Jakarta, Beritasatu.com – Salah satu bentuk rahmat Allah kepada umat Islam adalah diciptakannya bulan yang penuh berkah, yaitu Bulan Ramadan. Ramadan disebut bulan yang penuh berkah karena banyaknya kebaikan yang mudah diperoleh kaum muslimin pada bulan tersebut.
Pada bulan tersebut, segala kebaikan yang dilakukan kaum muslim dilipat gandakan. Bahkan tidur pada bulan Ramadan dinilai Ibadah. Hal tersebut menunjukkan betapa berkahnya bulan Ramadan dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Allah juga menciptakan dua bulan haram sebelum datangnya bulan Ramadan, yaitu Rajab dan Syakban. Pada dua bulan ini, Allah juga menganjurkan umat muslim untuk banyak beribadah. Dua bulan ini seakan-akan menjadi bulan pembuka masuknya Bulan Ramadan. Allah menyiapkan dua bulan pembuka untuk bulan Ramadan ini menunjukkan betapa agungnya berkah yang ada pada bulan Ramadan. Begitu juga Allah mengajarkan suatu doa agar dipenuhi dengan kebaikan pada Rajab dan Syakban dan disampaikan pada bulan penuh berkah, bulan Ramadan.
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
Selain itu, dua bulan ini seakan menjadi waktu bagi umat muslim untuk mempersiapkan diri menyambut datangnya bulan Ramadan. Hal ini sesuai dengan dua tahap seseorang sebelum mencapai keistiqomahan. Pertama, Al-Iqomah yaitu fase di mana umat muslim mengawali langkah di bulan Rajab untuk mempelajari dan melaksanakan ibadah yang ingin diistiqomahkan pada bulan Ramadan.
Kedua, Al-Taqwim yaitu berusaha untuk mempertahankan ibadah yang sudah dilakukan. Ketika telah melaksanakan dua fase ini pada bulan Rajab dan Sya’ban, maka umat muslim akan lebih mudah istiqomah dalam beribadah pada Bulan Ramadan.
Para Ulama berlomba-lomba memperbanyak pahala pada Bulan Ramadan. Mayoritas ulama berlomba memperbanyak pahala dengan membaca Al-Qur’an. Mereka menjadikan Al Qur’an sebagai wirid mereka baik siang maupun malam, baik di dalam sholat maupun di luar sholat. Hal tersebut disebabkan mereka paham dengan keutamaan-keutamaan Al-Qur’an, di antaranya: Sebaik-baik manusia adalah yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, keutamaan Kalam Allah dari kalam yang lain seperti keutamaan Allah dari makhluknya, dan keutamaan Al Qur’an yang diriwayatkan oleh Imam Al-Turmudzi:
قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ : ( مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا, لَا أَقَوْلُ أَلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامُ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ )
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka akan mendapatkan kebaikan. Kebaikan itu berlipat sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, melainkan Alif satu huruf, Lam satu huruf, Mim satu huruf.”
Menurut Sayyidina Ali- Karromallahu Wajhah – sepuluh kebaikan dari membaca satu huruf Al-Qur’an ini diperoleh jika membacanya dalam keadaan tidak bersuci. Adapun jika dibaca dalam keadaan bersuci di luar sholat, maka akan mendapatkan dua puluh lima kebaikan. Jika dibaca di dalam sholat, maka akan mendapatkan seratus kebaikan (Al-Arba’in Fi Ushuliddin Lil Imam Ghazali-2003).
Dalam hadis dari Sayyidina Ibni Abbas mengatakan bahwa Rasulullah SAW Mudarosah (saling membaca Al-Qur’an) dengan Malaikat Jibril pada malam hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih diutamakan membaca Al-Qur’an pada malam hari, karena malam hari merupakan waktu di mana lisan dan hati menyatu untuk mentadaburi makna Al-Qur’an. (Bughyatul Insan Fi Wadhoif Ramadhan). Pahala yang berlipat ganda ini merupakan hadiah yang akan didapatkan oleh pembaca Al-Qur’an di luar Ramadan.
Adapun jika membaca dengan keadaan tersebut pada bulan Ramadan, maka akan lebih dilipatgandakan lebih banyak lagi. Imam Al-Nakho’I mengatakan bahwa satu rakaat pada bulan Ramadan lebih utama dari seribu rakaat di selain bulan Ramadan (Bughyatul Insan Fi Wadhoif Ramadan- ). Pahala tersebut akan lebih berkali-kali lipat jika seorang muslim membaca Al
Qur’an dengan keadaan tersebut, dan mendapatkan keutamaan malam Lailatul Qadr, yang mana disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa malam Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan.
Jadi, sudah jelas alasan para ulama berlomba-lomba membaca Al-Qur’an pada Bulan Ramadan, yaitu meraih pahala yang sangat besar. Sebagian ulama berbeda-beda dalam hal waktu mengkhatamkan Al-Qur’an. Imam Qotadah istiqomah mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu, dan pada bulan Ramadan mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam tiga hari, dan pada sepuluh akhir bulan Ramadan khatam Al-Qur’an sekali dalam sehari. Begitu juga Imam Syafi’I mengkhatamkan Al-Qur’an di luar salat 60 kali pada bulan Ramadan.
Bahkan para ulama mengosongkan waktu pada bulan Ramadan untuk fokus memperbanyak membaca Al-Qur’an. Imam Malik meliburkan majlis hadisnya untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, dan beberapa ulama lainnya. Hal itu disebabkan karena banyaknya pahala yang Allah berikan bagi pembaca Al-Qur’an di bulan Ramadan. Allah jadikan Al-Qur’an turun dalam bulan Ramadan, sehingga membaca Al-Qur’an merupakan kesibukan terbaik yang dapat dilakukan di bulan Ramadan.
Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia seperti QS Al-Baqarah: 185
شَهۡرُ رَمَضَانَ الَّذِىۡٓ اُنۡزِلَ فِيۡهِ الۡقُرۡاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَ بَيِّنٰتٍ مِّنَ الۡهُدٰى وَالۡفُرۡقَانِۚ فَمَنۡ شَهِدَ مِنۡكُمُ الشَّهۡرَ فَلۡيَـصُمۡهُ ؕ وَمَنۡ کَانَ مَرِيۡضًا اَوۡ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنۡ اَيَّامٍ اُخَرَؕ يُرِيۡدُ اللّٰهُ بِکُمُ الۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيۡدُ بِکُمُ الۡعُسۡرَ وَلِتُکۡمِلُوا الۡعِدَّةَ وَلِتُکَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰٮكُمۡ وَلَعَلَّکُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ ١٨٥
Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Alquran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu mendapati bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.
Sehingga semakin banyak membaca Al-Qur’an, maka akan semakin banyak petunjuk yang didapatkan. Allah jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman manusia, sehingga Al-Qur’an adalah sebaik-baik sahabat untuk mencari ridho Allah terutama di bulan Ramadan. Imam Syathibi mengatakan,
وَخَيْرُ جَلِيْسٍ لَا يُمَلُّ حَدِيثُهُ # وَيَرْدَادُهُ يَزْدَادُ فِيْهِ تَجَمَلا
“(Al-Qur’an) adalah sebaik-baik teman duduk yang berbicara dengannya tidak menjadikan bosan, dan mengulang-ngulangnya justru menambah keindahannya”
Jadi, jika seseorang bosan membaca Al-Qur’an, apalagi di bulan Ramadan yang penuh berkah dan berlipat pahala, maka ingatlah perbuatan apa saja yang telah diperbuat, sehingga menjadikan penghalang antara dirinya dengan keindahan Al-Qur’an. kemudian bertobatlah. Ini adalah pesan dan nasehat penulis untuk dirinya sendiri khususnya, dan untuk pembaca secara umum.
Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)
