John Petrucci Ungkap Pentingnya Peran Penggemar dalam 40 Tahun Perjalanan Dream Theater

John Petrucci Ungkap Pentingnya Peran Penggemar dalam 40 Tahun Perjalanan Dream Theater

JAKARTA – John Petrucci kembali menegaskan betapa krusialnya peran penggemar dalam perjalanan panjang Dream Theater sebagai sebuah band.

Saat tampil sebagai tamu dalam episode terbaru podcast Guitar Hang milik Jon Stankorb, Petrucci membagikan refleksi mendalam mengenai tanggung jawab moral seorang musisi serta filosofi hubungan antara band dan audiens yang telah mendukung mereka selama empat dekade terakhir.

Petrucci menjelaskan, pandangannya mengenai relasi penggemar dan band banyak dipengaruhi oleh grup-grup besar dunia yang ia kagumi saat masih muda.

“Sebagai anak-anak, band (seperti) Iron Maiden dan Metallica, mereka adalah band-band yang mencontohkan betapa pentingnya hubungan penggemar-band. Setiap kali kami melihat mereka di atas panggung atau kami menonton video langsung mereka, apa pun itu, Anda akan melihat mereka berinteraksi dan selalu meluangkan waktu untuk terhubung dengan para penggemar. Jadi, itulah yang kami pelajari, seperti, itulah cara yang normal; begitulah cara Anda melakukannya,” kata Petrucci.

Lebih lanjut, gitaris yang dikenal dengan permainannya yang presisi itu mengakui bahwa Dream Theater tidak pernah memainkan jenis musik yang bisa meraih sukses secara instan atau komersial di arus utama.

Menurutnya, eksistensi mereka justru banyak menghadapi tantangan karena kompleksitas komposisinya.

Ia menekankan, keberhasilan mereka bertransformasi dari bermain di klab kecil hingga mampu memenuhi kapasitas O2 Arena adalah murni karena kekuatan penampilan langsung dan konsistensi kreatif yang dihargai oleh para penggemar.

“Faktanya adalah kami membangun karier kami benar-benar atas kekuatan pertunjukan langsung dan bekerja keras serta konsisten secara kreatif, itu membuat Anda menghargai hubungan dengan para penggemar karena merekalah alasan mengapa ini berkembang, mengapa kami beralih dari Marquee di London ke O2 Arena. Mereka adalah alasan kami bisa melakukan hal-hal ini,” tutur gitaris 58 tahun itu.

“Jadi Anda tidak boleh melupakan hal itu. Ini adalah hubungan yang sangat penting. Dan menurut saya, perspektif terbaik, cara untuk melihatnya, setidaknya cara saya melakukannya, adalah kita berada di dalamnya bersama-sama. Ini bukan seperti ‘kami dan mereka’. Saya selalu membenci hal itu. Hanya karena kami berdiri lebih tinggi di atas panggung—kami hanyalah musisi,” tambahnya.

Momentum kedekatan ini semakin terasa spesial seiring dengan kembalinya penabuh drum sekaligus pendiri band, Mike Portnoy, ke dalam formasi Dream Theater setelah hengkang selama 13 tahun.

Kembalinya Portnoy pada Oktober 2023 memicu antusiasme global yang luar biasa. Dream Theater sendiri telah memulai babak baru dengan merilis album “Parasomnia” pada 7 Februari lalu. Album berisi delapan lagu dengan total durasi 71 menit itu direkam di studio milik mereka di Long Island, New York, dan diproduseri langsung oleh Petrucci dengan sentuhan mixing dari Andy Sneap.

Sebagai bagian dari perayaan kembalinya Portnoy dan peluncuran album baru, Dream Theater menjadwalkan tur musim semi 2026 di Amerika Latin dengan tajuk “An Evening With Dream Theater”.

Dalam rangkaian tur tersebut, raksasa metal progresif itu berencana membawakan album “Parasomnia” secara keseluruhan, serta menampilkan mahakarya tujuh bagian “A Change Of Seasons” secara utuh untuk pertama kalinya sejak Portnoy kembali bergabung.

Tur ini juga menjadi perayaan 40 tahun perjalanan karier mereka sejak pertama kali dibentuk sebagai Majesty pada tahun 1985 oleh Portnoy, Petrucci, dan John Myung di Berklee College Of Music.