Ada 1.531 ODGJ Magetan, Ini Mayoritas Penyebabnya

Ada 1.531 ODGJ Magetan, Ini Mayoritas Penyebabnya

Magetan (beritajatim.com) – Kesehatan jiwa menjadi perhatian serius di Kabupaten Magetan. Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan tahun 2024, jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) berat mencapai 1.531 kasus. Selain itu, terdapat 750 kasus depresi, 1.132 kasus gangguan cemas, serta 774 kasus campuran antara depresi dan cemas. Angka ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental di Magetan masih tinggi dan memerlukan penanganan serius.

“Ini data tahun 2024 mbak, untuk ODGJ berat 1531. Yang depresi 750, cemas 1132, campuran depresi cemas 774, kasus pasung 11,” jelas Rizki Dian Puspitasari, S.Kep.Ns, Penanggung Jawab Program Kesehatan Jiwa Nazpa Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan.

Jika dibandingkan dengan tahun 2023, terdapat perubahan signifikan pada pola kasus. Tahun sebelumnya, tercatat 1.597 kasus ODGJ berat, 279 kasus depresi, 1.541 kasus cemas, serta 349 kasus campuran depresi dan cemas. Terlihat bahwa tahun ini terjadi peningkatan pada kasus depresi dan campuran, meski jumlah ODGJ berat sedikit menurun.

Perubahan juga terjadi pada profil demografis penderita. “Untuk 2023 didominasi perempuan, 2024 laki-laki,” ujar Rizki.

Ia juga menyampaikan bahwa kasus pemasungan masih terjadi, dengan jumlah 11 kasus pada tahun ini. “Kasus pasung terbanyak Sukomoro, Lembeyan. Gorang Gareng, Taji ada 2 kasus pasung,” lanjutnya.

Penyebab gangguan kesehatan jiwa, menurut Rizki, sangat kompleks. “Penyebabnya banyak faktor, bisa ekonomi dan sosial,” ungkapnya.

Dalam menghadapi tingginya kasus kesehatan jiwa ini, Dinas Kesehatan Magetan telah melakukan berbagai upaya. Layanan kesehatan jiwa kini tersedia di 22 puskesmas yang tersebar di seluruh kabupaten. Layanan ini mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif, dengan tujuan memberikan penanganan yang lebih komprehensif kepada masyarakat.

Meskipun belum tersedia data rinci mengenai pasien rawat inap di RSUD dr. Sayidiman, Dinas Kesehatan terus berupaya untuk memperbaiki sistem pencatatan dan pemantauan kasus agar intervensi yang dilakukan lebih tepat sasaran. [fiq/aje]