Jakarta –
Nabi Adam diyakini umat Islam dan Kristiani sebagai manusia pertama di muka Bumi. Namun bagaimana dari sisi ilmiahnya? Inilah jawabannya.
Arkeolog Universitas Indonesia, Ali Akbar mengungkapkan paparan ilmiah terkait Nabi Adam dalam peluncuran bukunya Asal-usul Manusia Pertama di Bumi. Ali Akbar memakai pendekatan Arkeologi Al Quran (Quranic Archeology) yang menjadikan ayat Al Quran sebagai pembanding terhadap temuan ilmuwan mengenai manusia purba.
“Nabi Adam itu bukan manusia purba, karena secara budaya dan arkeologi tidak cocok,” kata Ali Akbar dalam diskusi buku di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Nabi Adam dalam penjelasan di Al Quran bisa disimpulkan bahwa dirinya secara anatomi, fisiologi dan morfologi sudah berfungsi sempurna. Sehingga, definisi manusia sesuai Al Quran adalah makhluk yang sudah sempurna. Inilah yang tidak terjadi pada manusia purba di periode Paleolitikum.
“Homo erectus belum bisa ngomong. Homo neanderthalensis bisa ngomong tapi tidak dapat menyuarakan beberapa vokal. Dengan demikian Adam bukan kategori Homo erectus dan Homo neanderthalensis,” kata Ali Akbar.
Ali Akbar menyebutkan argumentasi kedua adalah soal budaya. Pada periode Paleolitikum manusia purba masih berburu dan meramu. Namun jutaan tahun kemudian, pada masa Neolitikum sudah ada pertanian, peternakan dan pengembangan bangunan batu. Inilah periodenya Homo sapiens.
“Cro magnon itu sudah mendekati, tapi keterbatasannya mereka tinggal di gua. Sedangkan Adam sudah berbudaya. Dua anak Adam disebutkan sudah bertani dan menggembala,” jelas Ali Akbar.
Jika memakai definisi Al Quran, manusia pertama sesuai dengan Homo sapiens dengan segala ciri-cirinya. Untuk periode sebelumnya, menurut Ali Akbar masuk ke kategori makhluk yang belum masuk kategori manusia.
“Kalau Al Quran jelas sekali Nabi Adam itu diciptakan. Sebelum Nabi Adam ya sudah ada makhluk banyak banget seperti Australopithecus terus Pithecantropus erectus,” kata dia.
(fay/fyk)