Blitar (beritajatim.com) – Dunia pendidikan di Blitar berada di titik kritis. Tingginya angka putus sekolah dan meningkatnya keterlibatan pelajar serta anak-anak putus sekolah dalam aksi anarkis dan vandalisme menjadi sorotan serius.
Dalam aksi perusakan gedung DPRD Kabupaten Blitar beberapa waktu lalu mayoritas pelakunya adalah anak-anak yang masih berstatus pelajar atau putus sekolah. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan dan cukup ironis.
Terkait hal itu, Kepala Sekolah Kelas Bung Karno, Joko Pramono ikut memberikan komentarnya. Menurut Joko Pramono, Kepala Sekolah Kelas Bung Karno, masalah ini bukan sekadar soal akses pendidikan, tetapi juga kegagalan dalam membangun karakter kebangsaan.
“Anak-anak yang putus sekolah rentan terjerumus ke dalam perilaku negatif karena kurangnya pendidikan karakter dan kesadaran kebangsaan,” ujar Joko.
Fenomena ini diperparah dengan maraknya aksi anarkis yang sering melibatkan pelajar dan diprovokasi oleh anak putus sekolah. Hal ini menunjukkan minimnya pembinaan karakter dan arah pendidikan yang jelas bagi generasi muda Blitar.
Para pelajar yang terlibat dalam kasus kerusuhan di Blitar. (foto : Winanto/beritajatim.com)
Solusi Jangka Panjang
Untuk mengatasi krisis ini, Joko mengusulkan solusi konkret. Pertama, penguatan pendidikan karakter melalui program Nation and Character Building yang digagas melalui Kelas Bung Karno. Program ini secara rutin menanamkan nilai-nilai nasionalisme seperti cinta tanah air, disiplin, dan tanggung jawab sosial.
“Kami ingin anak-anak, baik yang masih bersekolah maupun yang putus sekolah, memahami identitas dan tanggung jawab mereka sebagai warga negara,” jelas Joko.
Kedua, ia menekankan pentingnya peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Menurut Joko, PKBM adalah “jembatan” untuk mengembalikan anak-anak putus sekolah ke jalur pendidikan.
“Kami menawarkan pendidikan alternatif yang fleksibel, sehingga mereka tetap bisa belajar meski terhambat kondisi ekonomi atau sosial,” ungkapnya, sambil mengajak pemerintah daerah untuk memperkuat PKBM dengan kurikulum kebangsaan.
Ajak Semua Pihak Bersatu
Joko menegaskan bahwa situasi ini memerlukan kerja sama lintas sektor. Ia mengajak Pemerintah Kota dan Kabupaten Blitar, sekolah, serta seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun sistem pendidikan yang inklusif dan berorientasi pada pembangunan karakter.
“Jika kita tidak bertindak sekarang, masa depan generasi muda Blitar dan bangsa ini akan semakin terancam. Dengan semangat gotong royong, kita harus bangkit dari darurat pendidikan kebangsaan ini,” pungkasnya. (owi/but)
