Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dan China berlomba-lomba untuk mendominasi teknologi chip kecerdasan buatan (AI). Bahkan, perang teknologi keduanya makin sengit dengan pemberlakuan kebijakan blokir AS ke China yang kian meluas agar tak bisa mengakses teknologi chip dan alat pembuat chip canggih dari AS dan sekutu.
Ternyata, bukan cuma dua negara tersebut yang berniat menguasai pasar chip AI. Jepang juga berusaha untuk meningkatkan industri chip dan kecerdasan buatan (AI) dalam negeri. Untuk itu, Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengumumkan rencana investasi besar-besaran pada industri tersebut.
Dalam rencana pemerintah, industri akan mengantongi dana senilai US$65 miliar atau sekitar Rp 1.024 triliun. Ishiba tak mengungkapkan cara dana tersebut akan didapatkan.
Namun Ishiba memastikan pemerintah tidak menerbitkan obligasi dalam rangka menutupi defisit dalam rencana tersebut.
Agar bisa terlaksana, Reuters melaporkan pemerintah Jepang akan mengajukan rancangan aturan mendukung produksi massal chip generasi berikutnya ke parlemen. Ini menjadi paket ekonomi komprehensif pemerintah setempat.
Fokus rencana itu adalah usaha pengecoran chip Rapidus dan pemasok chip untuk AI, dikutip Rabu (13/11/2024).
Dampak ekonomi dari rencana tersebut adalah mencapai Rp 160 triliun. Dukungan pemerintah sebenarnya sudah pernah diungkapkan tahun lalu, dengan alokasi Rp 2 triliun untuk mendukung industri chip.
Investasi itu tetap akan didapatkan selama 10 tahun. Rencananya total dari sektor publik dan swasta mencapai 50 triliun yen.
Sementara itu, Rapidus merupakan perusahaan semikonduktor yang dipimpin veteran industri. Produksi akan dilakukan di bagian utara, pulau Hokkaido.
Rencananya produksi massal dilakukan mulai 2027. Rapidus akan bekerja sama dengan raksasa teknologi global IBM dan Imec selaku organisasi penelitian Belgia untuk melakukan produksi.
(fab/fab)