berada dalam kondisi pasif, dengan peradangan yang meningkat sejak pagi. Tanpa disadari, kebiasaan tersebut memicu serangkaian masalah kesehatan.

    Mulai dari resisten insulin, penumpukan lemak di perut, tekanan darah tinggi, peradangan tersembunyi, hingga gangguan metabolisme. Kombinasi faktor ini secara signifikan meningkatkan risiko serangan jantung, terutama pada orang obesitas atau berat badan berlebih.

    Padahal, risikonya bisa ditekan dengan cara yang sangat sederhana. Dr Sadoxai menekankan aktivitas ringan selama 5-7 menit di pagi hari sudah cukup memberikan dampak besar.

    “Jalan cepat, peregangan ringan, atau latihan pernapasan bisa membantu melancarkan sirkulasi darah, mengaktifkan metabolisme, menstabilkan gula darah, dan melindungi kesehatan jantung,” jelasnya.

    Faktor Lainnya, Obesitas

    Dr Sadoxai menegaskan berat badan, metabolisme, dan kesehatan jantung saling berkaitan. Mengabaikan kebiasaan pagi yang sehat bisa menjadi ancaman tersembunyi.

    “Perubahan sederhana di pagi hari bisa berdampak besar bagi kesehatan jangka panjang,” tutur dia

    Ia juga mengingatkan sejumlah tanda awal gangguan metabolisme yang kerap diabaikan, seperti obesitas, lemak perut yang sulit hilang, mudah sesak napas, diabetes, hingga kelelahan kronis.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Trump Tetapkan Fentanil Senjata Pemusnah Massal, Kenapa Begitu Mematikan?

    Trump Tetapkan Fentanil Senjata Pemusnah Massal, Kenapa Begitu Mematikan?

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump telah mengeluarkan sebuah dekret yang mengklasifikasikan fentanil sebagai “senjata pemusnah massal” — sebuah istilah politik yang sangat radikal untuk suatu zat yang telah secara diam-diam membunuh manusia dalam jumlah besar selama puluhan tahun.”Obat ini bahkan lebih parah dari efek ledakan bom,” ujar Trump. Ia mengklaim bahwa sedikitnya 200.000 hingga 300.000 orang per tahun meninggal dunia akibat penggunaan fentanil.

    Angka sebenarnya, sebagaimana dicatat oleh otoritas kesehatan masyarakat AS, yaitu Centers for Disease Control and Prevention (CDC), memang mengkhawatirkan, tetapi jauh lebih rendah dari klaim tersebut. CDC melaporkan bahwa lebih dari 76.000 orang meninggal akibat overdosis fentanil pada tahun 2023. Namun pada tahun 2024, jumlah tersebut turun menjadi 48.422 kematian. Di Eropa, jumlah kematian akibat fentanil tetap berada di kisaran ratusan orang.

    Apa yang membuat obat ini—yang sebenarnya dirancang untuk meredakan rasa sakit yang ekstrem – menjadi begitu berbahaya? Dan apakah benar fentanil dapat digambarkan sebagai sebuah senjata pemusnah massal?

    Makna resmi dari kategorisasi baru ini

    Pengkategorian ulang yang dilakukan oleh Trump berarti bahwa fentanil tidak lagi hanya diatur oleh undang-undang kesehatan dan pidana. Kini, fentanil juga dianggap sebagai isu keamanan nasional. Badan intelijen dan militer, secara prinsip, dapat terlibat lebih jauh—misalnya dalam memerangi kartel narkoba, atau jika seseorang dicurigai merencanakan penggunaan fentanil dalam suatu serangan.

    Dalam studinya pada tahun 2019 berjudul “Fentanyl as a Chemical Weapon” (Fentanil sebagai Senjata Kimia), Center for the Study of Weapons of Mass Destruction (CSWMD) menyimpulkan bahwa tidak tampak adanya “dasar atau kebutuhan apa pun untuk secara resmi menetapkan senyawa fentanil sebagai senjata pemusnah massal, setidaknya bagi Departemen Pertahanan AS.”

    CSWMD berada di bawah Institute for National Strategic Studies, sebuah departemen dari National Defense University (NDU) di Washington, D.C., yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS.

    Namun demikian, penulis laporan tersebut, John P. Caves, juga memperingatkan bahwa “setidaknya terdapat risiko bahwa senyawa fentanil dapat digunakan sebagai senjata kimia.” Ia merekomendasikan agar penggunaan agen berbentuk aerosol yang mempengaruhi sistem saraf—seperti fentanil—dalam penegakan hukum harus dilarang secara tegas, karena hal itu “tidak sejalan dengan Konvensi Senjata Kimia.” Ia juga menulis bahwa Departemen Pertahanan seharusnya “terus meningkatkan pemahamannya mengenai senyawa fentanil sebagai potensi senjata kimia.”

    Keputusan Trump dinilai sebagai ‘manuver politik’

    National Public Radio (NPR) berbicara dengan banyak pakar kesehatan masyarakat dan penanggulangan kecanduan, yang menekankan bahwa secara teknis sangat sulit untuk menggunakan fentanil layaknya senjata pemusnah massal konvensional dalam suatu serangan teroris. Mereka mengatakan bahwa sebagian besar kematian akibat fentanil terjadi pada pengguna narkoba jalanan yang telah dicampur atau dipalsukan, bukan akibat sebuah serangan yang disengaja.

    Para ahli di bidang ini menyatakan bahwa pengkategorian baru tersebut tidak akan mengurangi ketersediaan fentanil di jalanan maupun jumlah kematian akibat overdosis. Sebaliknya, mereka melihatnya sebagai bentuk militerisasi lebih lanjut dari “perang melawan narkoba.” Sementara itu, upaya pencegahan, pengobatan, dan kebijakan sosial tetap kekurangan dana dan masih menerima perhatian yang jauh dari memadai.

    Langkah ini juga membuat kerja sama internasional menjadi lebih sulit—khususnya dengan Cina, terkait dengan zat-zat prekursor—karena menimbulkan kesan bahwa Beijing secara tidak langsung dituduh mendukung produksi “senjata pemusnah massal.”

    Orang-orang dalam komunitas keamanan yang mendukung langkah ini, serta organisasi korban seperti Families Against Fentanyl, berpendapat bahwa jumlah kematian dan kerusakan ekonomi yang ditimbulkan setara dengan sebuah “senjata pemusnah massal dalam gerak lambat”, sehingga negara dinilai sah mengerahkan seluruh instrumennya, mulai dari intelijen dan militer hingga tekanan internasional.

    Fentanil: Asal-usul, penggunaan medis, dan risikonya

    Fentanil adalah opioid sintetis. Ia merupakan obat pereda nyeri yang sangat kuat, yang terutama digunakan dalam anestesi dan dalam perawatan akhir hayat bagi pasien kanker stadium terminal.

    Kekuatan fentanil jauh melebihi opioid klasik seperti morfin atau oksikodon. Bahkan dalam jumlah yang sangat kecil, fentanil sudah cukup untuk menghambat rasa sakit yang parah. Fentanil awalnya dikembangkan sebagai anestesi yang sangat efektif dan mudah dikendalikan. Dalam dunia medis, obat ini dianggap penting, tapi dengan dosis dan cara pemberian yang diawasi secara ketat.

    Cara kerja fentanil — hanya beberapa miligram bisa mematikan

    Fentanil bekerja dengan mengikat reseptor opioid di sistem saraf pusat, menekan sensasi nyeri, dan sering kali memicu perasaan euforia serta relaksasi yang kuat. Justru kombinasi inilah yang membuatnya menarik sebagai narkoba rekreasional sekaligus sangat berbahaya. Hanya beberapa miligram dapat menurunkan dorongan pernapasan sedemikian rupa sehingga seseorang hanya bernapas sangat dangkal atau bahkan berhenti bernapas sama sekali.

    Akibatnya adalah kekurangan oksigen, kehilangan kesadaran, koma, dan dalam skenario terburuk, henti napas, yang dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat. Fentanil juga sangat adiktif, dan tingkat toleransi pada pecandu meningkat dengan cepat, sehingga mereka terdorong untuk menaikkan dosis. Jarak antara dosis yang menimbulkan efek “high” dan dosis yang mematikan sangat tipis.

    Tablet, plester, dan campuran yang mematikan

    Di rumah sakit, fentanil biasanya diberikan melalui suntikan intravena atau dalam bentuk plester yang menyalurkan obat melalui kulit secara perlahan dan terus-menerus. Di pasar gelap, fentanil umumnya tersedia dalam bentuk bubuk atau pil hasil produksi ilegal. Semakin sering pula ditemukan dalam bentuk yang dapat diisap atau dihirup.

    Masalahnya adalah produsen ilegal tidak menakar dosis secara akurat. Mereka juga mencampur fentanil dengan obat lain, seperti kokain atau heroin, sehingga konsumen tidak pernah tahu seberapa kuat produk yang mereka gunakan.

    Fentanil sebanyak dua miligram saja sudah dapat mematikan. Cukup dengan satu plester yang tercampur buruk atau satu tarikan terlalu banyak. Bahkan plester fentanil bekas masih dapat mengandung cukup zat aktif untuk membahayakan nyawa seseorang jika disalahgunakan.

    Rantai pasokan global: Cina, Amerika Latin, dan Amerika Serikat

    Fentanil adalah zat sepenuhnya sintetis yang dibuat di laboratorium kimia. Ia sudah beredar sebagai narkoba ilegal sejak tahun 1970-an, dan produksi yang tidak terkendali meningkat pesat sejak tahun 1980-an.

    Saat ini, prekursor dan komponen kimia dari Cina merupakan bagian penting dari rantai pasokan ilegal. Bahan-bahan tersebut diproses menjadi bubuk dan pil fentanil, terutama di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Dari sana, narkoba ini diselundupkan ke Eropa dan terutama ke Amerika Serikat.

    Pada tahun 2022, Drug Enforcement Administration (DEA) AS menyita lebih dari 50,6 juta pil palsu yang mengandung fentanil, serta sekitar 4,5 ton bubuk fentanil. DEA memperkirakan bahwa jumlah ini setara dengan lebih dari 379 juta dosis yang berpotensi mematikan. Menurut Anne Milgram, kepala DEA saat itu, jumlah tersebut “cukup … untuk membunuh setiap warga Amerika.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman.

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Trump Resmi Longgarkan Peraturan Ganja Demi Medis”

    (ita/ita)

  • Trump Tetapkan Fentanil Senjata Pemusnah Massal, Kenapa Begitu Mematikan?

    Trump Tetapkan Fentanil Senjata Pemusnah Massal, Kenapa Begitu Mematikan?

    Jakarta

    Presiden AS Donald Trump telah mengeluarkan sebuah dekret yang mengklasifikasikan fentanil sebagai “senjata pemusnah massal” — sebuah istilah politik yang sangat radikal untuk suatu zat yang telah secara diam-diam membunuh manusia dalam jumlah besar selama puluhan tahun.”Obat ini bahkan lebih parah dari efek ledakan bom,” ujar Trump. Ia mengklaim bahwa sedikitnya 200.000 hingga 300.000 orang per tahun meninggal dunia akibat penggunaan fentanil.

    Angka sebenarnya, sebagaimana dicatat oleh otoritas kesehatan masyarakat AS, yaitu Centers for Disease Control and Prevention (CDC), memang mengkhawatirkan, tetapi jauh lebih rendah dari klaim tersebut. CDC melaporkan bahwa lebih dari 76.000 orang meninggal akibat overdosis fentanil pada tahun 2023. Namun pada tahun 2024, jumlah tersebut turun menjadi 48.422 kematian. Di Eropa, jumlah kematian akibat fentanil tetap berada di kisaran ratusan orang.

    Apa yang membuat obat ini—yang sebenarnya dirancang untuk meredakan rasa sakit yang ekstrem – menjadi begitu berbahaya? Dan apakah benar fentanil dapat digambarkan sebagai sebuah senjata pemusnah massal?

    Makna resmi dari kategorisasi baru ini

    Pengkategorian ulang yang dilakukan oleh Trump berarti bahwa fentanil tidak lagi hanya diatur oleh undang-undang kesehatan dan pidana. Kini, fentanil juga dianggap sebagai isu keamanan nasional. Badan intelijen dan militer, secara prinsip, dapat terlibat lebih jauh—misalnya dalam memerangi kartel narkoba, atau jika seseorang dicurigai merencanakan penggunaan fentanil dalam suatu serangan.

    Dalam studinya pada tahun 2019 berjudul “Fentanyl as a Chemical Weapon” (Fentanil sebagai Senjata Kimia), Center for the Study of Weapons of Mass Destruction (CSWMD) menyimpulkan bahwa tidak tampak adanya “dasar atau kebutuhan apa pun untuk secara resmi menetapkan senyawa fentanil sebagai senjata pemusnah massal, setidaknya bagi Departemen Pertahanan AS.”

    CSWMD berada di bawah Institute for National Strategic Studies, sebuah departemen dari National Defense University (NDU) di Washington, D.C., yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS.

    Namun demikian, penulis laporan tersebut, John P. Caves, juga memperingatkan bahwa “setidaknya terdapat risiko bahwa senyawa fentanil dapat digunakan sebagai senjata kimia.” Ia merekomendasikan agar penggunaan agen berbentuk aerosol yang mempengaruhi sistem saraf—seperti fentanil—dalam penegakan hukum harus dilarang secara tegas, karena hal itu “tidak sejalan dengan Konvensi Senjata Kimia.” Ia juga menulis bahwa Departemen Pertahanan seharusnya “terus meningkatkan pemahamannya mengenai senyawa fentanil sebagai potensi senjata kimia.”

    Keputusan Trump dinilai sebagai ‘manuver politik’

    National Public Radio (NPR) berbicara dengan banyak pakar kesehatan masyarakat dan penanggulangan kecanduan, yang menekankan bahwa secara teknis sangat sulit untuk menggunakan fentanil layaknya senjata pemusnah massal konvensional dalam suatu serangan teroris. Mereka mengatakan bahwa sebagian besar kematian akibat fentanil terjadi pada pengguna narkoba jalanan yang telah dicampur atau dipalsukan, bukan akibat sebuah serangan yang disengaja.

    Para ahli di bidang ini menyatakan bahwa pengkategorian baru tersebut tidak akan mengurangi ketersediaan fentanil di jalanan maupun jumlah kematian akibat overdosis. Sebaliknya, mereka melihatnya sebagai bentuk militerisasi lebih lanjut dari “perang melawan narkoba.” Sementara itu, upaya pencegahan, pengobatan, dan kebijakan sosial tetap kekurangan dana dan masih menerima perhatian yang jauh dari memadai.

    Langkah ini juga membuat kerja sama internasional menjadi lebih sulit—khususnya dengan Cina, terkait dengan zat-zat prekursor—karena menimbulkan kesan bahwa Beijing secara tidak langsung dituduh mendukung produksi “senjata pemusnah massal.”

    Orang-orang dalam komunitas keamanan yang mendukung langkah ini, serta organisasi korban seperti Families Against Fentanyl, berpendapat bahwa jumlah kematian dan kerusakan ekonomi yang ditimbulkan setara dengan sebuah “senjata pemusnah massal dalam gerak lambat”, sehingga negara dinilai sah mengerahkan seluruh instrumennya, mulai dari intelijen dan militer hingga tekanan internasional.

    Fentanil: Asal-usul, penggunaan medis, dan risikonya

    Fentanil adalah opioid sintetis. Ia merupakan obat pereda nyeri yang sangat kuat, yang terutama digunakan dalam anestesi dan dalam perawatan akhir hayat bagi pasien kanker stadium terminal.

    Kekuatan fentanil jauh melebihi opioid klasik seperti morfin atau oksikodon. Bahkan dalam jumlah yang sangat kecil, fentanil sudah cukup untuk menghambat rasa sakit yang parah. Fentanil awalnya dikembangkan sebagai anestesi yang sangat efektif dan mudah dikendalikan. Dalam dunia medis, obat ini dianggap penting, tapi dengan dosis dan cara pemberian yang diawasi secara ketat.

    Cara kerja fentanil — hanya beberapa miligram bisa mematikan

    Fentanil bekerja dengan mengikat reseptor opioid di sistem saraf pusat, menekan sensasi nyeri, dan sering kali memicu perasaan euforia serta relaksasi yang kuat. Justru kombinasi inilah yang membuatnya menarik sebagai narkoba rekreasional sekaligus sangat berbahaya. Hanya beberapa miligram dapat menurunkan dorongan pernapasan sedemikian rupa sehingga seseorang hanya bernapas sangat dangkal atau bahkan berhenti bernapas sama sekali.

    Akibatnya adalah kekurangan oksigen, kehilangan kesadaran, koma, dan dalam skenario terburuk, henti napas, yang dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat. Fentanil juga sangat adiktif, dan tingkat toleransi pada pecandu meningkat dengan cepat, sehingga mereka terdorong untuk menaikkan dosis. Jarak antara dosis yang menimbulkan efek “high” dan dosis yang mematikan sangat tipis.

    Tablet, plester, dan campuran yang mematikan

    Di rumah sakit, fentanil biasanya diberikan melalui suntikan intravena atau dalam bentuk plester yang menyalurkan obat melalui kulit secara perlahan dan terus-menerus. Di pasar gelap, fentanil umumnya tersedia dalam bentuk bubuk atau pil hasil produksi ilegal. Semakin sering pula ditemukan dalam bentuk yang dapat diisap atau dihirup.

    Masalahnya adalah produsen ilegal tidak menakar dosis secara akurat. Mereka juga mencampur fentanil dengan obat lain, seperti kokain atau heroin, sehingga konsumen tidak pernah tahu seberapa kuat produk yang mereka gunakan.

    Fentanil sebanyak dua miligram saja sudah dapat mematikan. Cukup dengan satu plester yang tercampur buruk atau satu tarikan terlalu banyak. Bahkan plester fentanil bekas masih dapat mengandung cukup zat aktif untuk membahayakan nyawa seseorang jika disalahgunakan.

    Rantai pasokan global: Cina, Amerika Latin, dan Amerika Serikat

    Fentanil adalah zat sepenuhnya sintetis yang dibuat di laboratorium kimia. Ia sudah beredar sebagai narkoba ilegal sejak tahun 1970-an, dan produksi yang tidak terkendali meningkat pesat sejak tahun 1980-an.

    Saat ini, prekursor dan komponen kimia dari Cina merupakan bagian penting dari rantai pasokan ilegal. Bahan-bahan tersebut diproses menjadi bubuk dan pil fentanil, terutama di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Dari sana, narkoba ini diselundupkan ke Eropa dan terutama ke Amerika Serikat.

    Pada tahun 2022, Drug Enforcement Administration (DEA) AS menyita lebih dari 50,6 juta pil palsu yang mengandung fentanil, serta sekitar 4,5 ton bubuk fentanil. DEA memperkirakan bahwa jumlah ini setara dengan lebih dari 379 juta dosis yang berpotensi mematikan. Menurut Anne Milgram, kepala DEA saat itu, jumlah tersebut “cukup … untuk membunuh setiap warga Amerika.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman.

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Trump Resmi Longgarkan Peraturan Ganja Demi Medis”

    (ita/ita)

  • Seskab Pastikan Bantuan ke Sumatera Mengalir: 100 Kapal-Heli Dikerahkan

    Seskab Pastikan Bantuan ke Sumatera Mengalir: 100 Kapal-Heli Dikerahkan

    Jakarta

    Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya mengatakan bantuan kepada masyarakat terdampak bencana di Aceh dan Sumatera akan terus mengalir. Ratusan kapal dan helikopter pengangkut bantuan telah dikerahkan ke lokasi.

    “Dibilang kalau tidak bencana nasional, sarana, prasarana, fasilitas tidak ada dari pusat. Sudah dijawab juga di lapangan, 100 lebih kapal, pesawat, helikopter, sudah ke sana. Ada alat berat dari PU (Pekerjaan Umum) mungkin, totalnya sekitar seribu mungkin. Diangkut dari manapun di Indonesia ini, diangkut ke sana,” kata Teddy di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/12/2025).

    Pernyataan itu disampaikan Teddy saat menjawab anggapan pemerintah tidak serius menangani bencana di Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh karena tidak berstatus nasional. Teddy mengatakan pemerintah telah melakukan mobilisasi nasional dalam membantu penanganan bencana di tiga provinsi tersebut.

    “Sejak hari pertama, tanggal 26 (November), pemerintah pusat sudah melakukan penanganan skala nasional di tiga provinsi ini. Langsung mobilisasi nasional,” katanya.

    Dia menjelaskan ada 50 ribu lebih personel TNI-Polri yang telah dikerahkan ke lokasi. Petugas dari Basarnas dan BNPB beserta relawan juga berjibaku sejak hari pertama bencana Sumatera dan Aceh terjadi.

    “Bapak Presiden sudah jawab dari awal. Semuanya ini akan menggunakan dana pusat. Disampaikan Rp 60 triliun sudah dikeluarkan secara berangsur untuk membangun kembali rumah sementara, rumah hunian tetap, fasilitas semuanya, gedung DPRD, kecamatan juga, dan juga langsung seluruh Bupati, Wali Kota, 52 itu, diberikan uang cash untuk di hari itu,” jelas Teddy.

    Teddy memastikan pemerintah tidak akan setengah hati dalam menangani bencana Sumatera. Dia menyebut banyak infrastruktur di Aceh dan Sumatera yang saat ini juga telah diperbaiki usai terjadinya bencana.

    “Jembatan banyak putus, jalan banyak putus, berangsur-angsur disambung. Jembatan sudah langsung dibuktikan, satu minggu, tujuh sampai sepuluh, jadi. Itu yang kerja, bukan satu dua orang. Semua warga di situ kerja. Dan itulah, dukung semuanya, kita saling dukung di sini,” pungkas Teddy.

    (ygs/imk)

  • Wujud Nissan Serena Terbaru yang Wajahnya Makin Ganteng

    Wujud Nissan Serena Terbaru yang Wajahnya Makin Ganteng

    Untuk sistem infotainment, Serena C28 facelift menghadirkan sistem Nissan Connect dengan dukungan Google Maps, Google Assistant, dan Google Play, serta menyertakan fungsi peringatan yang memberi tahu pengemudi melalui ponsel cerdas jika mereka lupa mengunci kendaraan, menutup jendela, atau jika lampu hazard lupa dimatikan. Foto: Dok. Nissan

  • Wanita Kena Stroke di Usia 28 Tahun gegara Stres, Ini Gejala Awalnya

    Wanita Kena Stroke di Usia 28 Tahun gegara Stres, Ini Gejala Awalnya

    Jakarta

    Wanita bernama Khanh Linh tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis di usia 28 tahun. Semua berawal pada 12 Juni 2025, saat ia tiba-tiba merasa sakit kepala hebat seperti terbelah saat duduk di meja kerja setelah makan siang.

    Tak lama kemudian, semuanya gelap. Sekitar satu jam kemudian, dokter di sebuah rumah sakit di Thai Nguyen mendiagnosis Linh mengalami stroke akibat pecahnya aneurisma otak, yang dipicu kelainan pembuluh darah bawaan.

    Kondisinya kritis sampai dirujuk ke Rumah Sakit Militer Pusat 108 di Hanoi, Vietnam, untuk menjalani operasi darurat.

    “Aku tidak ingat apapun selama seminggu itu,” ujar Linh, dikutip dari VNExpress.

    Semua yang ia ketahui tentang masa tersebut berasal dari cerita keluarganya yang setia mendampingi. Linh menjalani operasi endovaskular modern dengan biaya ratusan juta.

    Setelah operasi, perjuangannya belum selesai. Ia harus menjalani perawatan lebih dari 20 hari di rumah sakit, sebelum akhirnya pulang dan rehabilitasi.

    Sekitar lima bulan kemudian, kondisinya belum sepenuhnya pulih. Mulutnya masih mencong sehingga sulit berbicara, mata kirinya tidak bisa tertutup sempurna, tubuhnya lemah, dan belum mampu berjalan sendiri.

    Stroke tersebut menyebabkan kelumpuhan wajah. Bahkan, aktivitas sederhana menjadi sulit. Mulutnya tidak bisa menutup rapat dan air liur sering keluar tanpa disadari.

    “Saat itu aku butuh dua orang untuk merawatku. Satu orang bahkan harus terus di sampingku hanya untuk menyeka air liur,” kenangnya.

    Ibu dan kakaknya bergantian menjaga Linh. Di awal pemulihan, ia juga harus menggunakan selang makan.

    Berat badannya turun drastis dari 47-48 kg menjadi hanya 40 kg. Setelah menjalani terapi intensif, berat badannya perlahan mulai naik kembali.

    Sebelum stroke, Linh merasa hidupnya normal. Ia hanya sempat mengalami sakit kepala ringan beberapa hari sebelumnya, dan mengira itu akibat perubahan cuaca.

    “Aku punya banyak kebiasaan buruk, sering begadang, telat makan, dan stres karena pekerjaan,” bebernya.

    Ia kini menyadari bahwa gaya hidup tersebut bisa ikut berperan pada kondisi kesehatannya. Masa-masa awal pascastroke menjadi periode paling berat secara mental.

    Linh mengaku sempat diliputi pikiran negatif, merasa tidak berdaya, menjadi beban keluarga, dan takut menghadapi masa depan.

    Sebuah analisis di jurnal medis The Lancet menyebut sekitar sepertiga penyintas stroke mengalami depresi dalam lima tahun pertama. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada psikologis, tapi juga berkaitan dengan kerusakan otak yang mengatur emosi, serta dapat memperlambat pemulihan dan meningkatkan risiko kematian.

    Pada pasien muda seperti Linh, dampak mentalnya bisa lebih berat. Stroke datang tiba-tiba dan merenggut kemandirian, karier, hingga rasa aman sosial.

    “Keluargaku yang menarikku kembali,” kata Linh.

    Ibu dan kakaknya selalu ada, bukan hanya membantu secara fisik, tapi juga memberikan dukungan emosional. Saat Linh hancur, mereka duduk diam sambil menggenggam tangannya.

    Untuk menjaga kesehatan mentalnya, Linh mulai membagikan proses pemulihannya lewat video singkat di TikTok. Awalnya hanya catatan pribadi, tapi perlahan ia menerima banyak pesan dukungan dari orang lain.

    “Saat aku sadar ceritaku bisa membantu orang lain, perjuangan ini terasa bermakna,” sambungnya.

    Kini, Linh menjalani jadwal rehabilitasi ketat setiap hari, mulai dari akupunktur, pijat terapi, hingga latihan berjalan. Setiap kemajuan kecil, ia dianggap sebagai kemenangan.

    “Aku belajar menghargai hal-hal kecil yang dulu terasa sepele,” tutur dia.

    Data menunjukkan kasus stroke pada usia muda terus meningkat. Studi The Lancet mencatat angka stroke pada orang di bawah 45 tahun naik signifikan secara global.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 persen kasus stroke terjadi pada kelompok usia ini. Faktor pemicunya antara lain stres kronis, pola makan buruk, kurang gerak, serta penyakit seperti hipertensi, obesitas, dan diabetes yang kerap tidak terdeteksi.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Neurolog Ungkap Sakit Kepala Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Gejala Stroke”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Emas Diramal Tembus Rp 3 Juta/Gram di 2026, Beli Sekarang atau Nyesel!

    Emas Diramal Tembus Rp 3 Juta/Gram di 2026, Beli Sekarang atau Nyesel!

    Jakarta

    Harga emas diperkirakan terus meningkat pada 2026 mendatang. Potensi kenaikan ini membuat aset logam mulia menjadi salah satu pilihan investasi paling menjanjikan dan aman untuk dibeli akhir tahun ini.

    Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai akhir tahun ini menjadi momen yang pas untuk membeli emas karena nilai logam mulia itu diperkirakan stagnan alias tak mengalami perubahan yang signifikan. sementara untuk tren kenaikan harga emas diperkirakan baru terjadi mulai awal tahun depan.

    “Sebenarnya mungkin kita akan melihat lagi ke emas gitu kan, cuma ini sudah Desember ya, kenaikan emas dan perak sudah cukup tinggi. Jadi saya kira akan jeda,” terangnya kepada detikcom, Jumat (19/12/2025).

    “Bisa saja masih melanjutkan, namun cuma mengharapkan beberapa pekan ke depan, kenaikan tidak akan terlalu besar. Mungkin emas akan kembali naik tahun depannya, jadi bukan Desember,” sambung Lukman.

    Lebih lanjut ia menjelaskan, pada 2026 mendatang harga emas global berpotensi besar mencapai US$ 5.000 per troy ounce. Menurutnya ini merupakan perkiraan paling moderat. Artinya besar kemungkinan nilai logam mulia itu dapat meningkatkan hingga melebihi prediksi.

    “Pada umumnya konsensus US$ 5.000 per troy ounce. Menurut saya itu estimasi yang sangat moderat, karena kita tahu 2024 itu naiknya 20an%, tahun ini naiknya 60an%, kalau tahun depan ke US$ 5.000 itu naiknya cuma belasan persen,” terangnya.

    Menurutnya kenaikan harga emas tahun depan dipicu oleh permintaan domestik maupun global yang masih kuat. Belum lagi dengan kondisi geopolitik saat ini, potensi pemangkasan suku bunga di AS, dan sejumlah faktor eksternal lainnya dinilai dapat ikut mengeret harga emas tahun depan.

    “Kalau emas itu permintaannya masih kuat gitu. Simple, mau bilang pakai alasan apa, nggak perlu, selagi ada permintaan itu kuat ya,” tegasnya.

    Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, juga menilai harga emas pada 2026 mendatang berpotensi terus mengalami kenaikan hingga US$ 5.000 per troy ounce atau sekitar Rp 3.000.000 per gram. Namun menurutnya, potensi kenaikan harga ini akan terwujud pada Kuartal I tahun depan.

    “Sesuai dengan prediksi JP Morgan, Lehman Brothers, dan Bank of America mereka kan sepakat di US$ 5.000. Mereka sampai akhir tahun depan, kalau saya sih nggak. Kalau saya kemungkinan besar kan lebih dari segitu ya. Kemungkinan ya kuartal pertama itu sudah sampai di US$ 5.000an,” kata Ibrahim.

    Ia menjelaskan dari sisi global, ekonomi dunia dipandang sedang tidak baik-baik saja karena banyaknya konflik bersenjata berkepanjangan di area Timur Tengah, Amerika Lantin, di Asia Timur antara China dan Jepang, hingga perang berkepanjangan di Eropa antara Rusia dengan Ukraina.

    Kemudian kondisi ekonomi dan politik di AS yang kerap menjadi poros perdagangan dunia juga sedang tidak stabil karena politik dalam negeri hingga rencana pemangkasan suku bungan bank sentral Negeri Paman Sam, Federal Reserve alias The Fed.

    “Di tahun 2026 ini masih banyak tensi geopolitik. Timur Tengah, Eropa, Amerika Latin, kemudian Laut Asia Timur ini juga cukup signifikan ya untuk tensi geopolitik,” ucapnya.

    “Kemudian ada pergantian bank Sentral Amerika. Ada pergantian yang kemungkinan besar akan diisi oleh orang gedung putih yang kemungkinan akan bisa bekerja sama dengan Trump, dan pasti akan lebih banyak lagi menurunkan suku bunga. Kemudian masalah perang dagang ini pun juga masih akan membuat harga emas naik,” sambung Ibrahim.

    Sementara terkait waktu pembelian, Ibrahim juga berpendapat selama periode akhir tahun ini banyak investor terutama perusahaan atau lembaga keuangan besar cenderung untuk wait and see alias menahan jual-beli aset. Baru setelah itu di awal tahun para investor mulai aktif pada Januari 2026.

    Karena itu harga logam mulia diperkirakan tidak akan mengalami perubahan yang signifikan pada akhir tahun ini. Membuat periode ini bisa jadi momen paling optimal untuk memiliki emas.

    “Memang mendekati di tanggal 25 sampai tanggal 30, ya sampai akhir tahun. Itu biasa wait and see. Misalnya saya melihat harga emas dunia pun juga gitu-gitu saja,” jelas Ibrahim.

    “Harga tertinggi itu cuma hanya di US$ 4.381 per troy ounce, itu pun di bulan Oktober. Untuk mencapai level di atas US$ 4.381, anggaplah di US$ 4.400 sangat sulit sekali karena minggu depan itu nanti sudah flat. Jadi masa ini sudah flat,” terangnya lagi.

    (igo/fdl)