Anak SD Sudah Punya HP? Studi Ungkap Risiko Obesitas dan Gangguan Tidur Meningkat

Anak SD Sudah Punya HP? Studi Ungkap Risiko Obesitas dan Gangguan Tidur Meningkat

JAKARTA – Kini semakin banyak anak di usia sekolah dasar yang sudah memiliki smartphone pribadi. Namun, hal ini ternyata harus mendapat perhatian khusus, karena studi terbaru menemukan dampak buruk smartphone pada anak.

Dikutip dari Science Alert, pada Jumat, 5 Desember 2025, para peneliti Amerika Serikat menemukan bahwa kepemilikan smarphone pada usia 12 tahun dan ke bawah berkaitan dengan meningkatnya risiko depresi, obesitas, dan kurang tidur.

Temuan tersebut berasal dari analisis terhadap 10.588 peserta dalam studi perkembangan otak remaja. Ditemukan 6,5 persen anak 12 tahun sudah memiliki smartphone pernah menerima diagnosis depresi.

Angka tersebut lebih tinggi dibanding 4,5 persen pada anak yang masih belum memiliki ponsel. Psikiater anak dan remaja, Ran Barzilay, mengatakan bahwa temuan itu menunjukkan perlunya pendekatan lebih hati-hati dalam memberikan akses smartphone pada anak.

“Smartphone perlu dilihat sebagai faktor yang dapat memengaruhi kesehatan remaja. Keputusan memberikannya kepada anak sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang,” tutur Barzilay.

Studi ini juga menemukan bahwa adanya perbedaan signifikan terkait berat badan. Sebanyak 18 persen anak usia 12 tahun yang sudah memiliki smartphone tercatat mengalami obesitas, sedangkan di kelompok tidak memiliki smartphone angkatnya di 12 persen.

Gangguan tidur juga terlihat dengan jelas. Hampir separuh anak 12 tahun yang sudah memiliki smartphone tidur kurang dari sembilan jam setiap malamnya, dan tidur yang kurang berkualitas.

Meski demikian, para peneliti menekankan bahwa studi ini bersifat observasional. Artinya, hasilnya belum bisa memastikan bahwa smartphone menyebabkan depresi atau obesitas.

Namun, konsistensi temuan yang sudah terlihat sejak awal anak mendapatkan ponsel membuat hubungan terlebih patut diteliti lebih jauh. Barzilay juga menilai bahwa smartphone memang bisa bermanfaat untuk proses belajar dan koneksi sosial, tetapi kebiasaan menggunakannya harus tetap diseimbangkan terutama pada anak.

“Anak tetap membutuhkan waktu jauh dari layar untuk bergerak aktif. Aktivitas fisik dapat membantu mencegah obesitas dan menjaga kesehatan mental,” pungkas Barzilay.