Apindo Semringah Investasi Domestik Ngebut per Kuartal III/2025

Apindo Semringah Investasi Domestik Ngebut per Kuartal III/2025

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) merespons positif terkait meningkatnya penanaman modal dalam negeri (PMDN) hingga kuartal III/2025. Namun, di lain sisi, penanaman modal asing (PMA) justru terkontraksi.

Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, realisasi investasi pada Juli–September naik 13,9% year on year (YoY) menjadi Rp491,4 triliun, lebih lambat dari laju 15,3% YoY pada periode sama tahun lalu, akibat penurunan penanaman modal asing (PMA). 

Kontraksi investasi asing telah berlangsung selama dua kuartal beruntun, saat penanaman modal dalam negeri (PMDN) terakselerasi.

Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani melihat penurunan PMA yang diimbangi dengan akselerasi PMDN justru menciptakan sentimen positif di kalangan pengusaha domestik. 

“Ketika PMDN tumbuh lebih cepat daripada PMA, itu berarti ada trust dividend yang tumbuh di dalam negeri. Dunia usaha percaya terhadap stabilitas makro, arah kebijakan pemerintah dalam mengatasi tantangan struktural, dan keberlanjutan iklim berusaha,” ujar Shinta kepada Bisnis, dikutip Sabtu (18/10/2025).

Dia mengatakan, data sepanjang Januari–September 2025, PMA tercatat Rp644,6 triliun, hanya sedikit terkoreksi dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp654,4 triliun. Sementara itu, PMDN melonjak dari Rp607,03 triliun menjadi Rp789 triliun, atau tumbuh sekitar 30,09% untuk periode yang sama. 

“Artinya, arus modal asing masih solid, namun dinamika porsi berubah karena motor domestik kini berakselerasi lebih cepat,” jelasnya.

Kemudian, pola kuartalan pada kuartal II dan III tahun ini mencerminkan rebalancing strategi investor global, namun bukan berarti penurunan kepercayaan terhadap Indonesia. 

Menurutnya, di tengah ketidakpastian global, mulai dari selisih tingkat suku bunga, tekanan geopolitik, hingga fragmentasi rantai pasok, investor global cenderung bersikap ‘wait and calibrate’. 

“Namun, nilai PMA kuartal III justru naik menjadi Rp212 triliun dibanding kuartal II sebesar Rp202,2 triliun, menandakan capital appetite yang masih terjaga dengan pertumbuhan sekitar 4,85% quarter to quarter,” katanya.

Alhasil, dengan pergeseran tren investasi ini, menurut Shinta, dunia usaha justru melihat ruang yang lebih besar untuk kemitraan dan sinergi antara PMA dan PMDN.  

“Bagi dunia usaha, kualitas investasi dalam bentuk nilai tambah, teknologi, lapangan kerja, dan keberlanjutan rantai pasok, jauh lebih relevan untuk menilai arah ekonomi Indonesia ke depan,” kata Shinta.