Ansor Kota Probolinggo Kunjungi Haical, Santri Kecil Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Ansor Kota Probolinggo Kunjungi Haical, Santri Kecil Korban Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Probolinggo (beritajatim.com) – Di rumah sederhana di sudut Kota Probolinggo, suasana haru menyelimuti kedatangan rombongan GP Ansor. Mereka datang bukan sekadar membawa bingkisan, melainkan kehangatan, empati, dan doa untuk seorang bocah yang baru saja menatap hidup dari balik reruntuhan tragedi.

Namanya Syehlendra Haical Raka Aditya, 13 tahun, santri asal Probolinggo yang menjadi korban selamat dalam musibah runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Luka di tubuhnya mulai pulih, tapi luka batin dan trauma masih jelas tergambar di wajah mungilnya.

Ketua GP Ansor Kota Probolinggo, Salamul Huda, bersama Ketua PCNU Kota Probolinggo, datang menjenguk Haical dan keluarganya. Bagi mereka, kunjungan itu bukan sekadar formalitas organisasi, melainkan bentuk kasih dan kepedulian terhadap sesama warga Nahdlatul Ulama.

“Kami datang untuk memberikan suport moril dan menguatkan keluarga agar tetap sabar. Keluarga Haical ini bagian dari keluarga besar NU. Ayahnya dulu aktif di PMII, jadi secara emosional kami merasa ini keluarga kami juga,” ujar Salamul Huda dengan mata yang berkaca-kaca.

Dalam kunjungan itu, suasana sempat mencair ketika seorang anggota Ansor yang berprofesi sebagai tukang cukur diminta memangkas rambut Haical. Permintaan itu datang langsung dari sang ibu — potongan rambut kecil sebagai simbol awal kehidupan baru bagi sang anak.

“Kami minta sahabat Ansor yang punya usaha pangkas rambut untuk memangkas rambut Haical, sesuai permintaan ibunya. Tidak banyak yang bisa kami berikan, tapi kami ingin Haical merasa diperhatikan. Karena ia adalah anak kita semua, dan kita harus ikut menjaga tumbuh kembangnya,” tambah Salamul dengan nada lembut.

Tawa kecil Haical kembali terdengar sore itu. Meski tubuhnya masih lemah, sorot matanya mulai menampakkan semangat baru. Dari kepedulian kecil itu, GP Ansor ingin menegaskan satu hal: bahwa Haical bukan hanya tanggung jawab keluarganya, tapi milik seluruh umat yang berempati.

“Haical selamat bukan tanpa alasan. Barangkali Tuhan ingin mengingatkan kita untuk lebih peduli pada kehidupan, pada sesama,” tutur salah satu sahabat Ansor yang ikut mendampingi.

Dari balik luka dan trauma, semangat hidup baru itu perlahan tumbuh. Haical — bocah kecil dari Probolinggo — kini menjadi simbol keteguhan, harapan, dan kasih yang menyatukan banyak hati. (ada/ted)