Author: Bisnis.com

  • Harga BBM Terancam Naik jika Selat Hormuz Ditutup

    Harga BBM Terancam Naik jika Selat Hormuz Ditutup

    Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha mengingatkan risiko harga BBM di dalam negeri bisa melonjak jika Selat Hormuz. Penutupan selat itu dapat mengganggu rute pengiriman minyak mentah dunia.

    Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal menjelaskan, Selat Hormuz merupakan jalur pelayaran penting bagi pengiriman minyak. Menurutnya, 20% pengiriman minyak dan gas (migas) dunia melalui selat tersebut.

    Dia berpendapat, kalau selat tersebut resmi ditutup imbas memanasnya konflik di Timur Tengah, jalur distribusi jelas akan terganggu. Imbasnya, harga minyak dunia bakal naik.

    “Dan kita sudah lihat harga minyak sekarang itu sudah di angka US$77 per barel, malah masuk ke US$79. Baru saja saya lihat ini sekarang, US$79 sudah, dan mendekati US$80,” ucap Moshe kepada Bisnis, Senin (23/6/2025).

    Moshe mengatakan, konflik di Timur Tengah yang kini melibatkan Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen buruk bagi pasar. Harga minyak dunia benar-benar bisa naik drastis jika konflik berkepanjangan.

    Di sisi lain, Indonesia sebagai net importir juga kebagian getahnya. Buntutnya, harga BBM dalam negeri bisa naik. Lebih jauh, kenaikan biaya energi itu dapat memperburuk kinerja industri.

    “Sebagai net importer, dampaknya justru lebih besar atas kenaikan minyak ini ke BBM kita. Kemampuan industri untuk membayar itu akan jadi menurun. Dan itu yang sangat dikhawatirkan, produktivitas bisa menurun, daya saing kita juga menurun,” jelas Moshe.

    Oleh karena itu, dia mengingatkan agar pemerintah memperkuat kemampuan fiskal. Apalagi, situasi global makin runyam imbas konflik dan perang tarif. Selain membuat harga minyak naik, Moshe menyebut hal itu juga dapat membuat nilai tukar rupiah melemah. Imbasnya, inflasi pun bisa meningkat.

    Moshe mengatakan, jika inflasi naik, maka kegiatan industri dan investasi pun bakal tertekan. Hal ini membuat ekonomi Indonesia melemah.

    “Nah di situ lah butuhnya peran pemerintah untuk memberikan insentif, memberikan bantuan, sehingga pemerintah sekarang harus sudah mulai menghemat,” tutur Moshe.

    Selat Hormuz merupakan salah satu jalur laut yang paling penting bagi lalu lintas pasokan minyak dunia. Di satu sisi, Pemerintahan Iran sedang dalam pembahasan untuk menutup selat tersebut.

    Penutupan ini telah dibahas oleh Parlemen Republik Islam Iran pada Minggu, di mana mereka telah menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh kegiatan pelayaran.

    Selat Hormuz, yang terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab. Selat ini memiliki panjang hampir 161 kilometer (km) dan lebar 34 km pada titik tersempitnya, dengan jalur pelayaran di setiap arah hanya selebar 3 km.

    Selat Hormuz cukup dalam dan lebar untuk dilalui kapal tanker minyak mentah terbesar di dunia dan merupakan salah satu jalur minyak paling penting di dunia.

    Volume minyak yang mengalir melalui selat ini sangat besar. Jika selat ditutup, hanya sedikit jalur alternatif perdagangan minyak yang tersedia.

    Berdasarkan data U.S. Energy Information Administration (EIA), pada 2024, aliran minyak melalui Selat Hormuz rata-rata mencapai 20 juta barel per hari (bph), atau setara dengan sekitar 20% dari konsumsi minyak bumi global.

  • IMF: Konflik AS-Iran Picu Risiko Baru bagi Ekonomi Global

    IMF: Konflik AS-Iran Picu Risiko Baru bagi Ekonomi Global

    Bisnis.com, JAKARTA — Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memperingatkan serangan udara Amerika Serikat terhadap Iran dapat menimbulkan dampak yang lebih luas dari sekadar kenaikan harga energi, seiring dengan meningkatnya ketidakpastian global.

    Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva melihat serangan Amerika Serikat (AS) tersebut sebagai sumber ketidakpastian tambahan di tengah kondisi global yang sudah sangat tidak pasti.

    Menurutnya, guncangan terbesar sejauh ini memang terjadi di harga energi, yang tengah dipantau ketat oleh IMF, tetapi tidak menutup kemungkinan munculnya dampak sekunder maupun tersier.

    “Misalnya, jika gejolak ini memukul prospek pertumbuhan di negara-negara ekonomi besar, maka bisa memicu revisi turun terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global,” ujar Georgieva dikutip dari Bloomberg pada Senin (23/6/2025).

    Harga minyak jenis Brent sempat melonjak hingga 5,7% ke level US$81,40 per barel pada awal perdagangan Asia, sebelum memangkas penguatannya akibat aksi ambil untung di tengah volume perdagangan yang tinggi.

    IMF sebelumnya telah memangkas proyeksi pertumbuhan global pada April lalu, dengan memperingatkan bahwa pengaturan ulang perdagangan global yang dipimpin AS akan menahan laju ekspansi ekonomi. Georgieva menyebut tren tersebut masih berlanjut sepanjang dua kuartal pertama tahun ini.

    Meski dunia kemungkinan bisa menghindari resesi, dia menegaskan bahwa lonjakan ketidakpastian global akan tetap menekan prospek pertumbuhan.

    Dunia kini tengah menanti respons Iran setelah serangan udara AS yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap fasilitas nuklir negara tersebut memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan pemerintah global.

    Langkah Presiden AS Donald Trump menggunakan bom penembus bunker untuk menghantam situs-situs strategis Iran dinilai telah mendorong kawasan Timur Tengah ke dalam ketidakpastian baru, di saat perekonomian global masih dibayangi ketegangan perdagangan.

    Dalam jangka pendek, Georgieva mengatakan bahwa IMF akan terus memantau perkembangan risiko premi minyak dan gas. Di pasar minyak, volume opsi melonjak tajam dan kurva futures telah menyesuaikan mencerminkan kekhawatiran akan keketatan pasokan dalam waktu dekat.

    Georgieva menuturkan, pihaknya akan memantau bagaimana peristiwa tersebut akan berkembang ke depannya. Dia menambahkan, IMF juga mengamati kemungkinan terganggunya jalur distribusi energi maupun dampaknya terhadap negara-negara lain. 

    “Saya hanya bisa berdoa agar tidak terjadi,” imbuhnya.

    Terkait perekonomian AS, Georgieva menilai tren disinflasi masih berlanjut, meskipun saat ini belum ada kondisi yang cukup meyakinkan bagi The Fed untuk mulai memangkas suku bunga.

    Georgieva memperkirakan menjelang akhir tahun, The Fed mungkin akan menilai bahwa waktunya sudah tepat untuk menurunkan suku bunga. Dia juga mencermati kekuatan pasar tenaga kerja dan kenaikan upah yang menopang daya beli konsumen AS.

    Namun demikian, Georgieva mengingatkan bahwa peningkatan volatilitas akan menjadi hambatan besar bagi dunia usaha.

    “Jika ketidakpastian meningkat, apa yang terjadi? Investor enggan berinvestasi, konsumen menunda belanja, dan itu semua menahan prospek pertumbuhan,” pungkasnya.

  • Konflik AS-Iran Memanas, Sektor Pelayaran Terancam

    Konflik AS-Iran Memanas, Sektor Pelayaran Terancam

    Bisnis.com, JAKARTA — Industri pelayaran global berada dalam siaga tinggi setelah muncul peringatan bahwa Iran dapat membalas serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklirnya dengan menyerang kapal-kapal komersial.

    Salah satu negara dengan kapasitas armada tanker minyak terbesar di dunia, Yunani memperingatkan para pemilik kapal untuk meninjau ulang rencana pelayaran mereka menuju Teluk Persia. 

    Dalam surat edaran yang dikutip dari Bloomberg pada Senin (23/6/2025), Kementerian Perkapalan Yunani meminta kapal-kapal yang hendak melintasi Selat Hormuz agar mengkaji ulang rute pelayaran mereka hingga situasi kembali normal. Pemerintah juga menyarankan agar kapal-kapal menunggu di pelabuhan aman terdekat.

    Peringatan dari Yunani menjadi sinyal terbaru atas tekanan yang meningkat di pasar pelayaran seiring eskalasi serangan terhadap Iran. Pendapatan tanker tercatat melonjak hampir 90% sejak Israel memulai serangan udara pada 13 Juni lalu. 

    Sebagai salah satu negara dengan kepemilikan kapal terbesar di dunia, imbauan kepada pemilik kapal Yunani memiliki dampak besar terhadap pasar pengangkutan komoditas, terutama minyak.

    Meski demikian, tidak tertutup kemungkinan pemilik kapal akan mengabaikan imbauan tersebut karena Teluk Persia merupakan kawasan vital yang tidak mudah dihindari, dan tarif pelayaran yang tinggi bisa mengimbangi risiko yang dihadapi. 

    Kementerian Perkapalan Yunani menambahkan kapal-kapal yang tetap memilih melintasi Hormuz harus menerapkan tingkat keamanan tertinggi dan menjaga jarak sejauh mungkin dari perairan Iran.

    Dalam pernyataan resminya, Kementerian Perkapalan Yunani menyatakan kekhawatiran atas potensi penutupan Selat Hormuz menjadi alasan utama di balik peringatan tersebut.

    Juru bicara pemerintah Yunani, Pavlos Marinakis, mengatakan bahwa melalui Kementerian Perkapalan, pemerintah telah mengimbau kapal berbendera dan/atau dimiliki Yunani yang berada di sekitar Selat Hormuz untuk segera menuju pelabuhan aman sampai situasi kembali stabil.

    Respons industri pelayaran terhadap risiko ini akan menjadi faktor krusial pascaserangan, mengingat kedekatan Iran dengan Selat Hormuz—jalur penting yang dilewati sekitar 20% pasokan minyak dunia dan merupakan akses utama menuju Teluk Persia.

    Sejumlah perusahaan tanker Yunani menyatakan masih menilai perkembangan situasi. Salah satu pejabat mengatakan kemungkinan tetap mengizinkan kapal-kapalnya berlayar ke kawasan tersebut, sementara yang lain menyatakan akan menghindari pelayaran ke wilayah tersebut untuk sementara waktu.

    Perusahaan pelayaran raksasa A.P. Moller – Maersk A/S menyatakan masih melanjutkan pelayaran melalui Selat Hormuz, namun siap mengevaluasi kembali keputusan tersebut seiring perkembangan situasi.

    Pasukan angkatan laut yang beroperasi di kawasan tersebut turut mengingatkan bahwa kapal-kapal, khususnya yang memiliki afiliasi dengan Amerika Serikat, menghadapi peningkatan risiko serangan. 

    Risiko Lebih Luas

    Peringatan juga datang dari kelompok-kelompok angkatan laut internasional. Pusat Informasi Maritim Gabungan (Joint Maritime Information Center/JMIC), yang menjadi penghubung antara angkatan laut dan industri pelayaran niaga di kawasan tersebut, menyatakan serangan udara AS meningkatkan risiko serangan terhadap kapal-kapal komersial dan militer yang terkait dengan AS di Laut Merah dan Teluk Aden.

    Kelompok pemberontak Houthi di Yaman turut mengeluarkan ancaman baru terhadap kapal-kapal AS pada hari yang sama. Sebelumnya, telah tercapai kesepakatan gencatan senjata antara AS dan Houthi pada Mei lalu untuk mengurangi serangan terhadap armada laut AS. 

    Dalam pembaruan informasinya, JMIC menyarankan agar kapal-kapal yang berafiliasi dengan AS mempertimbangkan untuk mengubah jalur pelayaran.

    Meski demikian, beberapa kapal yang terkait dengan AS dilaporkan berhasil melintasi Selat Hormuz dengan aman—yang dinilai sebagai sinyal positif jangka pendek.

    Secara terpisah, Pasukan Angkatan Laut Uni Eropa yang beroperasi di kawasan juga meningkatkan level ancaman terhadap kapal-kapal terkait AS menyusul serangan udara tersebut. Saat ini, mereka menilai kapal yang terhubung dengan AS dan Israel menghadapi ancaman serius, sementara risiko terhadap kapal lain tergolong rendah.

    “Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa seluruh kapal niaga dapat menjadi target di masa mendatang,” tulis peringatan resmi yang dipublikasikan oleh MICA Center, lembaga yang berbasis di Prancis dan bertugas mengoordinasikan keamanan maritim global.

  • Sinyal Waspada Ekonomi Global Imbas Serangan AS ke Iran

    Sinyal Waspada Ekonomi Global Imbas Serangan AS ke Iran

    Bisnis.com, JAKARTA – Serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap fasilitas nuklir Iran berisiko menimbulkan efek berantai yang dapat berdampak buruk terhadap perekonomian global.

    Hal ini diungkapkan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva yang mengingatkan bahwa serangan udara AS dapat memicu dampak lanjutan yang meluas, jauh melampaui sektor energi.

    “Ini kami lihat sebagai sumber ketidakpastian tambahan dalam lingkungan yang sudah sangat tidak stabil,” kata Georgieva seperti dilansir Bloomberg, Senin (23/6/2025).

    Ia menyebut gejolak terbesar sejauh ini tercermin pada lonjakan harga energi, yang kini tengah diawasi ketat oleh IMF. Namun, ia menambahkan bahwa bisa saja muncul dampak sekunder dan tersier dari lonjakan harga energi tersebut.

    ”Misalnya, jika turbulensi ini mulai memukul prospek pertumbuhan ekonomi besar, maka kita berhadapan dengan risiko revisi turun terhadap proyeksi pertumbuhan global,” lanjutnya.

    Harga acuan minyak dunia, Brent, sempat melesat hingga 5,7% ke US$81,40 per barel pada perdagangan pagi di Asia, sebelum terkoreksi sebagian akibat aksi jual intensif.

    IMF sendiri telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini pada April lalu, ketika memperingatkan bahwa upaya “reboot” perdagangan global yang dipimpin AS justru memperlambat laju pertumbuhan.

    Georgieva mengatakan, data kuartal pertama dan kedua menunjukkan tren tersebut masih berlangsung. Meskipun dunia diperkirakan terhindar dari resesi, lonjakan ketidakpastian terus menekan ruang pertumbuhan.

    Ketegangan geopolitik meningkat tajam setelah Presiden Donald Trump memerintahkan serangan dengan bom penembus bunker ke situs nuklir Iran. Langkah ini mendorong kawasan Timur Tengah ke wilayah risiko yang belum terpetakan, dan mengguncang sentimen global di saat perekonomian dunia masih belum pulih dari tekanan perang dagang.

    Secara spesifik, Georgieva menyatakan IMF kini tengah mencermati premi risiko energi — terutama di pasar minyak dan gas. Volume transaksi opsi meningkat tajam, sementara kurva kontrak berjangka mengalami pergeseran mencerminkan kekhawatiran terhadap potensi keketatan pasokan jangka pendek.

    “Kita masih harus melihat bagaimana peristiwa ini akan berkembang,” ujarnya, seraya menyampaikan kekhawatiran akan kemungkinan terganggunya jalur distribusi energi atau meluasnya dampak ke negara-negara lain. “Saya hanya bisa berdoa agar itu tidak terjadi.”

    Mengenai kondisi ekonomi AS, Georgieva melihat tren disinflasi masih berjalan, namun The Fed belum berada dalam posisi untuk segera memangkas suku bunga.

    “Menjelang akhir tahun, kami memperkirakan The Fed mungkin akan menilai bahwa waktunya telah tiba untuk melakukan penyesuaian ke bawah pada suku bunga,” tuturnya. Ia menunjuk pada kekuatan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan upah yang menopang daya beli rumah tangga sebagai faktor utama.

    Namun, Georgieva menegaskan bahwa semakin tinggi gejolak dan ketidakpastian, semakin besar pula tekanan yang dihadapi dunia usaha.

    “Dalam situasi tidak pasti, apa yang terjadi? Investor menunda investasi, konsumen menahan belanja, dan prospek pertumbuhan pun tertahan,” pungkasnya.

    Antisipasi Balasan Iran

    Sebagai langkah awal, Iran membalas dengan meluncurkan gelombang rudal ke wilayah Israel, menimbulkan puluhan korban luka dan meratakan sejumlah bangunan di Tel Aviv.

    Kendati belum ada aksi langsung terhadap pangkalan militer AS atau penutupan jalur minyak global, para pengamat menilai bahwa situasi dapat berubah sewaktu-waktu.

    Dalam pernyataannya di Istanbul, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menegaskan bahwa segala opsi masih di atas meja. Jalur diplomasi, kata dia, hanya akan dibuka setelah Teheran memberikan respons militer.

    “Amerika telah menginjak-injak hukum internasional. Mereka hanya paham bahasa ancaman dan kekuatan,” ujar Araqchi, dikutip Reuters, Senin (23/6/2025).

    Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Shamkhani, menulis di platform X (dulu Twitter): “Kejutan akan terus berlanjut!”

    Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS memerintahkan evakuasi keluarga staf diplomatik dari Lebanon dan mengimbau warganya di Timur Tengah untuk membatasi mobilitas dan menjaga profil rendah. Peringatan keamanan domestik juga diperketat, dengan patroli dan pengamanan ditingkatkan di lokasi-lokasi strategis, keagamaan, dan diplomatik.

    Ancaman Penutupan Selat Hormuz

    Parlemen Iran telah menyetujui langkah awal untuk menutup Selat Hormuz—jalur strategis yang dilalui hampir 25% dari total perdagangan minyak dunia dan berbatasan langsung dengan Oman serta Uni Emirat Arab.

    Meski keputusan akhir masih berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran yang diketuai oleh pejabat pilihan Ayatollah Khamenei, upaya ini dipandang sebagai potensi pemicu gejolak besar di pasar minyak global.

    Penutupan jalur ini diperkirakan akan mengerek harga minyak secara drastis, mengguncang perekonomian dunia, dan meningkatkan risiko konfrontasi langsung dengan Armada Kelima Angkatan Laut AS yang ditugaskan menjaga kelancaran lalu lintas di kawasan Teluk.

    Analis keamanan juga memperingatkan bahwa bila Iran terdesak, mereka dapat beralih ke strategi tidak konvensional, termasuk serangan bom atau siber.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dalam wawancara dengan Sunday Morning Futures menegaskan bahwa jika Iran membalas, itu akan menjadi kesalahan terburuk yang pernah mereka buat.

    Dalam pernyataan terpisah kepada CBS, Rubio menambahkan bahwa meskipun tidak ada rencana operasi lanjutan saat ini, AS memiliki target lain yang siap diserang jika diperlukan.

    “Tidak ada rencana aksi militer tambahan terhadap Iran, kecuali mereka bertindak sembrono,” ujarnya.

    Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar pertemuan darurat pada Minggu malam waktu New York atas permintaan Iran. Teheran menyerukan agar badan beranggotakan 15 negara itu mengecam tindakan AS yang dinilai sebagai agresi terang-terangan dan ilegal.

  • Dua Kapal Tanker Raksasa Putar Balik di Selat Hormuz Usai AS Serang Iran

    Dua Kapal Tanker Raksasa Putar Balik di Selat Hormuz Usai AS Serang Iran

    Bisnis.com, JAKARTA — Dua supertanker berkapasitas 2 juta barel minyak mentah putar balik di Selat Hormuz. Hal ini dilakukan usai Amerika Serikat (AS) menyerang tiga fasilitas nuklir Iran.

    Serangan itu membuat konflik di Timur Tengah semakin memanas. Bahkan, jalur pengiriman minyak di Selat Hormuz pun terancam dan dihindari.

    Dilansir dari Bloomberg, dua supertanker itu adalah Coswisdom Lake dan South Loyalty. Data pelacakan menunjukan dua kapal raksasa itu mengubah arah sebelum memasuki Selat Hormuz, Minggu (22/6/2025) waktu setempat.

    Dua kapal yang belum terisi muatan itu lantas berlayar ke arah selatan, menjauh dari muara Teluk Persia. Langkah yang diambil kedua kapal tersebut menjadi sinyal pertama pengalihan rute imbas serangan AS.

    Bloomberg melaporkan, kapal-kapal pengangkut minyak lain diprediksi turut menghindari Selat Hormuz. Apalagi, Pemilik dan pedagang kapal tanker minyak mencermati dengan saksama tanda-tanda bahwa eskalasi di Timur Tengah akan memengaruhi rute pelayaran.

    Kementerian Perkapalan Yunani bahkan sudah mengeluarkan pemberitahuan yang menyarankan kapal-kapalnya untuk menghindari Selat Hormuz. Sebagai gantinya, kapal-kapal itu diminta berlindung di pelabuhan yang aman sampai situasi tenang.

    Di satu sisi, Pemerintahan Iran sedang dalam pembahasan untuk menutup Selat Hormuz. Penutupan ini telah dibahas oleh Parlemen Republik Islam Iran pada Minggu, di mana mereka telah menyetujui usulan penutupan Selat Hormuz bagi seluruh kegiatan pelayaran. 

    “Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup,” kata Mayor Jenderal Esmaeli Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional di Parlemen Iran, sebagaimana disiarkan televisi Iran Press TV.

    Selat Hormuz merupakan salah satu jalur laut yang paling penting bagi lalu lintas pasokan minyak dunia.

    “Keputusan akhir mengenai hal tersebut akan ditetapkan oleh Dewan Keamanan Tertinggi Nasional,” kata dia, merujuk pada otoritas keamanan tertinggi di Iran.

    Selat Hormuz, yang terletak di antara Oman dan Iran, menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman dan Laut Arab. Selat ini memiliki panjang hampir 161 kilometer (km) dan lebar 34 km pada titik tersempitnya, dengan jalur pelayaran di setiap arah hanya selebar 3 km. 

    Selat Hormuz cukup dalam dan lebar untuk dilalui kapal tanker minyak mentah terbesar di dunia dan merupakan salah satu jalur minyak paling penting di dunia. 

    Volume minyak yang mengalir melalui selat ini sangat besar. Jika selat ditutup, hanya sedikit jalur alternatif perdagangan minyak yang tersedia.

    Berdasarkan data U.S. Energy Information Administration (EIA), pada 2024, aliran minyak melalui Selat Hormuz rata-rata mencapai 20 juta barel per hari (bph), atau setara dengan sekitar 20% dari konsumsi minyak bumi global.

  • Update 8 Kode Redeem ML Baru dan Aktif Hari Ini, Senin 23 Juni 2025

    Update 8 Kode Redeem ML Baru dan Aktif Hari Ini, Senin 23 Juni 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Simak kumpulan kode redeem Mobile Legends (ML) hari ini, Senin (23/6/2025) yang bisa Anda klaim untuk mendapat item spesial. 

    Mobile Legends merupakan game buatan Moonton. Selaku developer, Moonton terus berusaha menarik perhatian pengguna dengan merilis kode redeem setiap harinya.

    Terdapat banyak kode redeem ML yang bisa Anda tukar dengan berbagai hadiah spesial. Berikut ini daftar kode redeem yang masih bisa ditukar untuk mendapat hadiah. 

    Cara Klaim Kode Redeem ML

    Berikut cara tukarkan kode redeem Mobile Legends untuk mendapat hadiah spesial:

    1. Buka situs m.mobilelegends.com/en/codexchange

    2. Masukkan salah satu kode redeem ML pada kotak Redemption Code 

    3. Lalu tuliskan ID user gim Mobile Legends dan kode verifikasi pada kotak yang ada

    4. Klik Redeem, bila berhasil hadiah akan otomatis masuk ke dalam inbox game

    Kode Redeem ML Hari Ini

    Klaim kode redeem Mobile Legends (ML) terbaru hari ini, Minggu (23/6/2025) di bawah ini:

    MLBBxDOMIXI
    Carry555
    MINDALAKAS
    ny2pzck6bsdx233zt
    68wqweis0
    MLBBGETAPPS 
    mtdzj9uuu4262378b 
    w7mckc4baqez2378e

  • Update Terbaru Kode Redeem FF Hari Ini, Senin 23 Juni 2025

    Update Terbaru Kode Redeem FF Hari Ini, Senin 23 Juni 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Garena memberikan update kode redeem Free Fire (FF) untuk diberikan kepada para pemain setia. Kode ini bisa langsung diklaim pada hari ini, Senin (23/6/2025).

    Pemain Free Fire tercepat yang menukarkannya dan beruntung bisa mendapat item menarik secara cuma-cuma, seperti senjata, skin, dan aneka voucher.

    Namun, perlu diketahui bahwa kode redeem FF terdiri dari 12 karakter berupa huruf kapital dan angka.

    Sehingga apabila kode tidak memenuhi kriteria tersebut, kemungkinan besar kode yang dimasukkan adalah palsu atau ada kesalahan.

    Kode redeem FF ini juga memiliki limit waktu dan kuota penggunaan. Dengan demikian, penukaran tak bisa dilakukan jika kode redeem telah melewati waktu yang ditentukan dan sebelumnya sudah pernah diklaim.

    Cara Klaim Kode Redeem FF 

    Cara melakukan klaim kode redeem yakni dengan mengunjungi situs resmi Garena di reward.ff.garena.com/id.

    Setelah itu, lakukan login dengan masuk ke akun Anda. Masukkan kode redeem yang sudah ada dapatkan ke dalam kotak yang tersedia.

    Klik “Confirm” untuk me-redeem kodenya agar kita mendapat hadiah. Apabila berhasil, hadiah akan masuk melalui bagian Vault pada beranda gim.

    Hadiah pun bisa langsung digunakan oleh para pemain setelah kode berhasil di-redeem.

    Pemain juga bisa melakukan redeem melalui aplikasi Free Fire secara langsung. Caranya yakni masuk ke aplikasi dan pilih ikon Event di bagian atas paling kiri.

    Masuk ke info di dashboard dan pilih website kode redeem. Masukkan 12-16 digit kode redeem lalu klik tombol Konfirmasi.Kode redeem pun sudah ditukarkan.

    Kode Redeem FF Hari Ini

    Berikut ini daftar kode redeem Free Fire yang masih berlaku pada hari ini, Minggu (23/6/2025):

    FA5M1F8Z3N7P9B2T
    FFINDOJUARA1
    FFRSX4CYHXZ8
    FFMC2SJLKXSB 
    BNML12ZXCVBN
    GFDS78POIUAS
    MNBV34ASDFZX
    FF11WFNPP956
    FFIC33NTEUKA
    FFMLRTY2Z5JL
    XTYMJZKVLPWQ
    ZPWLTKMFXRYQ

  • Kejagung Bakal Periksa Nadiem Makarim Hari Ini

    Kejagung Bakal Periksa Nadiem Makarim Hari Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) bakal memeriksa bekas Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim hari ini Senin (23/6/2025).

    Kapuspenkum Kejagung RI, Harli Siregar mengatakan pemeriksaan itu dilakukan terkait dengan perkara dugaan korupsi pengadaan program digitalisasi pendidikan periode 2019-2022.

    “Nadiem Makarim diperiksa sebagai saksi pada hari Senin tanggal 23 Juni 2025 akan dilaksanakan di Gedung Bundar dan direncanakan mulai pukul 9 ya,” ujar Harli di Kejagung, dikutip Senin (23/6/2025).

    Dia menjelaskan, founder Go-Jek itu diperiksa dalam kapasitasnya sebagai mantan Mendikbudristek yang dinilai mengetahui tentang pelaksanaan pengadaan Chromebook.

    Selanjutnya, pendalaman juga dilakukan terhadap peran Nadiem Makarim dalam pelaksanaan proyek program digitalisasi pendidikan periode 2019-2022 senilai Rp9,9 triliun.

    “Kita berharap supaya yang bersangkutan bisa hadir dan memenuhi panggilan penyidik untuk dilakukan pemeriksaan,” pungkasnya.

    Di lain sisi, pengacara Nadiem, Hotman Paris Hutapea menyatakan bahwa kliennya siap untuk menghadiri pemeriksaan tersebut.

    “Akan hadir [diperiksa Kejagung],” tutur Hotman.

    Penjelasan Nadiem soal Chromebook 

    Nadiem menjelaskan program pengadaan alat penunjang pendidikan itu bermula saat Indonesia dilanda virus Covid-19. Peristiwa itu dinilai telah melumpuhkan sektor pendidikan.

    Dia menyatakan bahwa wabah tersebut telah mengancam proses pendidikan atau learning loss. Oleh sebab itu, dia menilai program digitalisasi pendidikan merupakan mitigasi untuk menekan ancaman tersebut.

    Di samping itu, Nadiem menjelaskan bahwa alasannya alasan memilih pengadaan Chromebook dalam program digitalisasi pendidikan itu lantaran lebih murah danh unggul dari sisi keamanan.

    Selain itu, Nadiem menekankan bahwa pengadaan Chromebook di Kemendikbudristek era kepemimpinannya itu tidak ditujukan untuk wilayah tertinggal, terdepan, terluar (3T). Dengan demikian, Nadiem menilai persoalan ini tidak relevan apabila dijadikan dasar pengusutan.

    “Jadi Kemendikbutristek membuat kajian yang komprehensif, tapi targetnya itu adalah bukan daerah 3T dan di dalam juknis [petunjuk teknis] sangat jelas hanya boleh diberikan kepada sekolah yang punya internet,” ujar Nadiem di The Dharmawangsa Jakarta, Selasa (10/6/2025).

  • Jemaah Haji Hilang Bertambah Menjadi 3 Orang, Semua Memiliki Riwayat Demensia

    Jemaah Haji Hilang Bertambah Menjadi 3 Orang, Semua Memiliki Riwayat Demensia

    Bisnis.com, JEDDAH — Jumlah jemaah haji hilang dan belum ditemukan kini bertambah menjadi 3 orang dari sebelumnya hanya dua. Ketiga jemaah haji tersebut merupakan lanjut usia (lansia) yang semuanya memiliki riwayat demensia alias pikun akut.

    Dua jemaah yang sebelumnya dilaporkan hilang yakni atas nama Nurimah dari kelompok terbang 19 Embarkasi Palembang (PLM-19) dan Sukardi bin Jakim dari kloter 79 Embarkasi Surabaya (SUB-79).

    Ketua Bidang Perlindungan Jemaah (Kabid Linjam), Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Harun Arrasyid menerangkan tambahan satu jemaah hilang yakni Hasbullah dari kloter 07 Embarkasi Banjarmasin (BDJ-07).

    Harun menjelaskan, laporan hilang disampaikan oleh putri Hasbullah setelah mendapati sang ayah keluar dari hotelnya di Makkah pukul 03:00 dini hari, Selasa 17 Juni 2025. Kini anak Hasbullah sudah berada di Madinah.

    “Dilaporkan ke kami bahwa yang bersangkutan juga memiliki riwayat demensia. Oleh karena itu pencarian terus kami lakukan, termasuk sudah kami kunjungi kamarnya. Kami mencari penjelasan kronologis bagaimana berpisahnya ketika itu,” jelas Harun dalam keterangan persnya, Minggu (22/6/2025).

    Sebelum dilaporkan hilang, Hasbullah sempat beberapa kali berjalan sendiri keluar dari hotelnya, tetapi masih ada yang mengantarkan ke kamarnya.

    Kepada jemaah haji yang telah bergerak ke Madinah maupun yang masih berada di Makkah, Harun mengimbau untuk tidak bepergian seorang diri, melainkan selalu ditemani pendamping. Imbauan ini khususnya ditujukan kepada jemaah haji lansia.

    “Kemudian ketika naik kendaraan bus ke [Masjidil] Haram, hapalkan betul rute dan nomor kendaraan itu, dan juga terminalnya. Ketika terlepas rombongan, jangan panik, ada teman-teman [petugas] di 9 titik di Masjidil Haram. Di Masjid Nabawi ada lima titik pos,” jelasnya.

    Meski sejumlah jemaah haji dinyatakan hilang, Menteri Agama Nasaruddin Umar sebelumnya telah menegaskan bahwa tidak ada jemaah yang tidak melaksanakan haji. Jemaah yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit di Arab Saudi, dan dua jemaah yang hilang, ibadah hajinya telah dibadalkan atau diwakilkan oleh petugas badal.

  • Indikator Ekonomi Belum Sesuai Ekspektasi, Perlukah Revisi Target APBN?

    Indikator Ekonomi Belum Sesuai Ekspektasi, Perlukah Revisi Target APBN?

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah indikator ekonomi makro mulai dari pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, hingga harga minyak mentah Indonesia alias Indonesia Crude Price atau ICP belum bergerak sesuai ekspektasi.

    Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet menilai jika mengikuti aturan, sebenarnya kondisi saat ini sudah memenuhi persyaratan pemerintah untuk melakukan penyesuaian pada APBN. 

    Melihat data Kementerian Keuangan soal perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro (ADEM) 2025 per Mei 2025, dari tujuh indikator, ICP dan inflasi masih dalam jangkauan pemerintah. 

    Sayangnya, Yusuf memandang pelaksanaan APBN Perubahan (APBN-P) tampaknya sulit dilakukan karena pemerintah punya sederet pekerjaan rumah, yakni perumusan APBN 2026. 

    “Apakah kemudian Pemerintah perlu melakukan penyesuaian dari asumsi makro, menurut saya ini akan tergantung pada apakah perubahan yang terjadi saat ini akan lebih banyak merugikan atau menguntungkan APBN,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (22/6/2025). 

    Misalnya, kata Yusuf, untuk harga komoditas saat ini meskipun berada pada kondisi geopolitik yang bisa mempengaruhi ICP pada asumsi makro namun harga minyak global, saat ini masih berada pada batas asumsi makro yang ditetapkan oleh pemerintah.

    “Dalam konteks tersebut, saya prediksi pemerintah tidak akan mengubah asumsi untuk ICP selama harga minyak belum melampaui asumsi ICP APBN,” lanjutnya. 

    Secara perinci melihat perkembangan ADEM 2025, pada saat rupiah terpengaruh dinamika global dan gejolak pasar keuangan akibat arah kebijakan AS, yield SBN justru terjaga dan relatif stabil meski menghadapi gejolak pasar uang dan dinamika global.

    Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang per 13 Juni 2025 sebesar 6,89%, bergerak mendekati asumsi 7%. 

    Pada periode yang sama, rupiah yang diasumsikan senilai Rp16.000 per dolar AS tercatat rata-rata senilai Rp16.437 (year to date/YtD). Sementara pada penutupan perdagangan Jumat (20/6/2025), rupiah bertengger di level Rp16.396,5 per dolar—lebih tinggi dari asumsi.

    Perkembangan ADEM 2025

    Indikator 
    APBN
    Realisasi 

    Pertumbuhan ekonomi (%, YoY)
    5,2
    4,87 (kuartal I/2025)

    Inflasi (%)
    2,5
    1,6 (YoY), -0,37% (MtM)

    Nilai tukar (Rp/US$)
    16.000
    16.237 (eop), 16.437 (YtD)

    Yield SBN 10 Tahun )%)
    7
    6,89 (eop), 6,72 (YtD)

    ICP (US$/barel)
    82
    62,75 (eop), 70,05 (YtD)

    Lifting minyak (rbph)
    605
    657,9

    Lifting gas (rbsmph)
    1.005
    987,5

    Sumber: Kemenkeu 

    Keterangan: realisasi akhir Mei 2025

    eop: per 13 Juni 2025 

    YtD: per akhir Mei 2025

    Pergerakan tersebut pun turut terjadi pada target ekonomi yang meski tetap tumbuh positif di tengah gejolak global, namun tidak sesuai harapan 5,2%. Pada kuartal I/2025, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% secara tahunan. 

    Sementara inflasi per Mei 2025 cukup rendah di level 1,6% year on year (YoY), namun masih dalam target pemerintah dan Bank Indonesia di kisaran 1,5%—3,5%. 

    Lifting minyak per akhir Mei tercatat sejumlah 567,9 ribu barel per hari, di bawah target 605 ribu barel per hari. Sementara lifting gas juga masih rendah di angka 987,5 ribu barel setara minyak per hari dari target 1.005 ribu barel setara minyak per hari. 

    Terakhir, harga ICP terpantau masih di bawah batas asumsi, yakni US$62,75 per barel dari target US$82 per barel. 

    Dalam sepekan terakhir sejalan dengan meningkatnya tensi Israel dengan Iran, ICP terpantau belum melonjak selayaknya Brent. 

    Di mana ICP pada akhir perdagangan Jumat (20/6/2025), berada di angka US$65,29 per barel—termasuk dalam level terendah sepanjang tahun ini—sementara Brent ditutup pada US$77,17 per barel usai mencapai level tertinggi sepanjang tahun ini pada 19 Juni 2025 senilai US$78,85 per barel. 

    Pada dasarnya asumsi makro menjadi acuan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Misalnya, harga minyak global dan rupiah akan mempengaruhi besaran subsidi energi. 

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menekankan bahwa APBN bukanlah sesuatu yang tetap, namun bergerak mengikuti kondisi perkembangan ekonomi, misalnya oleh kejadian perang yang berlangsung di sejumlah tempat.  

    Tiga indikator yakni ICP, lifting minyak, dan gas, selain dipengaruhi oleh kondisi di dalam negeri kita, terutama untuk sektor pertahanan minyak juga dipengaruhi oleh apa yang sekarang sedang berlangsung di Timur Tengah, yaitu perang antara Israel dengan Iran. 

    “Tadi karena semua bergerak, jadi APBN itu bukanlah sesuatu yang fix atau tetap, tapi dia terus-menerus mengalami dampak dari kondisi ekonomi yang bergerak,” jelasnya beberapa waktu lalu. 

    Meski demikian, pemerintah terus melakuakn mitigasi khususnya soal pertumbuhan ekonomi dengan melalukan kebijakan countercyclical untuk menahan agar ekonomi tetap tumbuh mendekati 5% pada tahun ini.