Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah aplikasi di HP berbasis sistem kecerdasan buatan (AI) menghebohkan internet. Aplikasi bernama ‘Death Clock’ tersebut bisa memprediksi harapan hidup seseorang berdasarkan gaya hidup.
Popularitas aplikasi tersebut kian meningkat karena banyak yang penasaran tentang prediksi tanggal kematian mereka. Sejak diluncurkan pada Juli lalu, aplikasi Death Clock sudah di-download lebih dari 125.000 kali.
Bahkan, pakar keuangan dan para ekonom memutuskan untuk mencoba aplikasi tersebut, menurut beberapa laporan.
Lantas, bagaimana cara kerja Death Clock? Dikutip dari TheWeek, Senin (2/12/2024), aplikasi tersebut dikembangkan Brent Franson.
Death Clock menggunakan paket data lebih dari 1.200 studi harapan hidup dan 53 juta partisipan untuk membeberkan prediksi terpersonalisasi ke pengguna aplikasi.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan adalah pola makan, olahraga, tingkat stres, dan pola tidur, untuk meramalkan tanggal kematian, dilaporkan oleh Bloomberg.
Awalnya, Death Clock menemukan peminat di kalangan penggemar kesehatan dan binaraga. Mereka menggunakan aplikasi tersebut sebagai panduan menjalani hidup yang lebih sehat.
Kendati demikian, Brent Franson mengklaim hasil yang disediakan AI pada aplikasi tersebut mengalami peningkatan signifikan pada standar harapan hidup.
Para pakar keuangan tertarik dengan Deatch Clock karena angka harapan hidup menjadi faktor penentu pada sistem keuangan.
Franson mengatakan kepada Bloomberg bahwa algoritma yang diproduksi aplikasi mampu memberikan pengukuran yang tepat terkait harapan hidup orang-orang.
Dengan begitu, Death Clock bisa menjadi aset penting bagi pemerintah dan individu. Pasalnya, aplikasi itu bisa membantu kalkulasi ekonomi seperti kebutuhan pemasukan pensiun, cakupan lebijakan pada pendanaan asuransi jiwa dan pembayaran pensiun, serta rencana keuangan.
Seseorang yang mengetahui angka harapan hidupnya bisa membuat rencana lebih tepat untuk tabungan dan investasi masa depan, menurut laporan tersebut.
Aplikasi tersebut dilaporkan memberlakukan biaya langganan sebesar US$40 per tahun. Pantauan CNBC Indonesia, saat ini di Apple App Store dan Google Play Store ada banyak aplikasi kloning Death Clock. Namun, sulit ditemukan aplikasi asli buatan Brent Franson.
(fab/fab)