agama: Hindu

  • Fakta Unik Pura Jati Segara, Tempat Suci Umat Hindu di Bali

    Fakta Unik Pura Jati Segara, Tempat Suci Umat Hindu di Bali

    Selain nilai spiritualnya, Pura Jati Segara juga menjadi daya tarik wisatawan yang ingin menikmati suasana damai di tengah keindahan alam Kintamani.

    Pengunjung yang datang ke sini dapat merasakan kesejukan udara pegunungan, melihat matahari terbit yang spektakuler dari balik Gunung Batur, atau hanya menikmati keheningan yang jarang ditemukan di tempat lain.

    Kombinasi antara keindahan alam dan nuansa spiritual menjadikan pura ini tempat yang ideal untuk refleksi dan mencari kedamaian batin. Pura Jati Segara bukan hanya menjadi simbol harmoni antara manusia dan alam, tetapi juga bukti kekayaan budaya dan spiritualitas Bali yang mendalam.

    Bagi umat Hindu, pura ini adalah tempat suci untuk mempererat hubungan dengan Sang Hyang Widhi Wasa, sementara bagi wisatawan, tempat ini adalah destinasi yang menawarkan pengalaman mendalam akan keindahan dan ketenangan.

    Mengunjungi Pura Jati Segara berarti menyatu dengan alam, budaya, dan spiritualitas yang menyegarkan jiwa.

    Penulis: Belvana Fasya Saad

     

  • Pria India Terbangun Saat Dikremasi Berujung 3 Dokter Kena Sanksi

    Pria India Terbangun Saat Dikremasi Berujung 3 Dokter Kena Sanksi

    Jakarta

    Seorang pria tiba-tiba terbangun saat jenazahnya hendak dikremasi membuat gempar warga di Rajasthan, India. Tiga orang dokter dijatuhi sanksi skorsing usai dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya.

    Dilansir The Times of India dan Daily Mail, Senin (25/11/2024), insiden ini terjadi pada Kamis (21/11) pekan lalu ini. Seorang pria bernama Rohitash Kumar (25), yang mengalami kesulitan berbicara dan mendengar, jatuh sakit dan dibawa ke Rumah Sakit Bhagwan Das Khetan (BDK) yang dikelola pemerintah di distrik Jhunjhunu, negara bagian Rajasthan.

    Pada saat itu, Kumar disebut mengalami serangan epilepsi, dan dokter menyatakan dia sudah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit tersebut. Namun beberapa jam kemudian, ketika Kumar telah dibaringkan di atas tumpukan kayu untuk dikremasi sesuai ritual Hindu, dia tiba-tiba terbangun.

    Usai kejadian ini, tiga dokter pada rumah sakit tersebut telah dijatuhi sanksi skorsing atas tuduhan kelalaian oleh otoritas setempat.

    Ketiga dokter itu diidentifikasi sebagai kepala petugas medis RS BDK dr Sandeep Pachar, kemudian pemeriksa medis kesehatan masyarakat dr Yogesh Jumar Jakhar dan pemeriksa medis rumah sakit dr Navneet Meel.

    Dalam pernyataan kepada AFP, kepala pemeriksa medis untuk rumah sakit di distrik Jhunjhunu, D Singh, mengatakan bahwa dokter telah “menyiapkan laporan postmortem tanpa benar-benar melakukan postmortem, dan jenazahnya kemudian dikirimkan untuk dikremasi”.

    Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ramavatar Meena, yang merupakan district collector atau pejabat yang memimpin distrik Jhunjhunu. Dia mengatakan bahwa postmortem yang dilakukan dokter itu “hanyalah di atas kertas” atau tidak dilakukan secara fisik.

    Disebutkan bahwa para dokter di RS BDK itu sempat melakukan resusitasi atau CPR pada Kumar, namun melihat detak jantungnya datar pada elektrokardiogam, maka dokter secara resmi menyatakan dia telah meninggal dunia.

    Setelah itu, bukannya melakukan pemeriksaan atau autopsi postmortem untuk memastikan penyebab kematian Kumar, dokter justru mengirimkan jenazahnya ke kamar mayat untuk selanjutnya dilakukan proses kremasi sesuai ritual Hindu.

    Singh menuturkan bahwa jenazah Kumar “mulai bergerak” sesaat sebelum tumpukan kayu yang menjadi alasnya berbaring dibakar. Disebutkan oleh Singh bahwa Kumar “masih hidup dan bernapas” saat akan dikremasi.

    Kumar kemudian dilarikan ke unit perawatan intensif di RS BDK, namun kondisinya tidak mengalami peningkatan. Kemudian dilakukan upaya untuk memindahkannya ke Rumah Sakit Sawai Man Singh (SMS) di area Jaipur yang berjarak lebih dari 160 kilometer demi mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.

    Namun, Kumar kehilangan nyawanya dalam perjalanan ke rumah sakit tersebut dan dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit tersebut — kali ini, tanpa kesalahan — pada Jumat (22/11) sore waktu setempat.

    Insiden ini memicu keraguan pada diagnosis di rumah sakit di distrik Jhunjhunu.

    “Ini adalah kelalaian serius. Tindakan akan diambil terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab,” tegas Meena dalam pernyataannya.

    “Gaya kerja para dokter itu juga akan diselidiki secara menyeluruh,” ujarnya

    Dia menambahkan bahwa sebuah komite khusus telah dibentuk untuk menyelidiki insiden ini secara menyeluruh.

    (lir/lir)

  • Gempar Pria India Terbangun Saat Akan Dikremasi, 3 Dokter Diskors

    Gempar Pria India Terbangun Saat Akan Dikremasi, 3 Dokter Diskors

    New Delhi

    Tiga dokter di wilayah Rajasthan, India, dijatuhi sanksi skorsing atau dinonaktifkan dari tugasnya setelah insiden menghebohkan publik, ketika seorang pria sempat hidup kembali saat jenazahnya akan dikremasi. Ketiga dokter itu dianggap lalai dalam menjalankan tugasnya yang berujung insiden tersebut.

    Dalam insiden yang terjadi pada Kamis (21/11) pekan lalu ini, seorang pria bernama Rohitash Kumar (25), yang mengalami kesulitan berbicara dan mendengar, jatuh sakit dan dibawa ke Rumah Sakit Bhagwan Das Khetan (BDK) yang dikelola pemerintah di distrik Jhunjhunu, negara bagian Rajasthan.

    Pada saat itu, Kumar disebut mengalami serangan epilepsi, dan dokter menyatakan dia sudah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit tersebut. Namun beberapa jam kemudian, ketika Kumar telah dibaringkan di atas tumpukan kayu untuk dikremasi sesuai ritual Hindu, dia tiba-tiba terbangun.

    Setidaknya tiga dokter pada rumah sakit tersebut, seperti dilansir The Times of India dan Daily Mail, Senin (25/11/2024), telah dijatuhi sanksi skorsing atas tuduhan kelalaian oleh otoritas setempat.

    Ketiga dokter itu diidentifikasi sebagai kepala petugas medis RS BDK dr Sandeep Pachar, kemudian pemeriksa medis kesehatan masyarakat dr Yogesh Jumar Jakhar dan pemeriksa medis rumah sakit dr Navneet Meel.

    Dalam pernyataan kepada AFP, kepala pemeriksa medis untuk rumah sakit di distrik Jhunjhunu, D Singh, mengatakan bahwa dokter telah “menyiapkan laporan postmortem tanpa benar-benar melakukan postmortem, dan jenazahnya kemudian dikirimkan untuk dikremasi”.

    Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Ramavatar Meena, yang merupakan district collector atau pejabat yang memimpin distrik Jhunjhunu. Dia mengatakan bahwa postmortem yang dilakukan dokter itu “hanyalah di atas kertas” atau tidak dilakukan secara fisik.

  • Pria di India Hidup Lagi saat Akan Dikremasi, Tiba-tiba Gerak dan Bernapas

    Pria di India Hidup Lagi saat Akan Dikremasi, Tiba-tiba Gerak dan Bernapas

    Jakarta

    Seorang pria di India hidup lagi saat akan dikremasi. Padahal, sebelumnya dokter telah memeriksa dan menyatakannya meninggal dunia setelah mengalami serangan epilepsi.

    Kejadian ini dialami Rohitash Kumar berusia 25 tahun yang memang kesulitan berbicara dan mendengar. Ia saat itu tinggal di Maa Sewa Sansthan, sebuah panti jompo yang memiliki kebutuhan khusus.

    Pada Kamis (21/11/2024), Kumar sakit dan dibawa ke rumah sakit di Jhunjhunu di negara bagian barat Rajasthan, India. Dokter langsung melakukan CPR, tetapi melihat detak jantungnya datar pada elektrokardiogram.

    Melihat itu, dokter menyatakan Kumar telah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit.

    Alih-alih menjalani autopsi untuk memastikan penyebab kematian, dokter di rumah sakit distrik Bhagwan Das Khetan (BDK) langsung membawanya ke kamar jenazah. Dari sana, ia dibawa dan dibaringkan di atas tumpukan kayu bakar untuk dikremasi menurut ritual Hindu.

    Namun, beberapa saat sebelum api pembakaran dinyalakan, para saksi menyadari bahwa Kumar bergerak. Ia langsung diselamatkan dan langsung dibawa ke rumah sakit.

    “Situasi itu sungguh ajaib. Kami semua terkejut. Ia dinyatakan meninggal, tetapi ia masih bernapas dan hidup,” kata seorang saksi di krematorium yang dikutip dari Daily Mail.

    Hasil Penyelidikan

    Berdasarkan hasil penyelidikan awal, dokter telah melaporkan bahwa Kumar meninggal dunia karena gagal pernapasan akibat penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Kepala petugas medis rumah sakit distrik Jhunjhunu, D Singh, mengatakan seorang dokter telah mempersiapkan laporan postmortem atau autopsi untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti.

    Namun, ternyata laporan itu dibuat tanpa benar-benar melakukan autopsi. Setelah dinyatakan meninggal, jenazah kemudian dikirim untuk dikremasi.

    Hal ini dikuatkan oleh Ramavatar Meena, kolektor distrik untuk Jhunjhunu, yang mengatakan bahwa postmortem hanya ditulis pada kertas tanpa adanya pemeriksaan yang sebenarnya.

    Akibat kasus ini, tiga dokter telah diamankan dan diskors karena tuduhan kelalaian. Ketiga dokter itu adalah Dr Sandeep Pachar selaku kepala petugas medis BDK, Dr Yogesh Kumar Jakhar sebagai petugas medis kesehatan masyarakat, dan Dr Navneet Meel seorang petugas medis rumah sakit.

    Setelah diselamatkan dari kremasi, Kumar kembali dibawa ke unit intensif BDK unit perawatan. Namun, kondisinya tidak membaik.

    Berbagai upaya dilakukan untuk membawanya ke rumah sakit Sawai Man Singh di Jaipur agar Kumar mendapat perawatan lebih lanjut. Namun, ia benar-benar meninggal dunia saat tiba di rumah sakit.

    “Ini adalah kelalaian serius. Tindakan akan diambil terhadap mereka yang bertanggung jawab,” beber Meena.

    “Cara kerja para dokter juga akan diselidiki secara menyeluruh,” tegasnya.

    (sao/kna)

  • Museum Bajra Sandhi, Monumen Perjuangan yang Sarat Filosofi Hindu Bali

    Museum Bajra Sandhi, Monumen Perjuangan yang Sarat Filosofi Hindu Bali

    Liputan6.com, Bali – Museum Bajra Sandhi berlokasi di Jalan Raya Puputan No.142, Panjer, Denpasar Selatan, Bali. Museum ini lebih dikenal sebagai Monumen Bajra Sandhi yang dibangun sebagai bukti adanya jejak-jejak perlawanan dan perjuangan masyarakat Bali di masa kemerdekaan.

    Mengutip dari denpasarkota.go.id, Museum Bajra Sandhi hadir sebagai monumen yang melambangkan perjuangan rakyat Bali. Monumen ini berdiri kokoh di atas tanah seluas 13,8 hektare dengan luas gedung 4.900 meter.

    Bangunan museum ini dirancang oleh Ir. Ida Gede pada 1981. Namun, pembangunannya baru dimulai pada 1987 atas prakarsa mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra. Kemudian pada 14 Juni 2003, museum atau monumen ini baru diresmikan oleh Presiden RI saat itu, yakni Megawati Soekarno Putri.

    Secara arsitektur, Museum Bajra Sandhi sangat kental dengan gaya arsitektur tradisional khas Bali. Bukan sekadar bangunan, pembangunan museum ini juga sarat akan makna dan filosofi Hindu.

    Terkait nama, bajra memiliki arti genta. Para pendeta Hindu kerap menggunakan kata genta saat mengucapkan mantra dalam upacara-upacara keagamaan.

    Adapun beberapa elemen-elemen Hindu yang terdapat pada monumen ini salah satunya Guci Amertha yang disimbolkan dengan kumbha atau semacam periuk. Elemen tersebut dapat dilihat di bagian atas monumen.

    Selain itu, ada juga Ekor Naga Basuki yang ada di dekat Swamba dan kepalanya pada Kori Agung. Ada juga Badan Bedawang Akupa yang diwujudkan pada landasan monumen dengan kepalanya pada Kori Agung.

    Tak sampai di situ, terdapat elemen Gunung Mendara Giri yang diwujudkan berupa bentuk monumen yang menjulang tinggi. Terakhir, terdapat kolam yang mengelilingi monumen tersebut. Keberadaan kolam ini diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan susu).

    Museum Bajra Sandhi tak hanya erat kaitannya dengan nilai filosofi Hindu. Seperti tertulis sebelumnya, monumen ini juga sarat akan simbol kemerdekaan.

    Hal itu terlihat pada jumlah anak tangga yang berada di pintu utama monumen tersebut. Anak tangga itu berjumlah 17 yang melambangkan tanggal kemerdekaan Republik Indonesia.

    Bukan itu saja, tiang agung yang berada di bagian dalam monumen pun berjumlah delapan yang melambangkan bulan kemerdekaan Indonesia, Agustus. Tiang tersebut juga memiliki ketinggian 45 meter yang melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia.

    Berkat sejarah dan nilai filosofi di baliknya, Museum Bajra Sandhi menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan edukasi di Bali favorit wisatawan. Lokasinya yang cukup strategis juga menjadi nilai tambah bagi tempat wisata ini.

     

    Penulis: Resla

  • Geger Pria India Terbangun Saat Hendak Dikremasi

    Geger Pria India Terbangun Saat Hendak Dikremasi

    New Delhi

    Seorang pria di India yang sudah dinyatakan meninggal, tiba-tiba terbangun ketika akan dikremasi. Pria berusia 25 tahun ini terbangun saat dirinya sudah dibaringkan di atas tumpukan kayu dalam proses kremasi.

    Insiden ini, seperti dilansir AFP, Sabtu (23/11/2024), terjadi di wilayah Rajasthan pada Kamis (21/11) waktu setempat, setelah dokter yang menyatakan pria itu telah meninggal melewatkan pemeriksaan postmortem.

    Pria bernama Rohitash Kumar (25) ini jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit di area Jhunjhunu di negara bagian Rajasthan. Dilaporkan bahwa Kumar mengalami kesulitan berbicara dan mendengar.

    Laporan media lokal India menyebut Kumar mengalami serangan epilepsi, dan dokter menyatakan dia sudah meninggal dunia saat tiba di rumah sakit tersebut.

    Namun bukannya melakukan pemeriksaan atau autopsi postmortem untuk memastikan penyebab kematiannya, dokter justru mengirimkan jenazahnya ke kamar mayat dan kemudian dilakukan proses kremasi sesuai ritual Hindu.

    Kepala petugas medis pada rumah sakit setempat, D Singh, menuturkan kepada AFP bahwa seorang dokter telah “menyiapkan laporan postmortem tanpa benar-benar melakukan postmortem, dan jenazahnya kemudian dikirimkan untuk dikremasi”.

    Dikatakan oleh Singh bahwa “sesaat sebelum tumpukan kayu dibakar, jenazah Rohitash (Kumar) mulai bergerak”.

    Lihat juga video: Penampakan Kabut Asap Beracun Selimuti New Delhi India

  • Dikelola Kemenhut, TN Alas Purwo Dikenakan Tarif Nol Rupiah bagi Umat Hindu yang Beribadah di Pura Luhur Giri Salaka

    Dikelola Kemenhut, TN Alas Purwo Dikenakan Tarif Nol Rupiah bagi Umat Hindu yang Beribadah di Pura Luhur Giri Salaka

    Liputan6.com, Banyuwangi – Balai Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) mengeluarkan kebijakan baru terkait kunjungan untuk tujuan ibadah (religi) di kawasan tersebut. Umat Hindu yang akan melakukan kegiatan ibadah di Pura Luhur Giri Salaka yang berada di kawasan TN Alas Purwo tidak dikenakan biaya tiket masuk pengunjung (Tarif Rp0). 

    Hal itu disampaikan langsung Kepala TN Alas Purwo Agus Setyabudi, usai menggelar rapat koordinasi bersama dengan Asisten Pemerintahan Setda Banyuwangi, MY Bramuda beserta jajaran, di Kantor Pemkab Banyuwangi, Kamis (21/11/2024).

    Agus mengatakan, pemberlakukan tarif Rp0,00 atau tidak dikenakan tiket masuk pengunjung dimungkinkan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor: P.38/Menhut-II/2014  tentang Tata Cara dan Persyaratan Kegiatan Tertentu Pengenaan Tarif Rp0,00 (Nol Rupiah) di Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru Dan Hutan Alam.

    “Berdasarkan peraturan Menteri Kehutanan tersebut, kegiatan ibadah/keagamaan termasuk kegiatan religi dapat dikenakan tarif Rp0,00 (nol rupiah). Oleh karena itu, tarif Rp0,00 (nol rupiah) dapat diberlakukan bagi umat Hindu yang akan melaksanakan kegiatan sembahyang di Pura Luhur Giri Salaka,” jelas Agus, Jumat (22/11/2024).

    Ketentuan tersebut, lanjut Agus, dapat dilakukan setelah umat Hindu yang akan beribadah mendapat Surat Ijin Masuk Kawasan Konservai (SIMAKSI). Permohonan izin masuk kawasan dapat dilakukan dengan adanya penanggung jawab dari masyarakat lokal atau masyarakat sekitar kawasan (pengelola Pura Luhur Giri Salaka).

    Dia menerangkan, SIMAKSI bagi umat Hindu yang akan beribadah di pura dilakukan dengan mengisi form permohonan kegiatan religi secara langsung di loket pintu masuk TNAP. 

    “Formnya sudah kami sediakan. Nanti yang datang tinggal mengisi saja,” ujarnya.

    Pemberlakuan tarif Rp0,00 untuk tiket masuk pengunjung, lanjut Agus hanya berlaku untuk kegiatan ibadah yang berlangsung di Pura Luhur Giri Salaka. Sedangkan, untuk kendaraan yang digunakan tetap dikenakan tiket masuk kendaraan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  • Mengenal Marit yang Mencari Berkah di Upacara Labuh Sesaji Yadnya Kasada
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        21 November 2024

    Mengenal Marit yang Mencari Berkah di Upacara Labuh Sesaji Yadnya Kasada Surabaya 21 November 2024

    Mengenal Marit yang Mencari Berkah di Upacara Labuh Sesaji Yadnya Kasada
    Editor
    KOMPAS.com –

    Yadnya Kasada
    adalah salah satu upacara adat suku Tengger yang dilakukan setiap tahun di
    Gunung Bromo
    .
    Upacara Yadnya Kasada dilakukan setiap bulan Kasada hari ke-15 dalam penanggalan tradisional suku Tengger.
    Dalam ritualnya, terdapat prosesi ngelabuh atau melempar sesaji atau ongkek ke kawah Gunung Bromo sebagai bentuk persembahan.
    Sesaji yang dilempar ke dalam kawah sangat beragam, bisa berupa hasil bumi, hewan ternak, dan juga uang.
    Disinilah dapat terlihat sebuah kearifan lokal, di mana para
    Marit
    berusaha mencari berkah dari sesaji yang dilemparkan.
    Marit adalah sebutan bagi orang-orang yang sengaja mengumpulkan barang-barang atau sesaji (ongkek) yang dilabuh dengan cara dilempar ke kawah Gunung Bromo pada upacara Yadnya Kasada.
    Keberadaan para Marit ini cukup mencuri perhatian karena mereka akan terlihat bersiap di bibir kawah menanti sesaji untuk dilemparkan.
    Beberapa orang yang melihatnya mungkin akan merasa ngeri, karena para Marit ini berpijak di dinding kawah yang miring dan terjal seperti tengah menantang maut.
    Terlebih ketika sesaji mulai dilempar, para Marit akan mulai berlarian untuk mengambil atau menangkapnya seperti tanpa rasa takut.
    Bahkan ada juga Marit yang sengaja membawa jaring yang dipasang pada tongkat atau bambu yang panjang sebagai alat bantu.
    Para Marit yang berasal dari sekitar wilayah Bromo biasanya sudah datang sejak sehari sebelum acara dilaksanakan.
    Mereka akan bermalam dengan membuat tenda darurat di dekat bibir kawah, di dekat beton pembatas yang sudah dipasang oleh petugas.
    Setelah upacara ngelabuh dilakukan, para Marit juga masih terlihat hingga siang hari untuk mengais sesaji yang bisa dibawa pulang.
    Selain menangkap sesaji yang dilempar ke kawah, para Marit ini juga ada yang mengais rezeki di pelataran Astana yang berada tepat sebelum anak tangga menuju kawah Gunung Bromo.
    Hal ini karena ada beberapa warga suku Tengger yang menyuguhkan sesaji di Astana, sehingga ada juga Marit yang berburu rezeki di sana.
    Meski aksi Marit saat mengambil sesaji di tepi kawah terlihat berbahaya, namun ternyata di balik itu mereka memegang keyakinan bahwa ada yang melindunginya.
    Dikutip dari laman Pemkab Probolinggo, sebagian besar dari Marit percaya dan yakin bahwa mereka mendapatkan perlindungan dari Sang Hyang Widhi dan para leluhurnya.
    Sehingga tidak heran jika para Marit tetap berani dan tak bergeming walaupun dalam kondisi hujan bahkan erupsi sekalipun.
    Hal ini seperti diungkap salah satu Marit, Agus Sugianto yang berasal dari Pasuruan.
    “Ndak pernah takut jatuh atau celaka, karena kami yakin dijaga oleh Mbah Bromo. Karena sebelumnya kami juga selalu meminta ijin terlebih dahulu untuk mencari rezeki yang halal dan barokah di sekitar kawah Bromo,” ungkapnya.
    Saat itu, ia sudah tujuh tahun menjalani profesi sebagai Marit pada setiap Yadnya Kasada.
    Selama itu pula Agus mengaku tidak pernah tergelincir atau terjatuh yang kemudian dapat mencelakainya.
    Dikutip dari SuryaMalang.com, sebenarnya ada beberapa aturan yang harus dipatuhi Marit pada saat mengambil sesaji di kawah Gunung Bromo.
    Yang pertama, sesaji yang dilempar peserta upacara harus menyentuh tanah dulu sebelum bisa diambil.
    Berikutnya, Marit tidak boleh berebut atau meminta sesaji kepada peserta upacara sebelum prosesi larung.
    Aktivitas para Marit ini memang seperti telah menjadi kearifan lokal yang ditemukan pada upacara Yadnya Kasada.
    Dilansir dari Antara (17/06/2022), Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Probolinggo, Bambang Suprapto menjelaskan bahwa keberadaan Marit memang sangat lekat dengan Yadnya Kasada yang dilakukan masyarakat Tengger di Gunung Bromo.
    “Marit sudah ada seiring dengan adanya ritual Yadnya Kasada karena masyarakat Tengger secara turun temurun juga meyakini setiap sesaji yang sudah dilabuh itu juga memiliki berkah tersendiri, terlebih lagi yang berupa hasil bumi,” katanya.
    Beberapa hasil bumi yang didapat oleh Marit memang kemudian ditanam kembali di ladang dengan kepercayaan bahwa hasil panennya akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
    Hal ini sesuai keyakinan warga suku Tengger, bahwa keberkahan dari japa mantra yang sebelumnya dibacakan oleh para Rama dukun sebelum sesaji di labuh di kawah Gunung Bromo salah satunya adalah pengharapannya atas kesuburan bumi.
    Lebih lanjut, menurut Bambang halyang dilakukan Marit bukanlah usaha untuk mencari keuntungan dengan mengumpulkan sesaji sebanyak-banyaknya.
    Menurutnya sesaji yang didapat Marit bukan untuk dimakan atau dijual, melainkan untuk dikembangkan lagi.
    Terkait aktivitas Marit pada upacara Yadnya Kasada, Bambang juga memberikan sedikit himbauan.
    Salah satunya adalah agar Marit menjaga etika karena seharusnya labuh sesaji itu baru boleh diambil ketika sudah menyentuh tanah.
    Sehingga sesaji yang dilempar oleh peserta upacara tidak direbut dan dipaksakan, apalagi sampai harus membuat alat berupa jaring tangkap dan sebagainya.
    Bambang juga menjelaskan bahwa himbauan ini sebenarnya sudah sering disampaikan atau diinformasikan, hanya saja beberapa orang seperti tidak menghiraukan.
    Walau begitu Bambang tetap berharap bahwa keberadaan Marit ini menjadi penanda berkahnya perayaan Yadnya Kasada.
    Sumber:

    kemenparekraf.go.id
      

    repositori.kemdikbud.go.id
     

    referensi.data.kemdikbud.go.id
       

    probolinggokab.go.id
      

    suryamalang.tribunnews.com
     

    jatim.tribunnews.com
      
     
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • India Kerahkan 5.000 Tentara Redam Kerusuhan di Manipur

    India Kerahkan 5.000 Tentara Redam Kerusuhan di Manipur

    New Delhi

    India akan mengerahkan 5.000 tentara paramiliter tambahan untuk meredam kerusuhan yang berkobar di wilayah Manipur beberapa waktu terakhir. Pengerahan ini dilakukan seminggu setelah 16 orang tewas dalam bentrokan terbaru yang terjadi antara dua etnis yang bertikai di wilayah tersebut.

    Manipur yang terletak di India bagian timur laut telah secara berkala diguncang bentrokan, yang diwarnai kerusuhan, selama lebih dari 18 bulan terakhir antara etnis mayoritas Meitei yang menganut Hindu dan etnis minoritas Kuki yang menganut Kristen. Bentrokan itu membagi Manipur menjadi daerah kantong etnis.

    Sedikitnya 10 anggota kelompok militan dari etnis Kuki tewas saat berupaya menyerang polisi pekan lalu, yang memicu pembunuhan enam warga sipil dari etnis Meitei sebagai pembalasannya. Jenazah keenam warga sipil itu ditemukan di distrik Jiriban beberapa hari kemudian.

    Dituturkan sumber pemerintah di New Delhi, seperti dilansir AFP, Selasa (19/11/2024), bahwa pemerintah India telah “memerintahkan 50 kompi pasukan paramiliter tambahan untuk pergi ke Manipur”.

    Setiap kompi dari Pasukan Kepolisian Bersenjata Pusat (CAPF) itu terdiri atas 100 tentara. CAPF merupakan unit paramiliter yang diawasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri India.

    Surat kabar lokal, Business Standard, melaporkan bahwa pasukan tambahan itu akan dikerahkan ke Manipur pada akhir pekan ini.

    India telah mengerahkan ribuan tentara yang berupaya menjaga perdamaian dalam konflik yang menewaskan sedikitnya 200 orang sejak dimulai 18 bulan lalu. Sejumlah langkah telah diambil di Manipur, seperti memblokir akses internet dan memberlakukan jam malam secara berkala, sejak bentrokan terjadi tahun lalu.

    Lihat juga Video ’10 Orang Tewas dalam Penyerangan Kantor Polisi di India’:

  • Kapolri Hadiri Doa Lintas Agama TNI-Polri dan Masyarakat Bali, Ikhtiar Pilkada Damai

    Kapolri Hadiri Doa Lintas Agama TNI-Polri dan Masyarakat Bali, Ikhtiar Pilkada Damai

    Denpasar

    Usai meninjau dan memberi bantuan ke para pengungsi bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di NTT, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melanjutkan kunjungan kerja ke Bali. Di Pulau Dewata, Kapolri mengikuti doa berama lintas agama bersama TNI-Polri dan masyarakat Bali.

    Acara doa bersama lintas agama bersama TNI-Polri dan masyarakat Bali ini digelar di GOR Yudomo, Praja Raksaka Kepaon, Denpasar, Bali, Selasa (19/11/2024). Hadir pula Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.

    Agenda ini merupakan bentuk ikhtiar dalam menyukseskan penyelenggaraan Pilkada Serentak 2024 di Provinsi Bali.

    Doa Bersama Lintas Agama bersama TNI-Polri dan Masyarakat Bali Foto: dok ist

    Turut mendampingi Kapolri Jenderal Listyo Sigit, yakni Irwasum Polri Irjen Dedi Prasetyo, Kapolda Bali Irjen Daniel Aditya Jaya, Astamaops Komjen Verdianto Bitticaca, Dankorbrimob Komjen Imam Widodo, Kadiv Propam Irjen Abdul Karim, Kadiv Humas Irjen Sandi Nugroho, hingga Kapusdokkes dr. Irjen Asep Hendradiana.

    Adapun tokoh agama yang hadir memimpin doa dalam kegiatan ini yaitu, I Nyoman Kenaka (Parisada Hindu Dharma Indonesia/ PHDI Prov Bali) sebagai perwakilan agama Hindu, K.H. Drs. Mahrusun H, M.Pd.I (Majelis Ulama Indonesia/ MUI Prov Bali) sebagai perwakilan Agama Islam, Oscar Naib Wanouw (Perwakilan Umat Buddha Indonesia/ WALUBI Prov Bali) perwakilan dari agama Budha.

    Hadir pula Adinata, S.E (Majelis Tinggi Agama Konghuchu Indonesia/MATAKIN Prov Bali) perwakilan dari agama Konghuchu, Romo Eventius Dewantoro (Keuskupan Prov Bali) perwakilan dari Agama Katolik, serta Bishop I Nyoman Agustinus, M.Th (Musyawarah Pelayanan Umat Kristen/MPUK Prov Bali) perwakilan dari Agama Kristen Protestan.

    Peserta dalam doa bersama lintas agama berjumlah 740 orang. Hadir dari Forkopimda Prov Bali sebanyak 8 orang, tokoh agama dan tokoh masyarakat Bali sebanyak 13 orang, Pemerintah Daerah Provinsi Bali dan instansi terkait sebanyak 143 orang, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali sebanyak 56 orang, pejabat Kodam IX Udayana sebanyak 46 orang, pejabat Polda Bali sebanyak 74 orang, serta personel TNI dan Polri sebanyak 400 orang.

    (hri/tor)