Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Al-Qassam Siarkan Rekaman Tel Aviv yang Dibom Rudal M90, Pancingan Agar Tentara IDF Masuk Jebakan? – Halaman all

Al-Qassam Siarkan Rekaman Tel Aviv yang Dibom Rudal M90, Pancingan Agar Tentara IDF Masuk Jebakan? – Halaman all

Al-Qassam Siarkan Rekaman Tel Aviv yang Dibom Rudal M90, Pancingan Agar IDF Masuk Jebakan?
 

TRIBUNNEWS.COM – Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, pada Kamis (20/3/2025) menyiarkan rekaman serangan rudal yang menargetkan wilayah Tel Aviv.

Serangan rudal Al-Qassam ini dilakukan tiga hari setelah militer Israel (IDF) melanjutkan perangnya di Jalur Gaza pada 18 Maret 2025.

 Dalam video yang dipublikasikan, Al-Qassam mengatakan, “Pengeboman Tel Aviv terjadi sebagai respons terhadap pembantaian pendudukan terhadap warga sipil.”

Rekaman itu menunjukkan momen peluncuran roket Qassam ke arah Tel Aviv, di mana area tempat peluncuran rudal tersebut disamarkan demi alasan keamanan.

Sebelumnya pada hari Kamis, Brigade Qassam mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau mereka telah membombardir kota Tel Aviv, jauh di dalam wilayah pendudukan, dengan rentetan roket M90, sebagai tanggapan atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil.

“Ini adalah tanggapan pertama semacam ini yang dilakukan oleh Brigade Qassam sejak Israel melanjutkan perang di Jalur Gaza, menyusul pengingkaran terhadap gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang ditengahi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat pada Januari lalu,” tulis laporan Khaberni, Jumat (21/3/2025).

Terakhir kali Brigade Qassam menargetkan Tel Aviv dengan roket adalah selama peringatan pertama Operasi “Breaking Dawn” pada 7 Oktober 2024.

Israel mengumumkan dimulainya kembali operasi militernya di Gaza dengan dalih menekan Hamas agar memberikan konsesi terkait masalah sandera yang ditahan di Gaza.

Runtuhnya gencatan senjata ini ditandai dengan pemboman Gaza lewat udara, setelah pemerintahan Benjamin Netanyahu menolak untuk pindah ke tahap kedua perjanjian gencatan senjata.

Kementerian Kesehatan di Gaza mengumumkan pada Kamis kalau 710 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 900 orang terluka sejak fajar Selasa lalu, setelah Israel melanjutkan perangnya di Jalur Gaza.

Dari Oktober 2023 hingga perjanjian mulai berlaku, Israel melakukan agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk invasi darat ke Jalur Gaza yang terkepung dan hancur.

ROKET AL QASSAM – Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam mulai menunjukkan taringnya usai Israel ngeyel terus serang Gaza. Al-Qassam serang Tel Aviv pakai roket. (Tangkap layar Palestine Chronicle) ((Tangkap layar Palestine Chronicle))

Pancingan Bagi IDF Agar Masuk Jebakan?

Selain sebagai respons atas dimulainya lagi agresi militer Israel, serangan rentetan rudal M90 itu secara strategis dinilai sebagai upaya memancing pasukan darat IDF ke dalam jebakan di Jalur Gaza yang sudah disiapkan.

Serangan roket itu menunjukkan kalau Hamas, lewat Al-Qassam masih memiliki kekuatan tempur yang bisa menghancurkan entitas zionis.

Perlu digarisbawahi, pemberangusan Hamas dan tiap lini organisasinya, menjadi target utama dimulai kembalinya operasi militer IDF, selain tentunya pembebasan sandera Israel yang ada di Gaza.

Demi tujuan itu, IDF sudah menyatakan telah memperluas operasi militer mereka ke berbagai bagian di wilayah Gaza, mulai dari Beit Lahia di Gaza Utara hingga Rafah di Gaza Selatan.

Masalahnya, Hamas disebut sedang menyiapkan jebakan maut di Jalur Gaza untuk Pasukan Pertahanan Israel (IDF) jika tentara Israel kembali beroperasi.

Avi Ashkenazi, seorang pakar militer dan jurnalis kenamaan Israel, mengklaim Hamas kini memanfaatkan momen gencatan senjata untuk memantau pasukan di Gaza.

“Pertanyaannya bukan kapan mereka (Hamas) akan mencoba menculik tentara Israel, tetapi kapan hal itu akan terjadi,” kata Ashkenazi dalam tulisannya di Maariv hari Rabu, (19/2/2025) lalu jelang dimulainya operasi militer IDF ini.

“Menurut bukti yang didapatkan beberapa hari belakangan, Hamas mulai memulihkan kemampuannya yang terkait dengan terowongan.”

Ashkenazi mengatakan IDF mengetahui personel Hamas yang melakukan penggalian di dekat garis perbatasan.

“Diperkirakan bahwa beberapa penggalian itu ditujukan untuk menanam bom yang menargetkan IDF jika IDF beroperasi kembali.”

Menurut pakar itu, Hamas juga diduga berupaya memulihkan terowongan yang rusak atau menggali terowongan baru.

Meski demikian, hal yang membuat IDF khawatir adalah upaya Hamas mendapatkan data intelijen, mirip seperti yang terjadi sebelum tanggal 7 Oktober 2023 ketika perang meletus.

ANGGOTA BRIGADE AL-QASSAM – Foto ini diambil pada Minggu (9/2/2025) dari publikasi resmi Brigade Al-Qassam (sayap militer Hamas) pada Sabtu (8/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam berjabat tangan sebelum menyerahkan berkas kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC) selama pertukaran tahanan ke-5 pada Sabtu (8/2/2025) sebagai bagian dari implementasi perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas di Jalur Gaza, dengan imbalan 183 tahanan Palestina. (Telegram Brigade Al-Qassam)

“Menurut kesaksian tentara cadangan, Hamas mengirim personelnya tanpa senjata, menaiki keledai atau sepeda, beberapa puluh meter dari posisi atau tempat IDF beroperasi di garis perbatasan,” ujarnya.

Para anggota Hamas itu berdiri dan mengamati IDF selama berjam-jam. Mereka menyelidiki rutinitas pasukan Israel dan berupaya mencari titik lemah IDF.

“Kebijakan Israel, karena perjanjian gencatan senjata, ialah tidak bertindak terhadap anggota Hamas sepanjang mereka tidak melewati garis perbatasan.”

Menurut Ashkenazi, kesaksian tentara Israel juga menunjukkan bahwa anggota Hamas yang bersenjata biasanya berada beberapa puluh meter dari anggota Hamas yang sedang mengintai.

Tentara Israel hanya diizinkan melepaskan tembakan jika anggota Hamas mendekati garis perbatasan.

Menurut tentara Israel, kemampuan IDF untuk mencegah kedatangan Hamas kini tergerus. Tentara Israel juga mengklaim kebijakan untuk menahan penembakan itu membahayakan pasukan.

Hamas tidak tertekan

Hamas kini disebut sedang tidak dalam kondisi tertekan setelah kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

Zvi Yehezkeli, seorang pengamat dan jurnalis Israel, mengaku tidak melihat tanda-tanda bahwa Hamas sedang didera kesulitan.

Yehezkeli mengatakan Hamas menginginkan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel dilanjutkan.

“Hamas ingin mengulur waktu. Hamas ingin gencatan senjata diteruskan,” katanya, Minggu malam, (23/2/2025), dikutip dari Maariv.

Dia lalu menyinggung rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengambil alih Jalur Gaza dan memindahkan paksa warga Palestina ke luar negeri.

“Hamas memandang ke depan. Hamas ingin menghancurkan rencana Trump, jadi Hamas menginginkan [gencatan senjata] tahap kedua atau tahap pertama yang diperpanjang.”

“Hamas tidak dalam tekanan karena ingin mengulur waktu. Dari sudut pandangnya, waktu yang berjalan saat ini bukanlah waktu yang berdampak terhadap Hamas, melainkan Israel.”

Dia mengklaim AS, Qatar, dan Mesir yang menjadi juru penengah perundingan Israel-Hamas bakal mendapatkan cara untuk melanjutkan tahap pertama atau ketiga negara itu akan membahas tahap kedua.

Yehezkeli memperkirakan tahap pertama akan berlanjut dengan sejumlah mekanisme.

(oln/khbrn/*)

 

 

Merangkum Semua Peristiwa