Jakarta, CNBC Indonesia – China makin kencang melawan dominasi Amerika Serikat (AS) dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI). Upaya China tak gentar meski AS terus-terusan memutus akses negara kekuasaan Xi Jinping terhadap chip AI dan alat pembuat chip canggih asal AS dan negara sekutu.
Bukti paling nyata adalah kehadiran DeepSeek asal China yang mengguncang industri teknologi AI AS. DeepSeek berhasil menjadi sistem AI yang akurat dengan biaya produksi jauh lebih murah ketimbang AI buatan AS.
Menurut CEO startup asal China A1.AI, Lee Kai-fu, China saat ini hanya tertinggal sekitar 3 bulan untuk beberapa area pengembangan AI dibandingkan dengan AS.
Lee merupakan figur kawakan di sektor AI global. Ia juga pernah mengepalai Google China. Berbacara dnegan Reuters, Lee mengatakan kemunculan DeepSeek telah membuktikan kemajuan China dalam hal engineering infrastruktur software.
DeepSeek membuat geger saat meluncurkan model AI R1 pada Januari lalu. Perusahaan mengklaim sistem AI tersebut dilatih dengan chip yang tidak terlalu canggih dan dengan biaya lebih murah ketimbang pesaing di AS.
Pengumuman itu langsung meruntuhkan asumsi bahwa sanksi AS akan menghambat pengembangan AI asal China.
“Sebelumnya, saya kira ketimpangan [China dan AS] berjarak 6-9 bulan dan [China] tertinggal di belakang dalam segala hal. Kini, saya rasa mungkin ketimbangannya hanya 3 bulan untuk beberapa teknologi inti. Namun, untuk beberapa area spesifik [China] sebenarnya lebih maju,” kata Lee, dikutip dari Reuters, Selasa (25/3/2025).
Sanksi dari AS dinilai sebagai pedang bermata dua yang menciptakan tantangan jangka pendek bagi China dalam mengembangkan AI. Namun, secara jangka panjang, sanksi itu justru memotivasi China untuk berinovasi secara lebih kreatif dan mengembangkan kemandirian tanpa bergantung pada AS.
Lee mengatakan beberapa perusahaan China bahkan sudah mengembangkan algoritma mereka sendiri.
“Faktanya, DeepSeek mampu mencari rantai pemikiran baru untuk mendorong pembelajaran sistemnya supaya bisa bersaing dengan AS. DeepSeek belajar dengan cepat dan bahkan kini sudah lebih inovatif,” Lee menjelaskan.
China langsung bergerak cepat dalam pengembangan AI setelah OpenAI asal AS meluncurkan ChatGPT pada akhir 2022 lalu. Sebelum peluncuran DeepSeek, banyak petinggi teknologi China yang mengaku tertinggal dibandingkan AS.
Lee sendiri merupakan pemilik firma modal ventura yang mendirikan 01.AI pada Maret 2023. Ia juga bergabung pada startup AI baru seperti ZhipuAI dan Moonshot. Lee juga berperan dalam beberapa raksasa teknologi China seperti Baidu, Alibaba, dan ByteDance, dalam membangun model AI mereka.
(fab/fab)