Gencatan Cuma Bertahan 2 Hari, Thailand Tuding Kamboja Langgar Kesepakatan

Gencatan Cuma Bertahan 2 Hari, Thailand Tuding Kamboja Langgar Kesepakatan

Bangkok

Militer Thailand menuduh Kamboja melanggar perjanjian gencatan senjata yang baru ditandatangani 2 hari lalu. Thailand menuding Kamboja menerbangkan 250 drone di atas wilayahnya.

Dilansir AFP, Senin (29/12/2025), Thailand dan Kamboja menyepakati gencatan senjata ‘segera’ pada Sabtu (27/12). Kedua negara itu berjanji untuk mengakhiri bentrokan perbatasan yang kembali terjadi dan telah menewaskan puluhan orang serta menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi bulan ini.

Namun, tuduhan baru dari Bangkok dan ancamannya untuk mempertimbangkan kembali pembebasan tentara Kamboja yang ditahan membuat gencatan senjata berkelanjutan diragukan. Militer Thailand mengatakan lebih dari 250 kendaraan udara tak berawak (UAV) terdeteksi terbang dari sisi Kamboja, memasuki wilayah kedaulatan Thailand pada Minggu (28/12) malam.

“Tindakan tersebut merupakan provokasi dan pelanggaran terhadap langkah-langkah yang bertujuan mengurangi ketegangan, yang tidak sesuai dengan Pernyataan Bersama yang disepakati selama pertemuan komite perbatasan bilateral pada hari Sabtu,” ujar pihak Thailand.

Pertempuran yang kembali berkobar bulan ini menyebar ke hampir setiap provinsi perbatasan di kedua sisi. Pertempuran itu merusak gencatan senjata sebelumnya yang diklaim oleh Presiden AS Donald Trump sebagai salah satu pencapaiannya.

Berdasarkan pakta gencatan senjata yang ditandatangani pada Sabtu (27/12), kedua negara sepakat menghentikan tembakan, membekukan pergerakan pasukan, dan bekerja sama dalam upaya pembersihan ranjau serta memerangi kejahatan siber. Mereka juga sepakat untuk mengizinkan warga sipil yang tinggal di daerah perbatasan untuk kembali ke rumah sesegera mungkin.

Sementara, Thailand akan mengembalikan 18 tentara Kamboja yang ditangkap pada bulan Juli dalam waktu 72 jam jika gencatan senjata tersebut tetap berlaku. Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn menggambarkan insiden drone tersebut sebagai ‘masalah kecil terkait dengan drone terbang yang terlihat oleh kedua belah pihak di sepanjang garis perbatasan’.

Dalam pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah Kamboja, dia mengatakan kedua belah pihak telah membahasnya dan sepakat untuk menyelidiki dan menyelesaikannya segera. Namun, juru bicara militer Thailand, Winthai Suvaree, mengatakan aktivitas drone tersebut mencerminkan tindakan provokatif dan sikap bermusuhan Kamboja.

“Militer Thailand mungkin perlu mempertimbangkan kembali keputusannya mengenai pembebasan 18 tentara Kamboja, tergantung pada situasi dan perilaku yang diamati”, ujar Winthai.

Konflik tersebut berakar dari sengketa teritorial atas demarkasi era kolonial di perbatasan Thailand-Kamboja sepanjang 800 kilometer (500 mil). Kedua negara mengklaim reruntuhan kuil berusia berabad-abad.

Halaman 2 dari 2

(haf/dhn)