Liputan6.com, Jakarta – Usulan pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta atau giant sea wall telah bergulir sejak lama. Namun, pemerintah belum menjadikan pembangunannya sebagai opsi utama sebagai tembok penghalau banjir Jakarta.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, pesisir utara Jakarta saat ini sudah memiliki sejumlah tanggul pantai setinggi 4,8 meter.
Tanggul pantai ini berfungsi sebagai tembok pengaman banjir Jakarta, imbas penurunan tanah (land subsidence) yang terus terjadi akibat pemakaian air tanah oleh warga ibu kota.
“Menurunnya permukaan tanah ini kan terus berjalan. Diprediksi tanggul (pantai) ini bisa (beroperasi) sampai dengan 2033. Beyond atau lebih dari tahun 2033 kita harus berpikir juga,” ujar AHY di Tanggul Pantai Kalibaru, Jakarta, dikutip Selasa (5/11/2024).
Sebagai rencana jangka panjang, AHY membuka opsi pembangunan tanggul laut raksasa di lepas pantai Jakarta. Namun itu masih jadi opsi yang perlu dipelajari secara lebih seksama.
“Apakah perlu tanggul yang lebih besar lagi? Sering dikatakan sebagai giant sea wall itu. Nah, ini kita akan pelajari lebih dalam lagi. Yang jelas tujuan utamanya sekali lagi adalah menyelamatkan masyarakat kita dari bahaya banjir dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang,” ungkapnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Bob Arthur Lombogia menerangkan, pemerintah saat ini masih berfokus pada fase A pembangunan proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Mencakup pemenuhan kebutuhan air bersih di luar air tanah, pengolahan air limbah Jakarta atau Jakarta Sewerage System, hingga mengendalikan banjir dari sisi hulu melalui Bendungan Ciawi dan Sukamahi, dan sisi hilir berupa tanggul pantai.
“Ini tahap A namanya. Nanti untuk yang di depan laut sana, itu tahap B. Itu yang orang namakan giant sea wall,” terang Bob.