agama: Hindu

  • Horor Kuil Penuh Sesak Berujung Maut, 9 Jemaah Tewas Terinjak

    Horor Kuil Penuh Sesak Berujung Maut, 9 Jemaah Tewas Terinjak

    Sedikitnya sembilan orang tewas dan belasan lainnya luka-luka akibat keributan di sebuah kuil di negara bagian Andhra Pradesh, India selatan, pada Sabtu dini hari (1/11/2025). Insiden tragis itu terjadi di Kuil Sri Venkateswara Swamy di kota Srikakulam, ketika ribuan umat memadati area tempat ibadah untuk merayakan Hari Ekadashi, salah satu hari suci bagi umat Hindu. (Tangkapan Layar Video Reuters/ANI)

  • Tragis, 9 Orang Tewas Terinjak-injak di Kuil India

    Tragis, 9 Orang Tewas Terinjak-injak di Kuil India

    Jakarta

    Setidaknya sembilan orang tewas terinjak-injak setelah kerumunan orang berdesakan di sebuah kuil Hindu di Andhra Pradesh, India selatan, pada hari Sabtu (1/11).

    Insiden tragis itu itu terjadi di Kuil Venkateswara di Kasibugga, Distrik Srikakulam, tempat kerumunan umat berkumpul.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/11/2025), Gubernur negara bagian Andhra Pradesh, S. Abdul Nazeer, menyampaikan “dukacita yang mendalam atas kematian sembilan peziarah dalam insiden terinjak-injak tersebut”.

    Perdana Menteri Narendra Modi menyampaikan belasungkawa kepada mereka “yang telah kehilangan orang-orang terdekat dan terkasih”.

    “Saya berdoa agar mereka yang terluka segera pulih,” tambah Modi.

    Kecelakaan dan desak-desakan yang mematikan merupakan kejadian umum di pertemuan besar dan festival keagamaan India.

    Sebelumnya pada bulan Juni, lonjakan massa yang tiba-tiba di sebuah festival Hindu di negara bagian pesisir Odisha memicu desak-desakan, yang menewaskan setidaknya tiga orang dan melukai beberapa lainnya.

    Bulan sebelumnya, enam orang tewas terinjak-injak di negara bagian Goa bagian barat setelah ribuan orang berkumpul untuk ritual berjalan di atas api yang populer.

    Pada bulan Januari, setidaknya 30 orang tewas dalam desak-desakan dini hari di Kumbh Mela, sebuah festival besar Hindu di kota Prayagraj di utara.

    (ita/ita)

  • Wellness Tourism ala Desa Wisata Bugisan

    Wellness Tourism ala Desa Wisata Bugisan

    Bisnis.com, KLATEN — Layar telepon seluler menunjukkan informasi cuaca panas mencapai suhu 31 derajat celcius untuk wilayah Prambanan Klaten, Jawa Tengah. Meskipun demikian, kawasan wisata Candi Plaosan yang berjarak 2,4 kilometer dari Candi Prambanan tetap ramai pengunjung, bahkan pada saat bukan hari libur.

    Dua bangunan stupa yang memadukan corak Hindu dan Budha menjadi daya tarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Beberapa pengunjung perempuan mengenakan pakaian adat Jawa, berpose di salah satu sudut bangunan candi untuk melakukan pemotretan. Pengunjung lain memilih untuk berlindung dari sengatan matahari.

    Menjelang petang, pengunjung kian bertambah. Pancaran sinar mentari sebelum terbenam menjadi objek foto siluet favorit untuk diabadikan. Tidak sedikit pula rombongan wisatawan domestik yang berpose di atas mobil VW Safari berlatar belakang candi.

    Begitulah suasana lokasi wisata Candi Plaosan pada Selasa (14/10/2025). Kunjungan wisatawan bisa meningkat saat hari libur akhir pekan atau libur panjang karena tidak hanya Candi Plaosan saja yang menjadi tujuan, tetapi juga Desa Wisata Bugisan menjadi pilihan untuk liburan.

    Rudi Riono, Pengelola Desa Wisata Bugisan mengatakan bahwa Bugisan merupakan desa kaya akan warisan budaya dan nilai-nilai kearifan lokal. Kedekatan lokasi dengan Candi Plaosan yang bercorak Hindu dan Budha merupakan simbol toleransi dan harmoni antara masyarakat, budaya, agama serta alam menjadi identitas kuat dalam pengembangan wisata berbasis edukasi dan wellness tourism.

    Wellness tourism merupakan perjalanan yang dilakukan untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan spiritual secara keseluruhan. Destinasi ini menawarkan pengalaman untuk melepaskan stres, menemukan relaksasi, dan mencapai kesejahteraan holistik.

    Candi Plaosan yang berjarak 2,4 kilometer dari Candi Prambanan, Jawa Tengah. /Bisnis-Akhirul Anwar

    Desa Wisata Bugisan memiliki lingkungan perkampungan asri dengan kearifan lokal yang kuat, kebudayaan senantiasa terjaga, warisan kuliner dilestarikan sejak zaman Mataram Kuno, fasilitas homestay lengkap, tersedia atraksi kesenian seperti karawitan dan gejog lesung, serta yang terpenting wisata sejarah Candi Plaosan sebagai wujud kejayaan Nusantara.

    Beragam kegiatan wisata di Bugisan tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat yang bisa menjadi salah satu cara melupakan sejenak kesibukan keseharian dengan mengenal lebih dekat kearifan lokal atau kehidupan masyarakat di pedesaan.

    “Bugisan menjadi tempat wisata edukasi sekaligus menyediakan paket wellness bagi pengunjung,” ujar Rudi kepada Bisnis.

    Paket makan malam sajian Mataram Kuno..

  • Warga India Ramai-ramai Mandi Kotoran Sapi, Ternyata Ini Maknanya

    Warga India Ramai-ramai Mandi Kotoran Sapi, Ternyata Ini Maknanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Masyarakat India baru saja merayakan Diwali pada 20 Oktober 2025. Umat Hindu, Jain, dan Sikh, merayakan Festival Cahaya selama 5 hari berturut-turut yang melambangkan kemenangan cahaya (kebaikan) dari kegelapan (kejahatan).

    DI akhir perayaan Diwali, umumnya masyarakat India mulai beristirahat dan kembali ke aktivitas normal. Namun, tradisi berbeda dilakukan para penduduk desa Gumatapura di Talavadi, Chamarajanagar.

    Mereka merayakan ritual yang sudah berlangsung selama berabad-abad yang disebut Gore Habba alias ‘Festival Kotoran Sapi’.

    Setiap tahun, sehari setelah Balipadyami atau hari ke-4 Diwali, ribuan orang dari desa-desa sekitar dan Tamil Nadu yang berdekatan berkumpul untuk menyaksikan perayaan yang unik dan meriah ini.

    Sebagai bagian dari ritual tersebut, penduduk desa saling melempar dan mengolesi kotoran sapi ke badan mereka. Tradisi ini diyakini membawa berkah, persatuan, dan penyucian, dikutip dari Bharat, Sabtu (25/10/2025).

    Perayaan dimulai di Kuil Beereshwara, tempat penduduk desa memanjatkan doa dan menumpuk tumpukan besar kotoran sapi segar di depan kuil. Anak-anak berkeliling dari pintu ke pintu untuk mengumpulkan susu dan ghee, yang digunakan untuk ritual khusus mandi dewa desa, Kareswara.

    Seorang tokoh simbolis yang dikenal sebagai ‘Chadikora’ berpakaian dedaunan dan rumput, dengan kumis palsu dan untaian jerami. Ia diarak keliling desa dengan seekor keledai. Prosesi ini mengelilingi kuil Beerappa sebelum pertarungan kotoran sapi dimulai.

    Tradisi ini, menurut penduduk setempat, memenuhi keinginan dewa desa dan merupakan bagian penting dari identitas budaya mereka.

    Menurut para tetua desa, asal usul festival ini sudah ada sejak beberapa abad yang lalu. Konon, seorang suci dari utara pernah tinggal di rumah seorang penduduk setempat bernama Kalegowda.

    Setelah wafat, harta bendanya dibuang ke dalam lubang. Beberapa hari kemudian, sebuah gerobak yang melewati lubang itu memperlihatkan sebuah lingga (simbol Dewa Siwa) yang mulai berdarah ketika roda gerobak melindasnya.

    Malam itu, orang suci tersebut muncul dalam mimpi seorang penduduk desa, memerintahkan mereka untuk merayakan Gore Habba sehari setelah Diwali setiap tahun untuk mengenangnya. Kuil Beerappa yang sekarang berdiri di lokasi tersebut, beserta tradisinya berlanjut hingga saat ini.

    Sebelum acara, penduduk desa memandikan dan menghias keledai, berdoa di tepi kolam, lalu mengaraknya dalam prosesi menuju kuil.

    Setelah itu, para peserta mandi di kolam dan kembali ke desa diiringi sorak-sorai, berjenaka satu sama lain, dan tertawa bersama. Semuanya merupakan bagian dari ritual kuno ini.

    Festival ini juga bersifat simbolis. Dua pria berpakaian ‘Chadikora’ melambangkan individu yang palsu atau suka menipu, dan parade tiruan mereka berfungsi sebagai pengingat untuk menjunjung tinggi kebenaran dan kerukunan dalam masyarakat.

    Ketika perang kotoran dimulai, pria, wanita, dan anak-anak dengan riang saling melempar gumpalan kotoran sapi selama hampir dua jam. Suasana dipenuhi sorak-sorai dan tawa riuh saat orang-orang dari desa-desa terdekat dan bahkan distrik lain berkumpul untuk menonton.

    Meskipun terkesan berantakan, penduduk desa mengatakan Gore Habba adalah perayaan kesetaraan dan kebersamaan. Festival ini bermakna “semua orang menjadi kotor, dan semua orang menjadi bersih kembali.”

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Titik Balik Hari Jadi Bojonegoro ke-348: Museum Rajekwesi Bangkit, Hidupkan Sejarah yang Lama Sunyi

    Titik Balik Hari Jadi Bojonegoro ke-348: Museum Rajekwesi Bangkit, Hidupkan Sejarah yang Lama Sunyi

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Momen Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348 tahun ini terasa berbeda. Senin (20/10/2025) kemarin bukan hanya perayaan usia baru, tetapi menjadi sebuah titik balik penting: kebangkitan sejarah yang lama tertidur. Museum Rajekwesi, yang penataannya telah lama dinanti, akhirnya resmi dibuka untuk umum.

    Peresmian ini menjadi simbol refleksi besar-besaran, di mana masa lalu Bojonegoro kini memiliki ‘rumah’ baru yang representatif di jantung kota, Jl Pahlawan, tepat di selatan alun-alun. Koleksi museum sebelumnya telah dipindah beberapa kali, mulai di komplek perkantoran Dinas Pendidikan, kemudian dipindahkan ke bangunan mess pemain Persibo Bojonegoro, hingga lama di SDMT Sukowati.

    Peresmian yang penuh makna ini ditandai dengan prosesi “Boyong Museum Rajakwesi”. Sesaat setelah upacara HJB di alun-alun, Bupati Setyo Wahono didampingi Cantika Wahono dan Wabup Nurul Azizah memimpin langsung prosesi. Suara pecah kendi dan pemotongan ronce melati menjadi penanda dibukanya pintu museum yang menempati gedung eks Inspektorat tersebut.

    “Kita harus berbangga hati. Museum bukan hanya tempat menyimpan barang, tapi juga refleksi bagi generasi muda untuk belajar, mengenal tokoh budaya, dan membentuk Bojonegoro hingga ke depan nanti,” ungkap Bupati Setyo Wahono dalam sambutannya.

    Langkah bupati dan rombongan Forkopimda meninjau isi museum seolah menjadi langkah pertama menyusuri lorong waktu. Di ruang pra sejarah, fosil gigi hiu purba dan tulang gajah kuno menjadi bukti bisu bahwa Bojonegoro jutaan tahun lalu adalah lautan dangkal.

    Bergeser ke ruang Hindu Budha, koleksi unggulan Prasasti Adan-adan menyapa pengunjung, menceritakan peradaban masa lalu. Tak ketinggalan, ruang pertanian memamerkan pacul dan ani-ani (alat panen padi tradisional), mengingatkan akar agraris kabupaten ini.

    Kebangkitan museum ini tak hanya dirayakan oleh pemerintah. Ketua panitia, Ari Komari, menjelaskan bahwa 30 paguyuban dari dalam dan luar kota—seperti Madiun, Solo, hingga Cirebon—turut hadir. Mereka menggelar pameran benda pusaka, patung, hingga lukisan selama tiga hari (20-22 Oktober 2025).

    “Museum ini aset bangsa. Peninggalan pusaka ini wajib kita boyong ke museum untuk kita lestarikan. Ini wujud kepedulian yang harus kita tularkan kepada anak cucu,” ujar Ari.

    Benar saja, titik balik itu langsung terasa. Sehari setelah dibuka, Selasa (21/10/2025), Museum Rajekwesi langsung diserbu pengunjung. Puluhan siswa sekolah dan masyarakat umum tampak antusias melihat koleksi yang selama ini mungkin hanya mereka dengar ceritanya.

    Teguh, seorang guru dari SMP Negeri 5 Bojonegoro, membawa 50 muridnya dan mengapresiasi lokasi baru ini. “Sangat mudah dijangkau karena berada di pusat kota. Ini sangat bernilai edukasi bagi siswa,” katanya.

    Kasi Budaya Disbudpar Bojonegoro, Damiati, menyampaikan bahwa museum ini dibuka gratis untuk umum, setiap Senin hingga Jumat pukul 08.00-16.00 WIB. “Yang mungkin awalnya hanya bisa melihat dari gambar, sekarang bisa langsung melihat bentuk aslinya,” terang Damiati.

    Damiati juga berpesan, peresmian ini adalah ajakan bagi publik. Jika ada warga yang menemukan fosil atau benda purbakala, museum siap menjadi rumahnya. Ini adalah cara bersama untuk merawat sejarah panjang Bojonegoro, dari dasar lautan purba hingga menjadi lumbung energi seperti sekarang. [lus/aje]

  • Ritual Mahesa Lawung, Tradisi Keraton Surakarta untuk Menjaga Keseimbangan Alam
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        20 Oktober 2025

    Ritual Mahesa Lawung, Tradisi Keraton Surakarta untuk Menjaga Keseimbangan Alam Regional 20 Oktober 2025

    Ritual Mahesa Lawung, Tradisi Keraton Surakarta untuk Menjaga Keseimbangan Alam
    Tim Redaksi
    KARANGANYAR, KOMPAS.com
    — Barisan abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta melangkah perlahan menuju Alas Krendowahono, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (20/10/2025) pukul 14.00 WIB.
    Dengan busana keprabon lengkap, jarik, dan keris yang tersemat rapi, rombongan bergerak khidmat untuk melaksanakan prosesi akhir Hajad Dalem Mahesa Lawung — sebuah tradisi sakral yang dipercaya memiliki makna mendalam tentang manusia, kehidupan, dan hubungan dengan alam.
    Ritual Mahesa Lawung diawali dengan kirab dari lingkungan keraton.
    Doa-doa lirih dilantunkan para pinisepuh, sementara prajurit keraton mengawal langkah abdi dalem dengan khidmat.
    Kepala kerbau sebagai sesaji utama — yang selama hidupnya tidak pernah membajak dan tidak pernah dikawinkan — dipikul oleh empat orang.
    Kepala kerbau tersebut sebelumnya telah melalui tahapan penyucian dan dibungkus kain putih sebelum disemayamkan.
    Selama sekitar 30 menit, doa dilantunkan di Sithinggil, sebelum rombongan bergerak menuju Alas Krendowahono, kawasan yang sejak masa Mataram diyakini sebagai penjaga keseimbangan alam.
    Di bawah rindangnya pepohonan alas sakral itu, puncak prosesi berlangsung. Kain putih pembungkus kepala kerbau dimasukkan terlebih dahulu ke dalam lubang tanah, disusul kepala kerbau, kemudian ditimbun dan ditaburi bunga.
    Beberapa batang dupa dinyalakan, asapnya perlahan membubung ke langit. Setelah itu, sejumlah hewan — seperti ular, kelabang, burung, dan ayam — dilepaskan ke alam bebas, melambangkan keseimbangan empat unsur alam: bumi, air, api, dan angin.
    “Penanaman kepala kerbau adalah bentuk filosofi bahwa dalam diri manusia yang paling utama adalah kejelekan. Itu harus ditanggalkan,” ujar Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta, GKR Koes Moertiyah Wandasari atau Gusti Moeng.
    Tradisi Mahesa Lawung telah lama dikenal sebagai upacara tolak bala sekaligus permohonan keselamatan.
    Ritual ini digelar sekali dalam setahun, tepat pada bulan Sapar dalam kalender Jawa.
    Pemerhati sejarah Kota Solo, KRMAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat, menyebut Mahesa Lawung sudah ada sejak masa Mataram Islam, bahkan memiliki akar lebih tua dari masa Majapahit dan Mataram Hindu, sebelum sempat meredup pada era Kesultanan Demak.
    “Tradisi ini adalah cerminan hubungan spiritual manusia dengan alam dan Tuhannya, sekaligus pengingat agar manusia menjaga keseimbangan hidup,” ujarnya.
    Meski zaman berubah, tradisi Mahesa Lawung tetap lestari sebagai warisan budaya takbenda Keraton Surakarta.
    Upacara ini bukan sekadar ritual, melainkan refleksi moral bahwa kejahatan tidak selalu datang dari luar, melainkan bisa tumbuh di dalam diri manusia sendiri.
    Melalui simbol penguburan kepala kerbau, manusia diajak untuk menanggalkan sifat buruk dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keseimbangan antara kehidupan spiritual, sosial, dan ekologis.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menag Mau Bikin OJK Syariah, Rp 1.000 T Dana Umat Tak Lagi Bebas Dipakai

    Menag Mau Bikin OJK Syariah, Rp 1.000 T Dana Umat Tak Lagi Bebas Dipakai

    Jakarta

    Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, berkeinginan membentuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK) versi syariah untuk mengatur penggunaan dana umat Islam. Dana umat ini punya potensi besar dan belum tergarap dengan baik.

    Nasaruddin menyebut, potensi dana umat sekitar Rp 1000 triliun per tahun. Selain itu, Indonesia menjadi negara dengan penduduk islam terbesar di dunia, yakni sekitar 2 juta penduduk.

    Dana umat ini bersumber dari zakat, wakaf, infaq jariyah, sedekah, jaminan produk halal, hingga Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), termasuk instrumen investasi syariah seperti sukuk. Menurutnya, pengelolaan ini harus diawasi ketat melalui lembaga semacam OJK.

    “Nah itu kalau ini kita kelola, mungkin juga nanti ada semacam (lembaga) supaya nanti kontrol keuangannya itu bisa diatur sedemikian rupa. Kita pengin, saya membayangkan nanti kita akan memiliki semacam OJK syariah,” ungkap Nasaruddin dalam sambutannya di acara Peluncuran Produk Wakaf Berbasis Saham, dikutip dari YouTube Indonesia Stock Exchange, Sabtu (18/10/2025).

    Dengan kehadiran OJK syariah ini, terang Nasaruddin, lembaga pengelola dana umat seperti Baznas tidak dapat seenaknya menggunakan dana yang ada. Ia menyebut, OJK syariah ini dapat mengoptimalkan kelolaan dana umat yang hingga kini belum tergarap.

    “Nah kalo ini diatur dalam satu OJK syariah maka pundi umat sekitar Rp 1000 triliun per tahun ini, bukan main. Luar biasa, ini harta karun yang belum tergarap ini. Jangan-jangan ini hampir sama nilainya dengan pajak-pajak yang kita kembangkan ke yang diefektifkan pemerintah saat ini,” terangnya.

    Nasaruddin menyebut, dana umat yang dikelola secara baik dapat mengentaskan kemiskinan dari RI. Ia menerangkan, 20 juta penduduk dengan status miskin mutlak membutuhkan dana bantuan sekitar Rp 20 miliar. Dana umat yang dikelola Baznas diklaim dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

    “20 juta orang miskin mutlak dibutuhkan Rp 20 miliar untuk membebaskan mereka. Separuh dana baznas saja mereka sudah bisa selesai. Nah ini kalau kita kumpulkan semuanya itu amat dahsyat,” jelasnya.

    Saat ini, Kementerian Agama (Kemenag) sendiri telah mendapat restu untuk membentuk sebuah lembaga khusus yang mengelola dana umat. Bahkan, Presiden Prabowo Subianto sendiri yang memberinya nama, yakni Lembaga Pemberdayaan Dana Umat (LPDU).

    Berdasarkan survei, Nasaruddin menambahkan, potensi zakat di Indonesia mencapai Rp 327 triliun sementara yang dikumpulkan Baznas sebesar Rp 41 triliun. Kemudian, dari wakaf sebesar Rp 140 triliun, kurban Rp 180 triliun, fidyah dan kafarat masing-masing Rp 500 miliar dan Rp 660 miliar.

    Selain itu, potensi aqiqah Rp 10 triliun, pemberian uang pengganti perceraian atau iwad Rp 3,5 triliun, hingga luqathah atau tanah yang jatuh ke baitulmal sebesar sekitar Rp 20 triliun.

    “Kalau ini semuanya dikelola oleh lembaga khusus, kami tantang kepada Bapak Presiden waktu beliau membayar zakat, ‘Pak, pundi-pundi yang bisa kita peroleh itu hampir sama dengan pajak’. Pajak tahun lalu itu Rp 1.200 triliun. Nah kalau pundi-pundi ini diefektifkan, dioptimalkan itu bisa Rp 1,1 triliun. Kaget beliau. 50% saja berarti dana yang bisa kita peroleh dari pundi-pundi umat islam saja, belum katolik, protestan, hindu, itu lebih besar lagi,” pungkasnya.

    (fdl/fdl)

  • Ribuan Muslim India Ditangkap karena Nyatakan ‘I Love Muhammad’

    Ribuan Muslim India Ditangkap karena Nyatakan ‘I Love Muhammad’

    GELORA.CO – Aparat keamanan di India sebulan belakangan melakukan penangkapan dan penuntutan besar-besaran terkait penggunaan tulisan “Aku Cinta Muhammad” oleh umat Islam di sana.  Beberapa rumah mereka telah dibuldoser. Lebih dari 2.500 orang telah didakwa sementara penangkapan memicu protes yang lebih luas.

    Selama sebulan terakhir, polisi India menggerebek beberapa pasar dan rumah, menangkap pria Muslim di negara bagian yang diperintah oleh partai nasionalis Hindu pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi. Asal muasal dugaan kejahatan mereka umumnya adalah  tulisan “Aku Cinta Muhammad”, yang mengacu pada Nabi Muhammad, di poster, kaos, atau di postingan media sosial. 

    Aljazirah melaporkan, pihak berwenang mengatakan ekspresi tersebut mengancam “ketertiban umum”. Sejauh ini, setidaknya 22 kasus telah dilaporkan terhadap lebih dari 2.500 umat Islam. Setidaknya 40 orang telah ditangkap di berbagai negara bagian yang diperintah oleh Partai Bharatiya Janata (BJP), menurut Asosiasi Perlindungan Hak Sipil (APCR) nirlaba.

    Pada 4 September, umat Islam yang tinggal di kota Kanpur di negara bagian Uttar Pradesh di India sedang merayakan Maulid Nabi dan lingkungan tertentu memasang papan lampu bertuliskan, “I Love  Muhammad” alias “Aku Cinta Muhammad”.

    Tulisan di papan tersebut, yang meniru papan tanda populer “I Love New York”, menuai kritik dari beberapa umat Hindu setempat. Awalnya, pengaduan mereka menyatakan bahwa papan yang menyala tersebut merupakan bentuk baru dari perayaan tradisional, padahal undang-undang di Uttar Pradesh melarang penambahan baru pada perayaan keagamaan publik. Sekitar 20 persen penduduk Kanpur adalah Muslim.

    Lini Masa Diskriminasi di India

    Berdasarkan pengaduan, polisi mengajukan kasus terhadap dua puluhan orang dengan tuduhan yang jauh lebih serius: mendorong permusuhan atas dasar agama. Tuduhan tersebut membawa hukuman hingga lima tahun penjara jika terdakwa terbukti bersalah.

    Peristiwa di Kanpur menuai kritik luas dari para pemimpin politik Muslim, dan protes terhadap tindakan polisi menyebar ke negara bagian lain, termasuk Telangana di India selatan, Gujarat dan Maharashtra di barat, dan di Uttarakhand serta Jammu dan Kashmir di utara. Penggunaan tulisan “Aku Cinta Muhammad” itu kemudian menyebar di seluruh negeri – mulai dari media sosial hingga kaos.

    Hampir 270 km jauhnya dari Kanpur, di Bareilly, Uttar Pradesh, sekelompok orang berpartisipasi dalam demonstrasi yang diserukan oleh seorang imam setempat menentang penangkapan di Kanpur. Mereka bentrok dengan polisi pada tanggal 26 September.

    Polisi membalas dengan tindakan keras, menangkap 75 orang, termasuk imam, Tauqeer Raza, kerabatnya dan para pembantunya. Setidaknya empat bangunan milik para tersangka dibuldoser oleh pihak berwenang setempat.

    Dalam beberapa tahun terakhir, ratusan warga Muslim India kehilangan rumah mereka akibat pembongkaran tersebut, yang seringkali dilakukan tanpa pemberitahuan apapun dari pihak berwenang, atau perintah pengadilan. Mahkamah Agung India telah mengamati bahwa pembongkaran tidak dapat digunakan sebagai bentuk hukuman di luar hukum, dan memperingatkan bahwa otoritas negara harus memberikan pemberitahuan terlebih dahulu sebelum menghancurkan properti apa pun. Namun, di lapangan, perintah tersebut seringkali tidak dipatuhi, kata para aktivis.

    Sementara itu, puluhan Muslim lainnya ditangkap di berbagai negara bagian – termasuk beberapa di negara bagian Gujarat, tempat asal Modi – karena unggahan di media sosial dan video yang mengusung slogan “Aku Cinta Muhammad”.

    Konstitusi India menjamin kebebasan beragama dan hak untuk mengekspresikannya. Pasal 25 melindungi kebebasan setiap individu untuk menjalankan agamanya. Warga negara juga dilindungi berdasarkan Pasal 19(1)(a), yang menjamin hak atas kebebasan berbicara dan berekspresi, kecuali hal tersebut secara langsung memicu kekerasan atau kebencian.

    Polisi sebagian besar mendakwa mereka yang ditangkap berdasarkan ketentuan hukum yang melarang pertemuan besar yang bertujuan untuk melakukan “kerusakan”, atau tindakan yang diduga memicu ketegangan agama. Namun, ketentuan ini telah diterapkan terhadap mereka yang ditangkap karena postingan di media sosial, atau mengenakan kaos bertuliskan “I Love Muhammad”.

    Nadeem Khan, koordinator nasional APCR, organisasi nirlaba yang melacak kasus-kasus ini, telah mengajukan tuntutan hukum sebelumnya terhadap pejabat pemerintah karena juga menargetkan umat Islam untuk berekspresi di media sosial, atau ketika rumah mereka dibuldoser.

    Khan mengatakan kepada aljazirah bahwa pihak berwenang dengan hati-hati menggunakan ketentuan hukum yang tidak berfokus pada ekspresi “I Love Muhammad” itu sendiri, namun pada dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan ekspresi tersebut atau memprotes tindakan keras polisi terkait.

    “Mereka tahu bahwa tidak ada undang-undang yang mengkriminalisasi ungkapan ‘I Love Muhammad’,” kata Khan.

    Khan mencatat bahwa di seluruh India, gambar dewa Hindu yang memegang senjata tradisional sudah lama menjadi hal yang lumrah. “Gambar-gambar ini ada di setiap sudut negara; apakah itu juga harus menyinggung atau mengancam seluruh umat Islam?” dia bertanya. “Semua orang harus memahami bahwa pemerintah tidak bisa mengkriminalisasi agama seperti ini,” tambahnya mengacu pada Islam.

    Sejak 2014, ketika Modi mengambil alih kekuasaan di New Delhi, India secara konsisten merosot dalam sejumlah indeks demokrasi internasional. Kriminalisasi hak masyarakat atas kebebasan berekspresi dan keyakinan beragama merupakan preseden yang sangat meresahkan, kata Aakar Patel, ketua dewan Amnesty International India.

    “Menargetkan orang-orang dengan slogan seperti ‘I Love Muhammad’’, yang bersifat damai dan tanpa hasutan atau ancaman apa pun, tidak memenuhi ambang batas pembatasan pidana baik berdasarkan hukum konstitusi India atau hukum hak asasi manusia internasional,” kata Patel kepada Aljazirah.

  • SPBU di Negara Ini Kena Komplain gara-gara Bensin Campur Etanol, Kok Bisa?

    SPBU di Negara Ini Kena Komplain gara-gara Bensin Campur Etanol, Kok Bisa?

    Jakarta

    Pemilik SPBU di India meminta kepada perusahaan migas untuk menyediakan bahan bakar tanpa campuran etanol di bulan-bulan musim hujan. Sebab, mereka banyak menerima komplain dari pelanggannya terkait dengan bahan bakar campur etanol.

    Dikutip media lokal India, Cartoq dari The Hindu, keluhan terhadap bahan bakar campuran etanol dari pengguna kendaraan meningkat di sana. Muncul masalah teknis kendaraan terkait kelembapan yang tinggi selama musim hujan.

    Masalah ini menjadi lebih kompleks di daerah pesisir yang lembap, kelembapan atmosfer menyebabkan etanol menyerap air dari udara sekitarnya. Ketika etanol mencapai titik jenuhnya, ia terpisah dari bensin, menciptakan lapisan-lapisan air, etanol, dan minyak bumi yang berbeda di dalam tangki bahan bakar. Pemilik SPBU di India menyaksikan fenomena pemisahan lapisan tersebut secara langsung ketika bahan bakar terpapar udara terbuka selama musim hujan.

    Diketahui, etanol mudah menarik dan menyerap kelembapan dari lingkungan yang lembap. Sifat higroskopis pada etanol ini menjadi tantangan di musim hujan.

    Pada suhu 60 derajat Fahrenheit atau 15,5 derajat Celcius, campuran E10 standar dapat menyerap hingga 0,5 persen kadar air sebelum terjadi pemisahan fase. Namun, toleransi ini menurun secara signifikan seiring penurunan suhu, yang memperburuk situasi selama periode musim hujan yang lebih dingin di negara tersebut.

    Di wilayah pesisir dengan tingkat kelembapan yang tetap tinggi, bahan bakar yang disimpan dalam tangki bawah tanah mengalami masuknya kelembapan secara terus-menerus meskipun sistem penyimpanannya tertutup rapat.

    Cartoq melaporkan, kandungan air yang dihasilkan tidak hanya menurunkan kualitas bahan bakar. Masalah itu bahkan menciptakan serangkaian masalah teknis pada kendaraan konsumen yang membuat pemilik SPBU menghadapi komplain dari pelanggan.

    Pemilik SPBU melaporkan menerima banyak keluhan terkait kerusakan mesin, masalah penguapan bahan bakar, dan kontaminasi air, terutama dengan campuran etanol yang lebih tinggi.

    Pihak SPBU Minta Pasokan Bensin Tanpa Etanol

    Masalah kelembapan ini sangat bervariasi tergantung lokasi geografis dan kondisi iklim setempat. SPBU di Gujarat Selatan menyurati Kementerian Perminyakan dan Gas Alam untuk meminta pengecualian mandat bensin etanol 20 persen, paling tidak selama musim hujan. Mereka berpendapat bahwa dengan etanol 15 persen saja, keluhan tentang kerusakan mesin dan kontaminasi bahan bakar meningkat secara signifikan selama musim hujan dengan kelembapan tinggi.

    Chennai dan wilayah pesisir lainnya mengalami tantangan serupa. SPBU di sana mencari alternatif bahan bakar tanpa campuran etanol selama bulan-bulan musim hujan.

    (rgr/din)

  • Jelang HUT ke-80 TNI, Panglima Gelar Doa Bersama dengan Tokoh Lintas Agama

    Jelang HUT ke-80 TNI, Panglima Gelar Doa Bersama dengan Tokoh Lintas Agama

    Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang HUT ke-80, Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah menggelar doa bersama lintas agama di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat, pada Sabtu (4/10/2025).

    Berdasarkan pantauan Bisnis di lokasi, acar doa bersama ini dihadiri oleh sejumlah Jenderal TNI. Misalnya Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto dan wakilnya Jenderal Tandyo Budi Revita.

    Selain itu, kepala staff dari tiga marka TNI mulai dari Kepala Staff TNI Angkatan Darat (KSAD); Jenderal Maruli Simanjuntak; Kepala Staff TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Mohammad Tonny Harjono; dan Kepala Staf AU (KSAU) Laksamana TNI Muhammad Ali.

    Kemudian, doa bersama ini dipimpin oleh enam tokoh agama seperti Ustad Adi Hidayat, Ustad Yusuf Aman, Romo Yos Bintoro, PR Pendeta Arlyanus Larosa, Pinandita Astono Chandra Dana, KRT Asun Gotama dan JS Ruysya Supit.

    Selain itu turut hadir juga Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin serta Wamenhan Donny Ermawan Taufanto.

    Adapun, kegiatan ini diikuti oleh 7.800 peserta yang terdiri atas prajurit dan PNS TNI, anak yatim, Banser, Kokam, serta perwakilan pemuda dari berbagai agama, yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.

    “Doa bersama dilaksanakan oleh tokoh agama dari semua agama hadir tadi. Kemudian juga seluruh elemen masyarakat, kemudian juga anak yatim sekaligus kita memberikan santunan kepada anak yatim,” ujar Jenderal Agus usai doa bersama, Sabtu (4/10/2025).