Art Koffie Huis 1915 Salatiga, Bangunan Berusia 109 Tahun yang Sekarang Jadi Coffee Shop

11 April 2024, 15:25

SALATIGA, suaramerdeka.com – Salatiga sejak zaman Belanda dikenal sebagai lumbung kopi karena mempunyai perkebunan kopi terbesar di Nusantara. Sejak abad 17, Kota Salatiga dengan ketinggian 400 hingga 800 mdpl telah menjadi lumbung kopi.  Khususnya kopi Robusta yang cukup tersohor di nusantara. Baca Juga: Daop 4 Semarang Layani 409 Ribu Penumpang Selama Periode Arus Mudik Lebaran 2024
Dikutip dari data buku Galeri Salatiga yang ditulis Eddy Supangkat, dalam perkembangannya Salatiga juga disebut sebagai kota perkebunan yang menawan. Karena alam dan iklimnya yang mendukung, pada masa tanam paksa Salatiga dijadikan sebagai pusat penanaman kopi.

Baca Juga: Hotel Kalitaman jadi Hotel Pertama di Salatiga, Dulu Hotel Khusus Orang Kulit Putih, Pribumi Dilarang Masuk Salatiga disebut sebagai lumbung kopi VOC. Bahkan ada ruas jalan di salatiga yang disebut diberi nama Koffiiestraat yang kemudian berganti nama menjadi Prins Hendrikstraat, dan terakhir menjadi jalan Yos Sudarso. Tumbuhnya Salatiga sebagai pusat perkebunan kopi menjadikan sebagai pusat perekonomian yang memicu munculnya banyak bangunan cagar budaya milik orang kulit putih. Baca Juga: Detik-detik Kecelakaan Tunggal Bus PO Rosalia Indah di Jalan Tol KM 370, Kendal, Pengemudi Mengantuk Salah satunya bangunan Art Koffie Huis 1915 yang berlokasi di Jalan Buk Suling No.17, Kutowinangun Kidul, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Bangunan itu sampai saat ini masih digunakan sebagai salah satu coffee shop di Salatiga yang memiliki bangunan kuno bergaya Belanda. Usianya sekarang sudah mencapai 109 tahun.  Baca Juga: TC di Dubai Selesai, H-4 Piala Asia U23 2024 Timnas Indonesia U23 Telah Tiba di Qatar Dikutip dari buku Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, Pada zaman Belanda dulu wilayah Buk Suling merupakan pengembangan dari kawasan permukiman Eropa di Salatiga. Maka tidak aneh bila di sekitar Buk Suling berdiri beberapa bangunan berarsitektur Eropa. Baca Juga: Dessert Kekinian di Hari Lebaran, Yuk Cobain Resep Mango Sago Ala Devina Hermawan, Jadi Favorit Banyak Orang Salah satunya adalah rumah tinggal yang berada di puncak bukit Buk Suling, yang dibangun pada tahun 1915. Arsitekturnya sangat indah, kokoh, dengan pintu dan jendela yang tinggi-tinggi, kaca patri di sana-sini, lantai dengan motif dan berwarna-warni. Baca Juga: Mari Mengenal Tradisi Kenduri, Budaya Makan Berjamaah setelah Shalat Idul Fitri di Desa Pagu, Jawa Timur Di awal kemerdekaan rumah itu pernah berada di penguasaan TNI. Setelah tidak digunakan sebagai tempat tinggal sekarang dimanfaatkan sebagai kafe, rumah seni dan homestay dengan nama Art Koffie Huis 1915. Baca Juga: Waspada Demam Berdarah dan HFMD Saat Mudik di Kampung Halaman Angka 1915 dipilih sebagai penanda bahwa rumah tersebut awalnya didirikan pada tahun 1915. ***

Tokoh

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi