Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

AS Temukan Harta Karun 2 Miliar Ton Mineral Tanah Jarang, Bakal Salip China

AS Temukan Harta Karun 2 Miliar Ton Mineral Tanah Jarang, Bakal Salip China

Jakarta

Amerika Serikat (AS) berhasil menemukan lebih dari 2 miliar ton mineral tanah jarang. Temuan ini membuat AS berpotensi menjadi pemimpin dalam industri mineral dan teknologi dunia mengalahkan China.

Mengutip dari unilad.com, Jumat (15/11/2024), China saat ini masih mendominasi pasokan mineral tanah jarang secara global. Temuan itu diperkirakan dapat menggeser China dan menjadikan AS sebagai pemimpin baru dalam industri tersebut.

Menurut, perusahaan yang terlibat dalam proyek ini, American Rare Earth Inc. temuan tersebut telah melampaui ekspektasi bahkan impian yang tidak mungkin dari pihak-pihak yang terlibat. Adapun mineral yang ditemukan, di antaranya oksida neodimium, praseodimium, samarium, disprosium, dan terbidium, yang digunakan dalam teknologi.

Saat ini, China mengontrol sekitar 95% mineral tanah jarang secara global, sementara AS sendiri mengimpor 74% dari jumlah tersebut. Dengan penemuan ini, dapat membuat AS tidak bergantung kembali ke China dan bahkan dapat mengambil alih posisi negara tersebut.

American Rare Earth pertama kali mulai mengebor pada Maret 2023 dan memperkirakan 1,2 juta metrik ton mineral di wilayah Wyoming. Namun, pengeboran lebih lanjut diperkirakan jauh lebih besar dengan estimasi kenaikan lebih dari dua kali lipat.

“Hasil ini menggambarkan potensi besar proyek tersebut, di mana sumber daya meningkat sebesar 64% selama pengeboran pengembangan yang meningkatkan sumber daya terukur/terindikasi sebesar 128%,” kata CEO American Rare Earths Don Schwartz.

Dia menambahkan biasanya sumber daya akan berkurang seiring dengan pengeboran lebih dalam. Namun, dalam kasus ini, justru yang terjadi adalah peningkatan sumber daya.

Adapun perusahaan lain yang terlibat dalam proyek tersebut, yakni Ramaco Resources. Perusahaan mengungkapkan telah menemukan deposit mineral langka di dekat Sheridan, Wyoming, yang nilainya diperkirakan mencapai US$ 37 miliar.

“Kami hanya mengujinya pada kedalaman 100 hingfa 200 kaki, yang merupakan kedalaman maksimum untuk tambang batu bara konvensional,” kata CEO Ramaco Resources Randall Atkins kepada Cowboy State Daily.

Lihat juga video: Menguak ‘Harta Karun’ Candi Parit Duku di KCBN Muarajambi

(rrd/rrd)