Jakarta –
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bersikeras menjadikan negara Palestina sebagai bagian dari kesepakatan apa pun untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyampaikan hal tersebut, seraya menambahkan bahwa ini adalah kunci stabilitas jangka panjang di Timur Tengah dan yang akan menjamin keamanan Israel.
Blinken mengatakan bahwa gencatan senjata Gaza diperlukan terlebih dahulu. Namun setelah itu, fokusnya harus pada stabilitas jangka panjang kawasan tersebut, yang akan mencakup keamanan Israel. “Dan, tentu saja, kuncinya adalah normalisasi hubungan antara Israel dan Arab Saudi,” katanya dalam wawancara dengan Foreign Affairs yang diterbitkan pada hari Rabu (18/12), sambil menyatakan harapan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump yang nantinya akan menyelesaikan kesepakatan tersebut.
“Namun agar itu terjadi, kita membutuhkan ketenangan di Gaza – dan itu jelas dari Saudi – tetapi kita juga membutuhkan jalur yang kredibel menuju negara Palestina,” kata Blinken, dilansir Al Arabiya, Kamis (19/12/2024).
Meskipun ada beberapa laporan sepanjang tahun lalu, termasuk minggu ini, bahwa Arab Saudi bersedia melonggarkan tuntutannya dengan imbalan normalisasi, Riyadh telah berulang kali konsisten dalam pendiriannya yang menuntut pembentukan negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Diperkirakan lebih dari 40.000 warga Palestina telah tewas akibat bombardir Israel sejak Oktober lalu, ketika militer Israel mulai menggempur Gaza sebagai respons atas serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober.
Israel juga secara rutin memblokir bantuan kemanusiaan agar tidak masuk ke daerah kantong itu. Hal ini memicu peringatan baru-baru ini dari AS, bahwa jika lebih banyak bantuan tidak masuk, AS dapat mengambil tindakan khusus sebagai tanggapan.