Bisnis.com, JAKARTA – Laba industri China merosot tajam pada pada November 2025 dan mencatatkan penurunan terdalam dalam lebih dari setahun di tengah lesunya permintaan domestik yang terus membebani pemulihan ekonomi.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional China (NBS) yang dikutip dari Reuters pada Minggu (28/12/2025), laba industri anjlok 13,1% secara year-on-yea (yoy) pada November. Penurunan itu semakin dalam dibandingkan dengan kontraksi 5,5% pada Oktober.
Pelemahan tersebut terjadi meskipun kinerja ekspor barang lebih baik dari perkiraan dan tekanan deflasi di tingkat produsen masih berlanjut, sehingga terus menambah tekanan bagi pembuat kebijakan untuk mengatasi konsumsi rumah tangga yang lemah.
Sepanjang 11 bulan pertama 2025, laba industri tercatat hanya naik 0,1% secara tahunan, melambat dibandingkan pertumbuhan 1,9% pada periode Januari—Oktober. Perlambatan ini antara lain dipicu oleh penurunan tajam 47,3% pada laba sektor pertambangan dan pencucian batu bara.
Kepala Ahli Statistik NBS Yu Weining dalam pernyataannya menyebut bahwa pemulihan profitabilitas industri masih perlu landasan yang lebih kuat. Dia menyoroti tantangan dari kondisi global yang penuh ketidakpastian serta pergeseran struktural industri dari pendorong lama menuju sumber pertumbuhan baru.
Ekonom Senior Economist Intelligence Unit, Xu Tianchen, menilai pelemahan laba industri masih konsisten dengan perlambatan kegiatan ekonomi secara umum pada kuartal IV/2025, terutama akibat lemahnya permintaan dalam negeri. Namun, dia tetap menyimpan optimisme hati-hati.
“Profitabilitas akan membaik melalui ‘anti-involution’ seiring perusahaan mulai mengurangi investasi berlebihan,” ujarnya.
Xu menambahkan, peningkatan laba juga dapat datang dari pasar luar negeri, meski berpotensi mengorbankan pesaing global.
Momentum ekonomi China senilai sekitar US$19 triliun memang melambat menuju akhir tahun, sementara otoritas belum meluncurkan dukungan kebijakan baru.
Pemerintah China diyakini masih melihat peluang untuk mencapai target pertumbuhan sekitar 5% pada 2025, didukung meredanya ketegangan perdagangan dengan AS. Kendati demikian, pelaku pasar memperkirakan stimulus tambahan tetap diperlukan pada tahun depan untuk mengerek permintaan domestik dan pertumbuhan secara keseluruhan.
Rhodium Group memperkirakan ekonomi China hanya tumbuh 2,5%–3% sepanjang 2025, atau sekitar setengah dari proyeksi resmi, terutama akibat anjloknya investasi aset tetap pada paruh kedua tahun ini.
Secara sektoral, industri otomotif mencatatkan kenaikan laba 7,5%, meningkat 3,1 poin persentase dibandingkan periode Januari—Oktober. Sektor manufaktur berteknologi tinggi juga menjadi titik terang dengan pertumbuhan laba 10% yoy, membaik 2 poin persentase dibandingkan 10 bulan pertama tahun ini.
Dalam pertemuan agenda ekonomi awal bulan ini, pembuat kebijakan berjanji mempertahankan kebijakan fiskal yang “proaktif” pada 2026 untuk mendukung konsumsi dan investasi.
Pemerintah China juga kembali menegaskan komitmen mendorong penciptaan lapangan kerja, memperkuat konsumsi rumah tangga, memulihkan harga, dan menstabilkan sektor properti yang masih tertekan.
Data laba industri mencakup perusahaan dengan pendapatan operasional tahunan minimal 20 juta yuan (US$2,85 juta).
