Berdasarkan kondisi tektonik regional dan geologinya, maka wilayah Poso dan sekitarnya tergolong penelitian struktur geologi di Cekungan Bandung dan sekitarnya sudah banyak dilakukan para ahli.
Wafid menyebutkan pola kelurusan sesar umumnya berarah barat laut – tenggara, timur laut – barat daya dan sedikit yang berarah utara – selatan.
Mengutip hasil penelitian Martodjojo pada 2003, sesar-sesar berarah timur laut – barat daya mengikuti pola sesar arah Meratus, sesar berarah barat laut – tenggara mengikuti pola sesar arah Sumatera, sementara yang berarah utara – selatan dikontrol oleh sesar pada batuan dasar yang tersusun oleh pluton granit dan batuan malihan.
Selain itu terdapat juga struktur di sebelah utara Cekungan Bandung berarah relatif barat timur yang dikenal dengan Sesar Lembang.
“Sesar Lembang bersambungan dengan Sesar Cimandiri di sisi bagian barat dan Sesar Baribis di sisi timur,” ungkap Wafid.
Sesar Lembang adalah salah satu landmark geologis yang paling menarik di dataran tinggi Bandung dan ekspresi geomorfologi yang jelas dari aktivitas neotektonik di Cekungan Bandung.
Sesar Lembang secara morfologi diekspresikan berupa gawir sesar (fault scarp) dengan dinding gawir menghadap ke arah utara. Sesar Lembang ini berdasarkan kronologis waktu dibedakan yaitu Sesar Lembang Timur berumur 125.000 tahun yang lalu dan Sesar Lembang Barat berumur 50.000-35.000 tahun yang lalu (Dam dkk., 1996).
Setelah letusan besar Gunung Tangkuban Perahu menutupi sebagian Sesar Lembang Timur pada 50.000-35.000 tahun yang lalu, Sesar Lembang Barat mulai aktif bergerak pada kurun umur 35.000-20.000 tahun yang lalu (Dam dkk., 1996).
Kinematika dan tipe Sesar Lembang masih menjadi perdebatan menurut Hidayat dkk., 2008; Tjia, 1968; van Bemmelen, 1949. Sementara hasil studi Daryono tahun 2016, berdasarkan analisis Digital Elevation Model (DEM) resolusi tinggi dan didukung kajian geofisika dan paleoseismologi menyatakan bahwa Sesar Lembang mempunyai mekanisme geser mengiri (left-lateral / sinistral) dan terbagi menjadi enam seksi.
“Hasil analisis pergeseran sungai dan stratigrafinya menunjukkan bahwa sesar lembang bergerak dengan kecepatan 3-5.5 mm/tahun (panjang keseluruhan 29 km). Sesar ini mampu menghasilkan gempa bumi dengan kekuatan magnitudo M6,5 – M7. Hasil uji paritan menunjukkan bukti kejadian gempa bumi pada abad 15 (tahun 1450-1460),” terang Wafid.