Bisnis.com, JAKARTA — Pabrikan China menunjukkan pemulihan setelah kontraksi 8 bulan beruntun. Kondisi ini membawa keyakinan baru bagi Presiden China Xi Jinping yang menargetkan pertumbuhan China 5% pada tahun ini.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (31/12/2025), Presiden Xi menyebut perekonomian negaranya berada di jalur yang tepat. Terlebih, data terbaru manufaktur China yang menunjukkan pemulihan.
Data pemerintah yang dirilis sebelumnya menunjukkan indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur naik menjadi 50,1 pada Desember dari 49,2 pada November, sekaligus mengakhiri 8 bulan berturut-turut fase kontraksi.
Pemulihan tersebut juga tercermin dalam survei sektor swasta yang mencatat PMI kembali berada di atas level 50, ambang batas yang menandai ekspansi aktivitas industri.
Dalam pidatonya di hadapan badan penasihat politik tertinggi China pada malam Tahun Baru, Xi menegaskan bahwa ekonomi nasional tetap tangguh meski menghadapi berbagai tantangan domestik dan global.
Pernyataan optimistis itu diperkuat oleh rilis data resmi yang menunjukkan aktivitas pabrik China kembali berekspansi untuk pertama kalinya dalam sembilan bulan terakhir.
“Ekonomi Tiongkok telah maju pesat di bawah tekanan, berkembang menuju hal-hal baru dan unggul sambil menunjukkan ketahanan dan vitalitas yang kuat. Kita telah berhasil mencapai target pembangunan ekonomi dan sosial utama kita,” kata Xi dikutip dari kantor berita Xinhua.
Meski pemulihan PMI manufaktur dinilai masih terbatas, data tersebut mendukung strategi Beijing yang memilih pendekatan bertahap dalam menopang ekonomi, sekaligus menghindari stimulus besar-besaran yang selama ini banyak disuarakan analis global.
Kepala Ekonomi China di Macquarie Group Larry Hu mengatakan, dalam jangka pendek karena permintaan eksternal yang kuat, para pembuat kebijakan tidak menunjukkan urgensi untuk meningkatkan stimulus.
“Tetapi jika ekspor melambat tajam, Beijing akan meluncurkan stimulus domestik yang lebih besar untuk mengisi kesenjangan tersebut,” ujar Larry.
Optimisme pasar terhadap data ekonomi turut memengaruhi pergerakan aset keuangan. Kontrak berjangka obligasi pemerintah China tenor 30 tahun tercatat turun hingga 0,8%, sementara imbal hasilnya naik karena investor mulai meninggalkan aset aman.
Pemulihan manufaktur ini beriringan dengan sejumlah kebijakan baru yang diumumkan pemerintah untuk memperkuat awal tahun, sekaligus mencerminkan preferensi otoritas terhadap stimulus yang terukur.
Pemerintah China mengumumkan subsidi konsumen awal sebesar 62,5 miliar yuan atau sekitar US$8,9 miliar untuk tahun 2026, termasuk perpanjangan program tukar tambah kendaraan listrik dan produk elektronik, serta kelanjutan insentif pajak penjualan rumah bagi pemilik properti jangka panjang.
Selain itu, dana awal sebesar 295 miliar yuan juga disiapkan untuk mendukung proyek-proyek strategis pada 2026, meskipun skala kebijakan ini masih relatif kecil dibandingkan paket stimulus tahun sebelumnya.
Data terbaru ini dinilai memberi keyakinan tambahan bagi pembuat kebijakan bahwa langkah yang ditempuh sejauh ini sudah cukup menjaga stabilitas ekonomi.
“Produksi dan permintaan keduanya telah meningkat secara signifikan,” kata Huo Lihui, seorang ahli statistik di Biro Statistik Nasional, seraya menegaskan bahwa dukungan ke depan akan tetap diarahkan pada sektor-sektor berkualitas tinggi, khususnya manufaktur teknologi maju.
