Sampang (beritajatim.com) – Ratusan aktivis perempuan dari berbagai organisasi menggelar aksi demonstrasi di depan kantor Polres Sampang, Rabu (24/9/2025). Mereka menuntut kepolisian agar serius menangani kasus dugaan pencabulan terhadap anak di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang.
Dalam orasinya, demonstran menuding Polres Sampang tidak menunjukkan keseriusan dalam menindaklanjuti laporan warga. Mereka juga menilai aparat cenderung lamban dalam menangani kasus kekerasan seksual.
“Jika dalam waktu dekat tidak ada progres nyata, kami akan datang lagi dengan massa yang lebih besar,” tegas Juhairiyah, salah satu orator aksi.
Pendemo mencurigai adanya permainan internal di tubuh kepolisian yang membuat kasus jalan di tempat. Mereka menilai aparat baru bertindak ketika kasus sudah viral di media sosial. “Lebih dari dua bulan kasus ini seperti jalan di tempat. Kami khawatir ada permainan,” ujarnya.
Kekecewaan juga diungkapkan Mistiyah (55), nenek dari salah satu korban pencabulan. Ia merasa kehilangan kepercayaan terhadap penanganan kasus yang menimpa cucunya. “Selama dua bulan ini tidak ada kabar apa-apa. Saya minta tolong kepada Pak Polisi, tangkap pelaku yang sudah berbuat tidak senonoh terhadap cucu saya,” pintanya.
Menanggapi aksi massa, Kapolres Sampang AKBP Hartono membantah anggapan bahwa pihaknya tidak serius menangani kasus kekerasan seksual terhadap anak. Ia menegaskan semua laporan tetap dipantau dan ditangani sesuai prosedur.
Namun, Hartono mengakui ada kendala teknis dalam proses penyelidikan, salah satunya laporan yang sering baru masuk setelah kasus viral sehingga pelaku keburu melarikan diri.
“Kalau memang ada anggota yang bermain-main atau menghalangi penanganan kasus, silakan dilaporkan. Saya pastikan akan ditindak. Tidak ada yang akan saya lindungi,” tandasnya. [sar/beq]
