JAKARTA – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyebut Indonesia berhasil melewati fenomena kerusuhan yang terjadi pada akhir Agustus 2025, yang kerap disebut sebagai “Agustus Kelabu”. Menurutnya, kondisi tersebut sejajar dengan gelombang kerusuhan yang terjadi di sejumlah negara lain.
Hal itu disampaikan Kapolri dalam acara Rilis Akhir Tahun 2025 yang digelar di Gedung Rupatama Mabes Polri, Jakarta, Selasa, 30 Desember 2025.
“Beberapa waktu yang lalu kita, Indonesia, juga mengalami hal yang sama, khususnya pada saat peristiwa di akhir Agustus yang biasa kita sebut dengan “Agustus Kelabu” ataupun “September Gelap”, namun kita semua, Indonesia, mampu melewati seluruh tantangan tersebut sehingga peristiwa yang terjadi dapat segera kita atasi,” kata Listyo saat memberikan keterangan, dalam acara RAT Polri 2025.
Listyo menjelaskan, dunia internasional saat itu, juga dihadapkan pada fenomena kerusuhan di berbagai negara dengan dampak serius terhadap keamanan, stabilitas sosial, hingga perekonomian.
Di Nepal, kerusuhan terjadi pada 8–14 September 2025 yang dipicu isu kebencian dan tuntutan antikorupsi. Kondisi tersebut menyebabkan pemerintah setempat membuat kebijakan terhadap sejumlah platform media sosial.
“Berdampak kepada 72 orang meninggal dunia, memunculkan dampak juga di bidang ekonomi, hampir setengah PDB Nepal terdampak, mata uangnya melemah 0,13%, sektor perhotelan, sektor otomotif mengalami kerugian triliunan, dan pertumbuhan ekonomi juga merosot jauh di bawah 1%,” terangnya.
Dari sisi keamanan, sambung Listyo, terjadi berbagai aksi vandalisme, pembakaran, penjarahan, serta menurunnya kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah dan media.
“Dampak keamanan muncul terjadi berbagai macam peristiwa vandalisme, pembakaran, penjarahan, serta munculnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah dan media,” paparnya.
Sementara itu di Myanmar, pada 11 Desember 2025 terjadi kerusuhan akibat meningkatnya operasi perebutan wilayah oleh kelompok perlawanan.
“Terdampak pada Ekonomi, defisit anggaran mencapai 6,9% dari PDB, dan muncul ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah dan negara, serta masyarakat sehingga tidak dapat beraktivitas dengan normal,” imbuhnya
Sementara di Brasil, tepatnya pada 28 Oktober 2025, terjadi baku tembak di Rio de Janeiro antara aparat kepolisian dan kartel narkoba. Peristiwa tersebut mengakibatkan lima petugas dan 121 warga meninggal dunia.
Menurut Listyo kerusuhan itu melumpuhkan aktivitas perekonomian, mengganggu transportasi, memicu pembakaran serta penyerangan kantor polisi, dan menyebabkan runtuhnya kepercayaan masyarakat terhadap negara dan hukum.
“Semua itu menjadi bagian dari tantangan global yang tidak bisa dihindari,” ujarnya.
Kapolri menambahkan, Indonesia juga sempat menghadapi situasi serupa pada akhir Agustus 2025. Namun, berkat kerja keras seluruh pihak, situasi tersebut dapat segera diatasi dan dampak serius berhasil dimitigasi sehingga tidak berkembang seperti yang terjadi di negara lain.
“Stabilitas kamtibmas dapat kita jaga, kondisi keamanan bisa dipulihkan, dan masyarakat kembali beraktivitas secara normal,” pungkasnya.
