Inflasi RI Diproyeksi Terkendali pada 2026, Ruang Penurunan Suku Bunga Terbuka

Inflasi RI Diproyeksi Terkendali pada 2026, Ruang Penurunan Suku Bunga Terbuka

Bisnis.com, JAKARTA — Laju inflasi Indonesia diperkirakan tetap terkendali sepanjang 2026, sehingga membuka ruang bagi bank sentral untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan suku bunga.

Hal itu diungkapkan Tamara Mast Henderson, ekonom Bloomberg Intelligence, dalam laporannya pada awal pekan ini.

Menurutnya, tekanan harga dari sisi permintaan pada tahun depan masih terbatas, di tengah aktivitas ekonomi yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan signifikan.

Dia juga menilai stabilitas inflasi Indonesia masih terjaga meski terdapat tekanan dari pelemahan nilai tukar rupiah dan dinamika perdagangan global.

“Inflasi Indonesia kemungkinan akan tetap terkendali pada 2026, sehingga membuka ruang bagi bank sentral untuk terus memangkas suku bunga seiring kondisi pasar yang memungkinkan,” tulis Henderson dalam riset BE Primer yang dirilis Senin (22/12/2025).

Bloomberg Intelligence mencatat tekanan inflasi dari sisi permintaan (demand-pull) saat ini relatif lemah. Selain itu, terganggunya perdagangan global akibat penerapan tarif Amerika Serikat dinilai justru meningkatkan risiko dumping, yang pada gilirannya menahan kenaikan harga di dalam negeri.

Namun, sambung dia. tekanan dari sisi nilai tukar tetap perlu diwaspadai. Rupiah tercatat melemah sekitar 3,8% sejak awal tahun (year-to-date). Situasi itu berpotensi mendorong kenaikan harga barang yang diperdagangkan (tradables).

Sepanjang Januari–November 2025, inflasi indeks harga konsumen (IHK) rata-rata tercatat sebesar 1,8%. Angka tersebut berada di jalur untuk mencapai batas bawah sasaran inflasi Bank Indonesia sebesar 1,5%–3,5%. Adapun pada November 2025, inflasi tercatat sebesar 2,7% secara tahunan.

Bloomberg Intelligence memperkirakan inflasi berpotensi menembus batas atas proyeksi pada kuartal I/2026 akibat efek basis harga bahan bakar, kecuali jika kembali terjadi penyesuaian harga. Setelah periode tersebut, inflasi diproyeksikan kembali bergerak ke dalam rentang target bank sentral.

“Efek basis harga bahan bakar kemungkinan akan mendorong inflasi melampaui target pada kuartal I/2026, sebelum kemudian kembali mereda,” tulis Henderson.

Dengan kondisi tersebut, Bloomberg Intelligence menilai ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka, meskipun arah kebijakan Bank Indonesia tetap akan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar dan dinamika pasar keuangan global.