TRIBUNNEWS.COM – Departemen Luar Negeri AS menolak untuk menanggapi pernyataan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz yang menyerukan aneksasi di beberapa Jalur Gaza.
Hal tersebut terlihat ketika juru bicara Deplu AS, Tammy Bruce mengindari pernyataan soal aneksasi tersebut.
Menurutnya, pernyataan Israel Katz hanyalah untuk pengalihan isu. Sehingga ia memilih untuk tidak menanggapinya.
“Yang lain, mungkin mereka ingin kita selalu berbicara tentang hal lain, agar orang lain teralihkan perhatiannya dengan hal itu sehingga kita berhenti memikirkan hal yang harus segera kita tangani,” katanya, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Pihaknya mengklaim bahwa saat ini fokus AS tidak akan teralihkan untuk menghentikan pembantaian massal.
“Menarik bahwa kita dapat terus mengingat hakikat dari apa yang ada di depan kita, yaitu menghentikan pembantaian massal terhadap orang-orang, penggunaan orang lain sebagai tameng manusia, kekacauan umum yang ditimbulkannya, dan fakta bahwa ada cara untuk menghentikannya,” tambahnya.
Sebelumnya, Israel Katz mengatakan negaranya akan mengancam akan melakukan aneksasi di Gaza.
Ia memerintahkan kepada pasukan Israel untuk mencaplok lebih banyak wilayah Gaza setelah mengusir penduduk Palestina.
“Saya perintahkan (tentara) untuk merebut lebih banyak wilayah di Gaza,” katanya, dikutip dari Al-Arabiya.
Katz mengatakan bahwa ini ancaman untuk Hamas, agar mereka segera membebaskan sandera.
“Semakin Hamas menolak membebaskan para sandera, semakin banyak wilayah yang akan hilang, yang akan dianeksasi oleh Israel,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Katz juga mengancam akan memperluas zona penyangga apabila Hamas tidak segera membebaskan sandera.
“Jika Hamas tidak mematuhinya, kami akan memperluas zona penyangga di sekitar Gaza untuk melindungi wilayah penduduk sipil dan tentara Israel dengan menerapkan pendudukan permanen Israel di wilayah tersebut,” ancamnya.
Senada dengan Katz, juru bicara militer Israel, Avichay Adraee telah mendesak seluruh warga Gaza yang berada di daerah Al-Salatin, Al-Karama dan Al-Awda untuk segera mengungsi dari rumah mereka.
“Demi keselamatan Anda, segera menuju ke selatan menuju tempat perlindungan yang diketahui,” kata Adraee melalui X.
Namun pernyataan Katz ini mendapat kecaman dari menteri luar negeri Prancis Jean-Noel Barrot.
Barrot dengan tegas menolak aneksasi seperti yang diucapkan Katz.
“Negara kami menentang segala bentuk aneksasi, baik yang menyangkut Tepi Barat maupun Jalur Gaza,” tegasnya.
Sementara itu, Hamas telah berupaya memajukan negosiasi ke tahap kedua dari gencatan senjata yang disepakati pada bulan Januari.
Namun Israel bersikeras agar Hamas segera membaskan semua sandera yang tentunya ini melanggar kesepakatan awal.
Israel Terus Bombardir Gaza
Israel melanjutkan pemboman intensif di Gaza pada Selasa (18/3/2025).
Mereka beralasan serangan ini sebagai kebuntuan dalam perundingan gencatan senjata.
Di mana gencatan tahap pertama telah berakhir pada awal bulan ini.
Serangan ini juga merupakan persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.
Akibat serangan ini, lebih dari 700 warga Palestina tewas dan lebih dari 900 lainnya cedera.
Serangan ini tentunya mendapat kecaman dari berbagai pihak, bahkan dari presiden Israel sendiri.
Presiden Israel, Isaac Herzoh menyampaikan kekhawatirannya mengenai tindakan pemerintah dalam sebuah pernyataan video pada hari Kamis (19/3/2025).
Herzog mengatakan bahwa dirinya khawatir keputusan Netanyahu saat ini menjadi boomerang di masa depan.
“Tidak mungkin untuk tidak merasa sangat terganggu oleh kenyataan pahit yang terbentang di depan mata kita,” kata Herzog dalam sebuah pernyataan video,dikutip dari Arab News.
Herzog dengan jelas mengatakan bahwa keputusan berperang di Gaza tidak dapat diterima.
Menurutnya, pasukan Israel tidak dapat fokus membebaskan sandera apabila melanjutkan agresi di Gaza.
“Tidak terpikirkan untuk melanjutkan pertempuran sementara masih menjalankan misi suci untuk membawa pulang para sandera kita,” kata Herzog.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Israel Katz dan Konflik Palestina vs Israel