JAKARTA – Debut kurang meyakinkan pelatih Sergio Conceicao di Serie A Italia saat AC Milan gagal menang dan hanya mampu bermain imbang 1-1 melawan Cagliari dalam duel di Stadion San Siro, Minggu, 12 Januari 2025 dini hari WIB. Kesal dengan timnya, Conceicao sampai menyebut penampilan Milan sebagai terburuk sepanjang dia menjadi pelatih.
Lupakan Conceicao yang menari gembira sambil mengisap cerutu di ruang ganti usai membawa Milan menjadi juara di Supercoppa Italiana atau Piala Super Italia. Pelatih asal Portugal yang direkrut menggantikan kompatriot Paulo Fonseca memang melakukan debut gemilang.
Conceicao membawa Milan menaklukkan Juventus 2-1 di semifinal Supercoppa. Selanjutnya di final, Rossoneri bangkit dan ketertinggalan dengan menghajar Inter Milan, rival satu kota, yang pernah diperkuat Conceicao semasa menjadi pemain. Dalam Derby della Madonnina itu, Milan menang 3-2.
Pencapaian mengesankan eks pelatih Porto ini karena langsung membawa tim menjadi juara dalam debut. Apalagi, Rafael Leao dkk menghabisi tim-tim kuat di Serie A.
Namun saat mengarungi laga perdana di kompetisi domestik, Conceicao justru menuai hasil tak memuaskan. Lebih mengecewakan lagi, Milan hanya mampu bermain imbang di hadapan pendukung sendiri saat melawan tim yang berada di zona degradasi.
“Saya sungguh berharap ada perbaikan di setiap area. Apalagi kami sesungguhnya memiliki skuad yang berkualitas. Jujur, di babak pertama merupakan penampilan terburuk dari sebuah tim selama 13 tahun saya menjadi pelatih,” kata Conceicao seperti dikutip Football Italia.
“Sama sekali tidak ada gairah dalam bermain. Mereka bermain dengan tempo yang sangat lambat. Sementara, Cagliari memperkuat sektor pertahanan dengan menumpuk pemain. Itu memang strategi mereka. Kami seharusnya sudah lebih siap saat menghadapi situasi seperti itu. Kami tidak cukup cerdas untuk mengatasinya,” ujar dia lagi.
Menurut Conceicao, penampilan Milan sudah lebih baik di babak kedua. Meski demikian, dia mengakui banyak pembenahan yang harus dilakukan.
“Di babak kedua, penampilan tim sudah lebih baik. Kami melepaskan 25 tendangan ke gawang. Namun Cagliari mulai membuang-buang waktu. Saya tahu itu strategi yang biasa dilakukan di Italia. Bagi saya itu tak masalah meski wsit seharusnya menambah lima menit lagi di tambahan waktu,” ucapnya.
“Namun itu bukan untuk mencari alasan saja, terutama setelah kami sukses di Supercoppa. Tetapi kami seharusnya meraih hasil lebih baik. Tampaknya ada banyak hal yang tak bisa diabaikan dan harus diperbaiki,” kata eks pemain timnas Portugal ini.
Di laga itu, Milan sepenuhnya mendominasi atas Cagliari. Di babak pertama, mereka unggul dalam penguasaan bola. Namun tidak ada gol yang tercipta.
Milan baru bisa membobol gawang Cagliari di babak kedua. Sriker Alvaro Morata berhasil memecah kebuntuan setelah mencetak gol di menit 51.
Namun keunggulan 1-0 Milan tak bertahan lama. Bek Nadir Zortea menyamakan skor setelah bola tendangannya dari luar kotak penalti gagal diselamatkan kiper Mike Maignan. Skor 1-1 bertahan hingga laga usai.
Hasil imbang itu tak mengubah posisi Milan yang berada di papan tengah. Mereka menempati peringkat delapan dengan poin 28. Sama dengan Bologna, namun Milan masih kalah selisih gol.
Sementara, Cagliari belum beranjak dari zona degradasi. Mereka berada di posisi 18 atau tiga strip dari bawah dengan poin 18. Masih terpaut satu poin dengan Parma, Como 1907 dan Verona.