Jakarta, Beritasatu.com – Akademisi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Jakarta Muhammad Abdullah Darraz mengatakan, generasi muda harus menjadi pionir dalam melawan ujaran kebencian dan diskriminasi.
Menurut Abdullah Darraz, generasi muda harus proaktif membangun komunikasi terhadap kelompok masyarakat yang rentan mendapatkan perlakuan intoleransi.
Dengan demikian, lanjutnya, kesetaraan hak sebagai sesama warga negara Indonesia bisa terjamin.
Menurut Abdullah, penting bagi pemuda-pemudi Indonesia untuk membangun gerakan sosial yang bertujuan melawan intoleransi dan mempromosikan toleransi.
“Generasi muda dapat menggunakan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan toleransi dan mengajak orang lain untuk bergabung,” kata Abdullah Darraz dikutip dari Antara, Sabtu (2/11/2024).
Abdullah Darraz berpendapat, peringatan Hari Sumpah Pemuda mengajarkan bangsa Indonesia untuk bersungguh-sungguh dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.
Indonesia, lanjut dia, saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, seperti terorisme, radikalisme, fragmentasi, dan konflik horizontal.
Darraz menyatakan, Sumpah Pemuda telah menegaskan prinsip keutuhan dalam perbedaan. Perbedaan tidak sepatutnya menjadi alasan dan penyebab bangsa Indonesia tidak bisa maju dan jaya.
Menurut Abdullah Darraz, dapat dipahami jika para pemuda dan pemudi yang mengikrarkan diri saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 berasal dari latar belakang suku, agama, dan ras yang beragam dan berbeda.
“Oleh karena itu, Sumpah Pemuda dianggap sebagai penegasan bahwa perbedaan yang ada bukanlah penghalang untuk bersatu dan membangun bangsa,” kata Abdullah Darraz.
Menurutnya, di dalam Sumpah Pemuda terkandung nilai-nilai demokrasi dan keadilan. Dalam kondisi apa pun, para pemuda dan pemudi Indonesia perlu terus memperjuangkan demokrasi yang adil dan bermartabat.
Menurut dia, generasi muda perlu mempromosikan dialog dan toleransi. Dengan segala keragaman Indonesia, generasi muda harus dapat membangun komunikasi yang sehat, dan bahkan dapat berperan aktif sebagai jembatan penghubung antar kelompok dengan perbedaan keyakinan, budaya, atau latar belakang.