Ahmad Munjid Bacakan Puisi ‘Di Negeri Ketakutan’ saat Aksi Kampus Menggugat

13 March 2024, 5:51

Civitas academica UGM berkumpul di Balairung UGM, Selasa (12/3), melalui gerakan moral Kampus Menggugat mereka mengajak akademisi dan masyarakat sipil bersama-sama mengembalikan etika dan konsitusi yang terkoyak. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparanGerakan “Kampus Menggugat” yang dilakukan guru besar atau profesor, dosen, alumni, hingga mahasiswa di di Balairung Universitas Gadjah Mada (UGM), Bulaksumur, Sleman, DIY, tidak hanya berisi penyampaian pernyataan sikap. Tapi juga ada pembacaan puisi yang disampaikan Ahmad Munjid, dosen dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM.Puisi itu diberi judul “Di Negeri Ketakutan”. Isinya mengkritik kondisi politik yang terjadi di Indonesia.Sementara pernyataan sikap “Kampus Menggugat: Tegakkan Etika dan Konstitusi, Perkuat Demokrasi” dibacakan Prof. Wahyudi Kumorotomo dari Fisipol UGM dan Prof. Budi Setiyadi Daryono dari Fakultas Biologi UGM.”Pernyataan hari ini betul merupakan peristiwa sakral karena berada di Balairung,” kata Prof Wahyudi, Selasa (12/3). Kemudian diikuti pembacaan sikap.Pantauan di lokasi, turut hadir sejumlah tokoh seperti Guru Besar Psikologi UGM Prof Koentjoro, Warek UGM Arie Sujito, Rektor UII Prof Fathul Wahid, Prof Sigit Riyanto dari Fakultas Hukum UGM, dosen Fakultas Hukum UGM Zainal Arifin Mochtar hingga Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas.Selain itu juga hadir alumni dari berbagai universitas dan elemen masyarakat untuk bersama-sama mengembalikan etika dan konstitusi yang terkoyak selama lima tahun terakhir.Berikut isi puisi “Di Negeri Ketakutan” yang dibacakan Ahmad Munjid:Di Negeri KetakutanAchmad Munjid, Fakultas Ilmu Budaya UGMBagai lembaga penjara, di negeri ketakutanPendidikan dikelola sebagai industri ketakutanDengan birokrasi serba curiga, penuh ketakutanDikontrol pejabat yang dihantui ribuan ketakutanSekolah-sekolah mendikte buku teks ketakutanMurid-murid gemetar mengeja huruf ketakutanPendidikan dibayangi rasa takut macam-macamTakut ketinggalan teknologi, ketinggalan informasiTakut tercemari ideologi, takut kehilangan jati diriTakut dianggap tak beriman, takut iman berlebihanGuru takut pada pertanyaanSiswa takut belajar kenyataanOrang-orang takut perdebatan, takut perbedaanSekolah dan universitas sibuk indoktrinasiPikiran siswa dan mahasiswa dibuat seragamMenurut sistem yang menolak dipertanyakanLembaga pendidikan suntuk administrasiTerperangkap borang-borang serba dekorasiJargon dan slogan-slogan tanpa substansiAlpa ajaran guru bangsa Ki Hajar DewantaraTak peduli tanggung jawab utama Pendidikan:Mengasuh watak, merdeka bernalar, terampil berkaryaAgar setiap anak tumbuh wajar menjadi manusiaPaham diri sendiri, bijaksana, mandiri di tengah duniaSerupa kisah Menara Babel, tragedi kutukanDi negeri ketakutan, akibat pendidikan ketakutanOrang-orang tak lagi paham bahasa kebenaranPolitik dikelola buat menaklukkan kebenaranHukum dibuat untuk menyiasati kebenaranBirokrasi adalah prosedur meringkus kebenaranPengetahuan dipelajari demi mengakali kebenaranAgama digunakan untuk menggelorakan ketakutanPara pemuda disihir jinak jadi domba-dombaBuat mangsa kawanan licik serigala penguasaDi negeri ketakutan, semua takutPara hakim takut keadilanAnggota parlemen takut konstituenAkademisi takut berpikir merdekaWartawan takut menulis faktaPenyair takut pada kata-kataSeniman takut pada imajinasinyaPara komika takut tertawaPara rohaniawan takut berdoaPara oligark takut orang lain tahuBagaimana harta mereka ditimbunMereka membeli peraturan dan kursi kekuasaanJuga pendongeng, tukang sulap dan juru gendamPara penguasa takut bagaimana setan kekuasaanKelak datang menuntut tebusan di akhir jabatanMereka pun bertahan dengan segala caraDengan biaya apa saja, termasuk hukum dan etikaLalu mewariskan ketakutan pada sanak keluargaDi negeri ketakutanPenguasa amat takut mendengar suaraIa kunci segenap pintu dan jendelaIa tutup segala lubang, semua telingaTapi siapa tak dengar suara akal dan nurani?Seperti air dan udara ia selalu punya caraMenyelinap lewat celah apa sajaTelinga lahir bisa disumpalTapi telinga batin tetap mendengarTekanan justru mendorong arus kian besarBisik samar kini menjelma gemuruh menggelegarDari mimbar-mimbar universitas, masjid, gerejaDari social media, dari lembaran beritaDari obrolan kafe, dari pernyataan resmi lembagaBangkit kesadaran, bahwa ketakutan hanya kalahOleh gelombang lebih besar gulungan ketakutanAtau oleh suara akal, nurani dan kebersamaanWahai, para mahasiswa universitas ketakutanPara dosen yang takut terhambat naik jabatanLulusan yang takut tak mendapat pekerjaanKelas bawah yang takut intimidasi kaum juraganKelas menengah yang takut kehilangan kesempatanUmat yang takut dosa rekaan agamawanAgamawan yang takut jauh dari kekuasaanGunakan akal, ikuti nurani kalianMari bangkit bersama, lihat cahayaMari berdiri, kita erat bergandengan tanganHentikan kesewenangan mengangkangi kebenaranHentikan arogansi anjing-anjing rakus penguasaSemena menginjaki konstitusi, moralitas bangsaHentikan penculik akal sehat dan nuraniJangan biarkan perampok keadilan bebas menariDi atas nestapa nasib buruh, nelayan dan petaniJangan biarkan kebohongan memutarbalik sejarahKita junjung tinggi amanat para pendiri RepublikBebaskan warga dari kerangkeng ketakutanBiarkan para akademisi berpikir merdekaJangan biarkan generasi muda dikebiriSingkirkan pengkhianat proklamasi dan reformasiPekik demokrasi tak bisa dibungkamMarsinah, Munir, para korban penculikan aktifis 98Mereka telah gugur sebagai pahlawanDi negeri ketakutanNyawa penyair Wiji Thukul bisa direnggut paksaTapi jiwa-jiwa merdeka abadi dalam puisiSemangat Wiji-Wiji Thukul tak bisa dihabisiHanya ada satu kata: lawan!Bagi para pelanggar konstitusiHanya ada satu kata: lawan!Bagi para pengkhianat janji reformasiHanya ada satu kata: lawan!Bagi para pengingkar cita-cita proklamasiHanya ada satu kata: lawan!Bulaksumur, 12 Maret 2024

Partai

Institusi

K / L

BUMN

NGO

Organisasi

Perusahaan

Kab/Kota

Provinsi

Negara

Topik

Kasus

Agama

Brand

Club Sports

Event

Grup Musik

Hewan

Tanaman

Produk

Statement

Fasum

Transportasi