Alarm Industri Keramik: Produksi Turun Drastis, Pasar Global Susut

Alarm Industri Keramik: Produksi Turun Drastis, Pasar Global Susut

Bisnis.com, YOGYAKARTA — Produksi keramik global mengalami koreksi mendalam hingga 10,8% pada 2024. Penurunan ini menjadi salah satu koreksi terdalam dalam satu dekade terakhir setelah mencapai puncak produksi pada 2018-2019 dan penurunan 2024. 

Vice Chairman World Ceramic Tiles Forum (WCTF) Raul Carnicer menegaskan pentingnya kolaborasi global di tengah perubahan ekonomi dan regulasi yang semakin cepat. 

“Dalam konteks global saat ini, ketika kondisi ekonomi dan regulasi semakin berkembang, kolaborasi menjadi lebih penting dari sebelumnya bagi industri kita,” ujar Raul dalam Annual Meeting 2025 WCTF, Senin (10/11/2025).

Data WCTF mencatat dinamika signifikan dalam produksi keramik dunia selama 2020–2024. Produksi global pada 2020 mencapai 1,28 triliun meter persegi, naik ke 1,33 triliun meter persegi pada 2021 dan 1,35 triliun meter persegi 2022. 

Namun, produksi turun menjadi 1,26 triliun meter persegi 2023 dan merosot lebih dalam menjadi 1,13 triliun meter persegi pada 2024, atau turun 10,8%.

Raul menilai pembahasan tantangan bersama, khususnya terkait sektor perumahan menjadi kunci untuk menjaga daya saing industri. Dia juga menyebut banyak isu yang terus berulang dalam beberapa tahun terakhir tetapi semakin kompleks.

Menurut Raul, isu yang paling menonjol mencakup biaya energi dan karbon, akses bahan baku, transportasi, kesejahteraan dan keselamatan pekerja, serta kinerja lingkungan produk konstruksi sepanjang siklus hidup, termasuk jejak karbon.

“Pertemuan ini bukan hanya menjadi ruang evaluasi tantangan, tetapi juga kesempatan untuk menonjolkan keunggulan produk berbasis keramik,” tuturnya. 

Dia menantikan diskusi mengenai kontribusi keramik terhadap keamanan energi, efisiensi, dan ketahanan terhadap api, yang dinilai belum sepenuhnya dikenal atau dihargai publik. Raul juga menegaskan pentingnya standardisasi dalam memperkuat industri global. 

Dalam laporannya, China tetap menjadi produsen terbesar, tetapi turun tajam dari 856 miliar meter persegi (2020) menjadi 731 miliar meter persegi pada 2022, lalu jatuh ke 792,9 juta meter persegi pada 2023 sebelum sedikit naik ke 825 juta meter persegi pada 2024.

Di sisi lain, Brasil turun dari puncaknya 104 miliar meter persegi pada 2021 menjadi 927 juta meter persegi (2022) dan 792 juta meter persegi pada 2023, kemudian naik tipis ke 825 juta meter persegi pada 2024.

Sementara itu, Indonesia melonjak dari 304 juta meter persegi pada 2020 menjadi 410 juta meter persegi pada 2021–2022, lalu melejit ke 412 juta meter persegi pada 2023 dan turun menjadi 393 juta pada 2024.

Jepang relatif stabil 410–420 juta meter persegi pada 2020–2023, lalu ke 393,84 juta meter persegi pada 2024 dan Malaysia turun dari 14,70 juta meter persegi pada 2020 menjadi 10,70 juta meter persegi pada 2024). 

Lebih lanjut, Turki stabil 89 juta meter persegi pada 2020–2021, kemudian turun ke 56 juta meter persegi pada 2023–2024 dan India naik signifikan dari 11,5 miliar meter persegi pada 2020 menjadi 28 miliar meter persegi pada 2023), namun diperkirakan menurun ke 26 miliar meter persegi pada 2024. 

Dari sisi konsumsi per kapita, negara-negara pemain industri keramik mengalami kontraksi -3,94% secara tahunan pada 2023. Hal ini menggambarkan pelemahan konsumsi yang diproyeksi berlanjut hingga tahun ini.