Menag Panggil Kakanwil Jika Lembaga Pendidikannya Tak Ada Cek Kesehatan Gratis
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar bakal memanggil Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) jika ditemukan adanya
sekolah keagamaan
yang tidak mengikuti pelaksanaan
Cek Kesehatan Gratis
(CKG) yang dimulai hari ini, Senin (4/8/2025) ini.
“Kalau nanti saya tahu ada sekolah yang tidak mendapatkan pemeriksaan, saya akan panggil para Kepala Kanwil dan Kakankemenag-nya,” kata Nasaruddin Umar saat meninjau pelaksanaan CKG di Pondok Pesantren Asshidiqiyah, Jakarta Barat, Senin (4/8/2025).
Nasaruddin memperingatkan Kakanwil agar tidak ada satu pun anak-anak di madrasah, pesantren, dan lembaga pendidikan agama lainnya yang terlewat dari program ini.
Tidak membedakan sekolah agama apapun, Nasaruddin menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan pengawasan program CKG di tiap sekolah keagamaan.
“Siapa pun lembaga pendidikan agama dan keagamaan yang tidak memberikan perhatian penuh, nanti kami akan berikan semacam perhatian khusus,” tegasnya.
Nasaruddin mengatakan, dirinya telah menginstruksikan setiap Kantor Wilayah (Kanwil) dan Departemen Agama (Depag) untuk melaksanakan ini sebaik mungkin.
“Kalau nanti saya tahu ada di antara sekolah, anak didik kita tidak mendapatkan pemeriksaan, itu bukan salahnya anak, tapi salahnya kepala Kanwil dan Depag-nya,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa
cek kesehatan gratis
ini dilakukan di seluruh lembaga pendidikan keagamaan tanpa ada pembeda antar agama apapun.
“Tidak boleh kami meninggalkan satu orang pun di antra anak-anak bangsa Indonesia,” ucap Menag sekaligus Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.
Sebagai informasi, tercatat ada 12.548.995 peserta didik binaan Kementerian Agama (Kemenag) yang akan mendapatkan layanan kesehatan gratis.
Rinciannya, 9.179.847 siswa Madrasah (MI, MTs, MA); 3.339.536
santri
pondok pesantren; 18.090 siswa pendidikan Kristen; 7.032 siswa pendidikan Katolik; 3.421 siswa pendidikan Hindu (Widyalaya); 1.069 siswa pendidikan Buddha (Dhammasekha Formal).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
agama: Hindu
-
/data/photo/2025/08/04/6890264752159.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Menag Panggil Kakanwil Jika Lembaga Pendidikannya Tak Ada Cek Kesehatan Gratis
-
/data/photo/2024/02/13/65cb56b01ed51.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemerintah Targetkan 629.000 Guru Agama Tersertifikasi di 2027 Nasional 4 Agustus 2025
Pemerintah Targetkan 629.000 Guru Agama Tersertifikasi di 2027
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pemerintah melalui Kementerian Agama (
Kemenag
) menargetkan 629.000
guru agama
di seluruh Indonesia sudah tersertifikasi pada 2027.
Saat memberikan pembinaan di MTsN 2 Sidoarjo, Wakil Menteri Agama (Wamenag)
Muhammad Syafii
menuturkan, 629.000 guru tersebut terdiri dari guru agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
“Insya Allah di Kementerian Agama kita sudah skemakan,
PPG
(Pendidikan Profesi Guru) ini berakhir 2026. Dari 629.000 guru agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, separuhnya tahun ini PPG. Separuhnya lagi nanti 2026,” ujar Syafii, dalam keterangannya, Senin (4/8/2025).
PPG adalah program pendidikan lanjutan yang dirancang bagi calon guru atau guru yang sudah mengajar untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik.
Program ini memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional yang diperlukan untuk menjadi guru yang kompeten serta mempengaruhi besaran pendapatan guru melalui skema tunjangan.
Syafii mengatakan, guru yang mengikuti PPG pada 2025 akan tersertifikasi pada 2026.
Sementara yang mengikuti PPG pada 2026 akan tersertifikasi di tahun 2027.
“Berarti yang 2025 PPG, kan sertifikasi 2026. Masuk APBN dulu kan gajinya. Lalu yang 2026 PPG, 2027 sertifikasi,” kata dia.
Syafii menuturkan, tidak boleh ada lagi guru agama di Indonesia yang menerima gaji di bawah Rp 2 juta pada 2027.
Kebijakan ini berlaku untuk guru di sekolah negeri maupun swasta, dan mencakup seluruh agama.
“2027 enggak ada lagi gaji guru agama negeri ataupun swasta, guru agama apa pun itu yang boleh di bawah dua juta rupiah. Kalau masih ada, yang salah kepala sekolah sama kepala kantor Kemenag. Akan kita ganti kepala kantor Kemenagnya,” ujar dia.
Karena itu, Syafii meminta kepala kantor Kementerian Agama di daerah untuk segera melakukan pendataan menyeluruh terhadap seluruh guru yang belum masuk ke dalam skema PPG.
“Jadi, kepala kantor Kemenag harus mendata semua guru yang ada di sini. Semuanya harus terdaftar untuk ikut PPG. Tahun ini masih angkatan kedua,” imbuh dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Ini harapan Ponpes Assiddiqiyah Jakarta terkait CKG
Jakarta (ANTARA) – Pondok Pesantren (Ponpes) Assiddiqiyah Jakarta di Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat berharap agar Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah tersebut dilaksanakan sampai tuntas.
“Harapan ke depan program ini bukan cuma formalitas atau untuk direkam media gitu. Saya sangat amat berharap itu wujud nyata yang peduli benar-benar dengan santri. Kayak hari ini, jadi terasa juga di hati para santri,” ungkap Pengurus Bagian Unit Kesehatan Sekolah (UKS) Putri di Ponpes Assiddiqiyah Mumlatul Hidayah (23) di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, pemeriksaan kesehatan para santri pernah dilakukan pada awal 2025 dan kini dilakukan kembali dalam kerangka program CKG, dengan total sekitar 100 lebih peserta.
“Ini dilakukan berkala dengan jumlah santri di sini 830. Ini kloter pertama, ada lagi kloter selanjutnya sampai ke delapan kali. Harapannya berjalan sampai tuntas,” lanjut Mumlatul.
Lebih lanjut, kata Mumlatul, program CKG ini menunjukkan adanya perbaikan kondisi kesehatan para santri.
Sebelumnya, beberapa santri terindikasi mengalami anemia atau HB yang rendah. Namun kali ini, hasil pemeriksaan menunjukkan para santri berada dalam kondisi yang lebih sehat dan bugar.
“Alhamdulillah pemeriksaan kali ini baik. Karena pemeriksaan sebelumnya itu sempat beberapa santri idnikasi gejala anemia, HB-nya rendah. Tadi pun tanggapan dari Kemenkes, “oh iya sekarang udah baik ya Mbak?” Udah pada bugar gitu, kelihatan lebih segar. Berarti ada perbaikan dari yang sebelumnya,” katanya.
Kendati pun demikian, sejumlah penyakit biasanya dialami oleh para santri baru.
“Iya itu musiman. Rata-rata yang gatal itu santri baru, karena adaptasi ke air. Kalau yang lain itu yang gatal-gatal itu jarang. Kayak biang keringat aja,” kata dia.
Selain itu, sakit mata juga kerap menyebar lantaran beberapa kebiasaan para santri yang salah.
“Kalau yang lain, sakit biasanya musiman, sakit mata, pasti beberapa ada. Tapi pasti kami cegah, kami kasih edukasi, kalau sakit mata itu jangan dikucek, jangan disentuh kecuali pakai tisu. Anak-anak kadang bandel, kayak megang mata, terus nanti megang alat makan, dia pegang temannya. Jadi nyebar,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Nasaruddin Umar meminta jajaran, baik tingkat pusat maupun kantor wilayah di seluruh provinsi, mengawal kesuksesan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di sekolah keagamaan.
“Kepada seluruh kepala kanwil se-Indonesia, kalau nanti saya tahu ada di antara sekolah yang tidak mendapatkan pemeriksaan, nanti akan saya panggil para kepala kanwil dan kankemenag-nya,” kata Menteri Agagam Nasaruddin.
Ia menjelaskan pelaksanaan CKG akan menjadi kesempatan penting dalam mendukung Visi Indonesia Emas 2045, khususnya mencetak generasi yang sehat, cerdas dan berdaya saing.
Ia menjelaskan pelaksanaan CKG menyasar madrasah, pesantren, satuan pendidikan keagamaan Kristen, Katolik, Hindu (Widyalaya) dan Buddha (Dhammasekha).
Langkah ini, ujar dia, memperkuat komitmen dan dukungan Kementerian Agama dalam memberikan pelayanan inklusif lintas iman.
Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5291100/original/079486400_1753166995-WhatsApp_Image_2025-07-22_at_13.15.30.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ratusan Guru Sekolah Rakyat Mengundurkan Diri, Apa Dampaknya?
Langkah antisipatif dilakukan Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17 Tabanan Bali, untuk menambal kurangnya tenaga pendidik alias guru Sekolah Rakyat, karena ada yang mengundurkan diri.
Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17 Tabanan I Putu Jaya Negara di Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, Senin (4/8/2025) mengatakan, kebutuhan guru disekolahnya berjumlah 15 orang, namun ada yang mengundurkan diri sehingga kekurangan.
“Seharusnya 15 orang guru tapi ada yang mundur atau tidak mendaftar ulang,” katanya.
Sekolah yang setara SMP itu merupakan sekolah rakyat satu-satunya saat ini ada di Pulau Dewata yang berada di Sentra Mahatmiya Bali yang dikelola oleh Kementerian Sosial.
Saat ini pihaknya kekurangan tiga guru masing-masing untuk mata pelajaran agama Hindu, Katolik dan Bimbingan Konseling (BK).
Pihaknya telah berkonsultasi dengan Kementerian Sosial dan Kementerian Agama untuk formasi tiga guru tersebut.
Saat ini, sekolah tersebut dilengkapi 12 orang guru serta satu orang kepala sekolah dan dibantu dua orang wali asrama dan delapan orang wali asuh.
Selain membutuhkan tambahan tenaga pendidik, pihaknya juga belum memiliki petugas kebersihan yang idealnya membutuhkan dua orang serta kekurangan juru masak yang saat ini baru ada satu orang atau masih kurang tiga orang.
Sekolah Rakyat Menengah Pertama 17 Tabanan memiliki 75 orang siswa dan siswi yang berasal dari keluarga tidak mampu di Bali, yang terbagi dalam tiga kelas.
Mereka terdiri atas 36 perempuan dan laki-laki 39 orang, masing-masing dari Kabupaten Tabanan ada 61 orang, Kabupaten Buleleng (7), Denpasar (4), dan Kabupaten Badung (3) orang.
Peserta didik tersebut tinggal di asrama dalam kawasan itu selama menempuh pendidikan.
Saat ini, para pelajar tersebut telah melewati masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada 14 Juli 2025 dan saat ini sudah memasuki kurikulum persiapan yang dijadwalkan berlangsung selama dua bulan.
Beberapa materi yang diajarkan pada masa persiapan itu di antaranya pendidikan karakter, kedisiplinan hingga materi terkait kewirausahaan.
Setelah persiapan, pelajar tersebut akan memasuki belajar dengan kurikulum nasional yang diperkirakan pada Oktober 2025.
-
/data/photo/2025/08/04/6890264752159.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
CKG di Seluruh Sekolah Keagamaan, Menag: Tidak Ada Pembeda Agama Apapun Nasional 4 Agustus 2025
CKG di Seluruh Sekolah Keagamaan, Menag: Tidak Ada Pembeda Agama Apapun
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
–
Menteri Agama
(Menag) RI,
Nasaruddin Umar
menegaskan bahwa
cek kesehatan gratis
dilakukan di seluruh lembaga pendidikan keagamaan tanpa ada pembeda antar agama apapun.
Nasaruddin menyampaikan, Kementerian Agama (Kemenag) menaungi total 12.542.995 siswa binaan di
sekolah keagamaan
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
“Semua, tidak ada pembedaan agama apapun. Totalnya ada 12.542.995 siswa binaan Kementerian Agama dari Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu.
Cek kesehatan gratis
ini bagi siswa sejalan dengan ajaran setiap agama,” jelas Nasaruddin di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Jakarta Barat, Senin (4/8/2025).
Di sekolah keagamaan Kristen, kata Menag, jenjang TK-Sekolah Dasar Teologi Kristen memiliki 4.838 siswa, Sekolah Menengah Pertama Teologi Kristen ada 4.349, dan Sekolah Menengah Teologi Kristen ada 5.667 siswa.
“Tidak boleh kami meninggalkan satu orang pun di antara anak-anak bangsa Indonesia,” ucapnya.
Nasaruddin menuturkan, setiap Direktur Jenderal Agama di Kemenag melakukan tugas untuk meninjau pelaksanaan cek kesehatan gratis di setiap sekolah masing-masing.
“Jadi ini serentak, semuanya sekolah-sekolah agama Islam, sekolah agama Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Khonghucu, semua serentak, setiap Dirjen Agama lain juga sudah meluncur,” ucapnya.
Nasaruddin menambahkan, instruksi pelaksanaan
CKG
ini telah ia sampaikan kepada setiap Kantor Wilayah (Kanwil) dan Departemen Agama (Depag).
“Kalau nanti saya tahu ada di antara sekolah, anak didik kita tidak mendapatkan pemeriksaan, itu bukan salahnya anak, tapi salahnya kepala Kanwil dan Depag-nya,” jelas Menag.
Ia berharap, CKG di lingkungan sekolah keagamaan menjadi contoh yang baik untuk pelaksanaan program ini.
“Saya ingin Kementerian Agama menjadi contoh yang terbaik untuk pelaksanaan ini,” tutur dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Burung yang Menjadi Lambang Kantor Pos Indonesia: Simbol Kekuatan dan Kepercayaan
YOGYAKARTA – Kantor Pos Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai penyedia layanan komunikasi dan pengiriman surat di seluruh penjuru negeri. Salah satu elemen yang sangat khas dan dikenal dalam logo Kantor Pos Indonesia adalah burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia.
Burung ini bukan hanya sekadar simbol, tetapi juga mencerminkan filosofi, kekuatan, dan dedikasi layanan Kantor Pos Indonesia kepada masyarakat. Artikel ini akan mengulas lebih dalam tentang burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia, serta makna dan pentingnya simbol tersebut.
Logo Kantor Pos Indonesia (Gambar Pos Indonesia)
Sejarah Burung yang Menjadi Lambang Kantor Pos Indonesia
Pada awal berdirinya, Kantor Pos Indonesia menggunakan lambang yang lebih sederhana. Namun, seiring berjalannya waktu, lambang Kantor Pos Indonesia mengalami perubahan, salah satunya dengan penambahan simbol burung. Burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia dikenal dengan nama burung Garuda, yang menjadi simbol negara Indonesia sejak kemerdekaannya pada tahun 1945.
Garuda, dalam konteks ini, bukan hanya mewakili lambang negara, tetapi juga dipilih sebagai simbol Kantor Pos Indonesia karena memiliki makna yang mendalam. Garuda menggambarkan kekuatan, kecepatan, dan keandalan—nilai-nilai yang sangat penting bagi Kantor Pos Indonesia sebagai penyedia layanan komunikasi dan logistik.
Makna Filosofis dari Burung yang Menjadi Lambang Kantor Pos Indonesia
Pemilihan burung Garuda sebagai lambang Kantor Pos Indonesia bukanlah tanpa alasan. Burung Garuda dikenal sebagai simbol kekuatan dan kejayaan. Dalam mitologi Hindu, Garuda adalah burung raksasa yang melambangkan keberanian, kebebasan, dan kecepatan. Ini sesuai dengan karakteristik yang ingin ditonjolkan oleh Kantor Pos Indonesia dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia ini juga melambangkan komunikasi yang cepat dan efisien. Seperti burung yang dapat terbang dengan kecepatan tinggi, Kantor Pos Indonesia berupaya untuk menyampaikan surat, paket, dan informasi dengan cepat, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari setiap layanan yang diberikan.
Selain itu, Garuda juga mencerminkan kebanggaan dan rasa nasionalisme. Sebagai simbol negara, Garuda mengingatkan kita akan pentingnya rasa cinta terhadap tanah air dan identitas bangsa. Begitu pula dengan Kantor Pos Indonesia yang berkomitmen untuk selalu memberikan layanan terbaik bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Fungsi dan Peran Burung yang Menjadi Lambang Kantor Pos Indonesia
Burung Garuda yang tersemat pada logo Kantor Pos Indonesia berfungsi lebih dari sekadar simbol. Sebagai lambang yang dikenali secara luas, burung ini juga memperkuat citra Kantor Pos Indonesia sebagai lembaga yang terpercaya. Sebagai lembaga negara yang berperan dalam memfasilitasi komunikasi dan pengiriman barang, Garuda mengingatkan masyarakat akan pentingnya peran Kantor Pos Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Kantor Pos Indonesia dikenal dengan pelayanannya yang meliputi pengiriman surat, paket, dan berbagai jenis barang lainnya. Garuda yang terbang tinggi melambangkan kemampuan Kantor Pos Indonesia untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Dengan jaringan yang luas dan sistem pengiriman yang efisien, Kantor Pos Indonesia mampu memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
Perkembangan Lambang Kantor Pos Indonesia
Seiring dengan perkembangan teknologi, logo dan simbol yang digunakan oleh Kantor Pos Indonesia pun turut mengalami perubahan. Meskipun demikian, burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia tetap dipertahankan hingga kini sebagai simbol kekuatan dan kepercayaan. Meskipun Kantor Pos Indonesia telah berkembang dengan layanan berbasis digital, simbol burung Garuda tetap menjadi identitas yang melekat erat pada lembaga ini.
Kini, lambang tersebut bisa kita temui di berbagai cabang Kantor Pos Indonesia yang tersebar di seluruh Indonesia, pada kendaraan pengiriman, serta berbagai media promosi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun zaman terus berkembang, makna dan filosofi yang terkandung dalam simbol Garuda tidak pernah pudar.
Burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia, yaitu burung Garuda, memiliki makna yang sangat dalam dan menjadi simbol kebanggaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan filosofi kekuatan, kecepatan, dan keandalan, Garuda menggambarkan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh Kantor Pos Indonesia dalam memberikan layanan terbaik kepada masyarakat.
Sebagai simbol negara, Garuda tidak hanya merepresentasikan Kantor Pos Indonesia, tetapi juga mencerminkan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Sebagai penyedia layanan yang terus berkembang, Kantor Pos Indonesia berkomitmen untuk menjaga kualitas pelayanan, dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip yang terkandung dalam lambang Garuda.
Selain itu ternyata Bank Muamalat Gandeng Pos Indonesia untuk Layanan Setor dan Tarik Tunai
Jadi setelah mengetahui burung yang menjadi lambang kantor pos Indonesia, simak berita menarik lainnya di VOI.ID, saatnya merevolusi pemberitaan!
-

Cak Imin lari pagi bareng aktivis, ajak pemuda aktif olahraga
Jakarta (ANTARA) – Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin lari pagi bersama aktivis mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung Plus sekaligus mengajak para pemuda Indonesia untuk aktif berolahraga.
“Kita bersyukur semangat olahraga anak muda mulai semakin tinggi dibanding generasi saya dan satu-satunya cara agar kita tidak terbebani biaya kesehatan kita adalah olahraga,” kata Cak Imin saat ditemui di Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu.
Seraya berseloroh, Cak Imin mengaku terlambat menyadari pentingnya olahraga. Kendati begitu, dia meyakini tidak ada kata terlambat untuk semangat berolahraga.
“Makanya semangat olahraga di para aktivis ini harus didorong karena zaman saya jadi aktivis, malasnya olahraga minta ampun. Nah, sekarang baru sadar, sadar terlambat, tapi insyaallah masih tidak ada kata terlambat,” ujarnya.
Sejumlah aktivis yang ikut pada lari pagi tersebut, yaitu para ketua umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GKMI), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
“Ini mereka aktivis-aktivis yang hari ini terus melakukan kerja-kerja pengkaderan di bawah, seluruh mahasiswa, yang bagi saya mereka ini adalah teman-teman yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan masa depan,” kata Cak Imin.
Bagi Cak Imin, lari pagi bersama aktivis seperti bernostalgia ke masa-masa menjadi mahasiswa. Cak Imin muda juga merupakan Ketua Umum PMII ketika berkuliah di Yogyakarta.
Di sisi lain, Cak Imin merasa bersemangat karena mengingat pentingnya peran pemuda dalam menghadapi tantangan global yang semakin sulit.
Menurut dia, pemuda perlu merapatkan barisan untuk mencapai kemandirian dan keberdayaan.
“Jadi, kita berharap kita terus bersinergi untuk seluruh mahasiswa agar lulus S-1 itu menjadi orang yang berdaya, yang mandiri. Mandiri itu bisa kualitas skill-nya, mandiri itu bisa juga kemampuan entrepreneur-nya, dan semua itu kuncinya kepemimpinan,” katanya.
Menurut Cak Imin, aktivis mahasiswa telah memiliki modal kepemimpinan karena bergerak di level kepemimpinan mahasiswa, sosial, umat, hingga keagamaan.
Oleh karenanya, dia berharap mereka dapat senantiasa menjaga semangat itu. “Semua ini benar-benar kita harapkan menjaga terus seluruh estafet tantangan yang harus diatasi dengan baik,” ucapnya.
Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-

Viral Dokter di India Diminta Periksa Patung Dewa gegara Pemuja Dengar Detak Jantung
GELORA.CO – Sebuah video viral dari India sukses mencuri perhatian publik dunia maya. Video tersebut memperlihatkan momen tak biasa ketika seorang dokter dipanggil untuk memeriksa patung Dewa Krishna menggunakan stetoskop, layaknya pasien sungguhan.
Peristiwa unik ini terjadi usai ritual Pran Pratishtha—upacara sakral dalam agama Hindu yang dipercaya “menghidupkan” arca dewa. Salah satu pemuja mengklaim mendengar suara detak jantung dari dalam patung setelah ritual berlangsung.
Antara Keyakinan dan Logika
Meski belum ada penjelasan ilmiah yang mendukung klaim tersebut, tindakan medis terhadap patung itu langsung menuai perdebatan luas. Beberapa menganggapnya sebagai benturan menarik antara spiritualitas dan ilmu kedokteran, sementara lainnya menyebutnya sebagai bentuk fanatisme berlebihan.
Netizen Geleng-Geleng Kepala
Warganet tak kalah heboh menanggapi video ini. Kolom komentar pun dibanjiri berbagai reaksi kocak dan sindiran:
“Satu hal yang paling sering luput dari rasa syukur adalah bahwa kita masih diberikan akal yang sehat.”
“Dokternya serba salah, periksa warga yang manggilnya dok dulu aja.”
“Mungkin efek sound horeg.”
“Dokter: Kalau gue jujur, abis nih digebukin.”
“Setidaknya mereka nggak ganggu dan gusur warga.”
Beberapa lainnya justru membandingkan kejadian ini dengan kondisi di Indonesia:
“Nggak jauh beda sama Indo.”
Hiburan, Kepercayaan, atau Kritik Sosial?
Fenomena seperti ini seringkali mencerminkan kerentanan antara kepercayaan dan logika modern, apalagi saat sudah dikonsumsi secara masif lewat media sosial. Terlepas dari pro dan kontra, momen ini menunjukkan betapa luas dan beragamnya cara manusia memahami “keajaiban”
-

Kuil Hindu Berusia 900 Tahun Jadi Pemicu Perang Thailand dan Kamboja? Ini Sejarah Preah Vihear!
GELORA.CO – Perang yang terjadi antara Thailand dan Kamboja, dipicu oleh perselisihan wilayah perbatasan, khususnya di area sekitar Kuil Preah Vihear, kuil Hindu berusia 900 tahun.
Secara letak geografis, Kuil Preah Vihear berada di wilayah Kamboja, namun masih dianggap satu rangkaian dengan Kuil Ta Muen Thom yang terletak di Thailand.
Kuil Hindu yang diketahui berusia 900 tahun itu menjadi sumber perselisihan antara kedua negara.
Berikut ini sejarah Kuil Preah Vihear yang dikenal sebagai kuil Hindu berusia 900 tahun, menjadi pemicu perang Thailand dan Kamboja.
Sejarah Kuil Preah Vihear
Kuil Preah Vihear adalah bangunan suci Hindu kuno yang terletak di perbatasan antara Kamboja dan Thailand, tepatnya di atas tebing pegunungan Dângrêk.
Kuil ini dibangun untuk menghormati dewa Siwa, salah satu dewa utama dalam agama Hindu.
Secara sejarah, kuil ini dibangun oleh bangsa Khmer sekitar abad ke-9 hingga abad ke-12, ketika Kekaisaran Khmer sedang berjaya.
Saat itu, wilayah Kekaisaran Khmer sangat luas, meliputi sebagian besar wilayah Kamboja, Thailand, dan Laos saat ini.
Namun setelah kerajaan runtuh dan batas negara modern terbentuk, lokasi kuil ini menjadi sengketa.
Thailand dan Kamboja sama-sama mengklaim kepemilikan atas kuil tersebut karena lokasinya yang berada sangat dekat dengan garis perbatasan.
Pada tahun 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan bahwa Kuil Preah Vihear secara sah milik Kamboja, meskipun akses termudah ke kuil ini justru dari sisi Thailand.
Namun, sengketa tetap berlanjut, terutama soal lahan di sekitar kuil yang dianggap strategis dan bernilai sejarah tinggi.
Sampai sekarang, Kuil Preah Vihear bukan hanya simbol spiritual, tapi juga menjadi simbol nasionalisme dan konflik perbatasan antara dua negara bertetangga itu.
Konflik militer yang terjadi antara Kamboja dan Thailand baru-baru ini bukan yang pertama kali.
Sebelumnya, pada 28 Mei 2025, bentrokan terjadi di wilayah sekitar Kuil Ta Moan Thom dan menyebabkan seorang tentara asal Kamboja meninggal.
Kamboja kemudian membawa kasus ini ke Mahkamah Internasional (ICJ), terutama untuk menyelesaikan beberapa wilayah yang status administratifnya masih belum jelas, termasuk area sekitar kuil.
Sementara itu, Thailand memilih untuk menyelesaikan masalah ini melalui Joint Boundary Commission (JBC) dan menolak campur tangan ICJ dalam sengketa tersebut.
Pada Kamis (24/7/2025), kembali terjadi baku tembak besar di sejumlah lokasi perbatasan, termasuk di sekitar Kuil Ta Muen Thom, yang masih menjadi bagian dari kompleks Kuil Preah Vihear.
Menurut pihak Thailand, insiden ini bermula ketika militer Kamboja mengirimkan drone untuk melakukan pengintaian di wilayah dekat posisi tentara Thailand.
Usaha militer Thailand untuk menenangkan situasi tidak berhasil, hingga akhirnya bentrokan senjata antara kedua pihak meletus pada pukul 08.20 waktu setempat.
Itulah sejarah dari Kuil Preah Vihear, yang diketahui sudah berusia 900 tahun.
-

Nggak Kaleng-kaleng, Ternyata Ini Manfaat Jalan Kaki 7.000 Langkah Per Hari
Jakarta –
Orang yang rutin berjalan kaki 7.000 langkah per hari memiliki risiko jauh lebih rendah terhadap berbagai masalah kesehatan serius, menurut ulasan terbesar sejauh ini yang dipublikasikan pada Kamis lalu.
Selama ini, target 10.000 langkah sehari sering digadang-gadang sebagai angka ideal, padahal angka tersebut awalnya berasal dari kampanye pemasaran pedometer di Jepang pada tahun 1960-an, bukan dari penelitian ilmiah.
Untuk menemukan target yang lebih berdasar secara ilmiah, tim peneliti internasional menganalisis 57 studi sebelumnya yang melibatkan 160.000 orang. Hasilnya, yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet Public Health, menunjukkan berjalan 7.000 langkah per hari hampir memangkas separuh risiko kematian dini akibat berbagai penyebab, dibandingkan hanya berjalan 2.000 langkah.
Studi ini juga menelusuri hubungan antara jumlah langkah dengan sejumlah kondisi kesehatan yang sebelumnya jarang diteliti. Hasilnya, berjalan 7.000 langkah per hari dikaitkan dengan penurunan risiko demensia sebesar 38 persen, depresi 22 persen, dan diabetes 14 persen. Penurunan risiko kanker dan jatuh juga ditemukan, meski dengan bukti yang masih terbatas.
“Anda tidak perlu mencapai 10.000 langkah sehari untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang signifikan,” ujar Paddy Dempsey, salah satu penulis studi dan peneliti medis di Cambridge University kepada AFP, dikutip dari Hindu Times.
“Peningkatan terbesar terjadi sebelum 7.000 langkah, dan setelah itu manfaatnya cenderung menurun,” ujarnya lagi.
Meski kecepatan berjalan tiap orang berbeda, 7.000 langkah kira-kira setara dengan berjalan kaki selama satu jam dalam sehari. Dempsey juga menyarankan agar orang yang sudah mencapai 10.000 langkah tetap mempertahankan kebiasaan sehat tersebut.
Namun bagi yang merasa angka 7.000 langkah terasa berat, Dempsey mengatakan jangan berkecil hati.
“Jika Anda hanya berjalan 2.000-3.000 langkah sehari, usahakan untuk menambah 1.000 langkah. Itu hanya 10-15 menit jalan kaki ringan yang tersebar sepanjang hari,” ujarnya.
Andrew Scott, peneliti dari Portsmouth University yang tidak terlibat dalam studi ini, menambahkan semakin aktif bergerak, semakin baik. Namun, penting juga untuk tidak terlalu terpaku pada angka, terutama pada hari-hari ketika aktivitas fisik lebih terbatas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga merekomendasikan minimal 150 menit aktivitas fisik intensitas sedang hingga tinggi setiap minggu. Sayangnya, hampir sepertiga populasi dunia belum memenuhi rekomendasi tersebut.
(suc/suc)