Bisnis.com, JAKARTA – Warga di Cikini dikejutkan dengan munculnya hujan es hari ini sore tadi pukul 15.00 WIB.
Kemunculan hujan es tersebut dibenarkan oleh BMKG.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan benar, sore ini terjadi hujan es di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.
Dia mengatakan fenomena ini sempat mengejutkan warga karena cukup jarang terjadi di Jakarta.
“Menurut laporan warga dan video yang beredar, hujan deras disertai angin kencang turun sekitar pukul 15.05 WIB, dan selama sekitar satu menit terlihat butiran es kecil seperti kerikil jatuh bersama hujan,” ujarnya saat dikonfirmasi Bisnis.
BMKG menjelaskan bahwa hujan es bisa terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, terutama saat masa peralihan musim (pancaroba). Kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan Comulonimbus awan hujan yang sangat tinggi dan padat dapat menyebabkan terbentuknya butiran es di lapisan atas atmosfer yang kemudian jatuh ke permukaan.
“Jadi, ini bukan hujan biasa, melainkan fenomena hujan es yang memang bisa terjadi secara lokal dan singkat saat cuaca ekstrem, Kondisi awannya seperti dibawah ini,” tambahnya.
Berikut alasan munculnya hujan es di Cikini tersebut
– Hujan es bisa terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, terutama saat *masa peralihan musim* atau *pancaroba*.
– Kondisi atmosfer saat itu mendukung terbentuknya **awan Cumulonimbus (Cb)**—jenis awan hujan yang sangat tinggi dan padat.
– Di lapisan atas awan ini, suhu bisa mencapai **-55°C**, cukup dingin untuk membentuk **butiran es kecil**.
– Butiran es tersebut kemudian jatuh ke permukaan bersama hujan deras dan angin kencang.
BMKG mendeteksi fenomena ini lewat radar cuaca, yang menunjukkan area reflektivitas tinggi (50–55 dBZ), menandakan adanya presipitasi padat seperti es.
Guswanto mengatakan fenomena ini bisa saja terjadi di wilayah lainnya, terutama saat musim pancaroba.
Pantulan dari Presipitasi:
Gelombang ini memantul kembali dari partikel presipitasi (tetesan air, kristal es, dll.) di atmosfer. Reflektivitas radar adalah ukuran kekuatan sinyal yang dipantulkan kembali ke radar oleh presipitasi (hujan, salju, es) dan dinyatakan dalam unit desibel reflektivitas (dBZ). Semakin merah berarti suhu puncak awan sudah bisa mencapai -55 derajat Celcius, dan ini sudah berupa butiran es.
