Bagaimana Bisa 68 Anak Indonesia Terpapar White Supremacy Neo-Nazi? Nasional 31 Desember 2025

Bagaimana Bisa 68 Anak Indonesia Terpapar White Supremacy Neo-Nazi?
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        31 Desember 2025

Bagaimana Bisa 68 Anak Indonesia Terpapar White Supremacy Neo-Nazi?
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Polisi mengungkap ada puluhan anak Indonesia terpapar ideologi neo-Nazi dan supremasi ras kulit putih atau
white supremacy
. Bagaimana bisa?
Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim)
Polri
Komjen Syahardiantono mengatakan ada 68 anak yang terpapar ideologi tersebut.
Mereka terpapar ideologi
ekstrem kanan
tersebut melalui grup daring (online) bernama True Crime Community (TCC).
“Penanganan 68 anak di 18 provinsi yang terpapar ideologi ekstrem melalui grup TCC, seperti
neo-Nazi
dan
White Supremacy
,” kata Syahar dalam Rilis Akhir Tahun 2025 Polri di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (30/12/2025).
Juru Bicara Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, AKBP Mayndra Eka Wardhana, mengatakan anak-anak Indonesia itu bisa terpapar ideologi fasis tersebut karena anak-anak ini juga mengakses gim daring berbasis kekerasan.
“Terpapar dari berbagai platform yang beraliran TCC, gim daring berbasis kekerasan (gore),” ucap Mayndra kepada
Kompas.com
.
AKBP Mayndra menjelaskan, ideologi neo-Nazi dan white supremacy itu hanya menjadi alasan saja bagi anak-anak itu untuk melakukan kekerasan.
“Berdasarkan interogasi yang dilakukan oleh tim, mereka mengaku bahwa paham-paham tersebut hanya sebagai legitimasi tindakan yang mereka lakukan dalam melampiaskan dendam atau ketidaksukaan, ataupun melampiaskan kekerasan,” ujar Mayndra.
Anak-anak ini juga memiliki senjata yang dibeli secara daring. Ternyata, itu hanya senjata mainan.
“Senjata mainan dan pisau kebanyakan dari pembelian daring,” imbuh Mayndra.
Berdasarkan catatan
Kompas.com
, grup daring TCC juga disebut polisi dalam peristiwa ledakan SMAN 72 Jakarta pada 7 November 2025 lalu.
Pelaku yang juga siswa sekolah tersebut disebut polisi mengakses grup TCC sebelum melakukan perbuatannya.
Temuan tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa pelaku terpapar memetic violence atau kekerasan berbasis peniruan alias kekerasan mimesis.
“Jadi dia lebih kepada meniru ide atau perilaku. Ya, contohnya, kalau di SMA 72 diketahui Densus juga mengakses grupnya yang namanya TCC, True Crime Community,” kata Kepala BNPT Eddy Hartono dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, 18 November 2025 lalu.
Polisi menilai peristiwa ledakan itu lebih dipengaruhi faktor psikologis dan sosial ketimbang ideologi ekstrem.
“Pelaku melakukan aksi karena menjadi korban bullying dari rekannya dan meniru pelaku penembakan massal di luar negeri sebagai metode untuk melakukan aksi balas dendam dan bukan melakukan aksi karena keyakinan atas salah satu paham atau ideologi,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, 18 November 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.