Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia dan Belarus membuka peluang kerja sama di sektor teknologi dan pertanian guna memperkuat ketahanan pangan nasional.
Peluang tersebut dibahas dalam pertemuan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Deputi Perdana Menteri (DPM) Republik Belarus Viktor Karankevich di Jakarta. Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Belarus pada Juli 2025.
“Indonesia membutuhkan dukungan teknologi dan mesin pertanian modern untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Dalam konteks ini, kami melihat Belarus sebagai mitra strategis yang memiliki pengalaman dan kapasitas yang relevan,” ujar Menko Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Airlangga menerangkan bahwa ketahanan pangan menjadi salah satu prioritas utama pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Adapun pemerintah terus mendorong peningkatan produktivitas pertanian melalui pengembangan lumbung pangan (food estate) serta pemanfaatan teknologi dan mekanisasi pertanian modern.
Selain itu, Indonesia juga membuka peluang kerja sama investasi dan joint venture dengan mitra Belarus. Kerja sama tersebut mencakup pengembangan alat dan mesin pertanian, industri alat berat seperti dump truck, serta kerja sama berbasis komoditas karet.
Transformasi digital di sektor pertanian untuk mendorong keterlibatan generasi muda turut menjadi salah satu fokus yang dapat dikembangkan bersama.
Sementara itu, DPM Karankevich menyampaikan bahwa Belarus memiliki pengalaman panjang dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan saat ini telah mengekspor berbagai produk pertanian ke berbagai kawasan dunia.
“Belarus siap dan berkomitmen untuk mendukung Indonesia dalam memperkuat ketahanan pangan nasional, termasuk melalui pemenuhan kebutuhan pupuk serta perluasan pasokan produk pertanian dan pangan, seperti produk susu dan turunannya,” terang DPM Karankevich.
Menanggapi komitmen tersebut, Airlangga menyambut baik dukungan Belarus dan menegaskan pentingnya memperkuat kerja sama di sektor industri manufaktur, perdagangan, pendidikan, dan kesehatan.
“Indonesia juga memprioritaskan untuk penguatan kerja sama pendidikan di bidang sains, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM) serta mendorong peningkatan kerja sama pendidikan dan riset dengan Belarus,” kata dia.
Lebih lanjut, Belarus memandang adanya potensi kerja sama yang luas di berbagai sektor strategis, antara lain pertanian, ketahanan pangan, pariwisata, sektor medis, serta bidang lainnya.
Sejalan dengan hal tersebut, DPM Karankevich meyakini bahwa peluang kerja sama baru akan semakin terbuka apabila Indonesia menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan Eurasian Economic Union (EAEU) dan menyatakan kesiapan Belarus untuk mendukung Indonesia-EAEU FTA.
Guna memperdalam kerja sama teknis, DPM Karankevich mengusulkan pembentukan working groups yang diisi oleh tenaga ahli kompeten di berbagai sektor.
Kelompok kerja ini dirancang sebagai instrumen untuk menyelesaikan isu-isu spesifik kedua negara.
Belarus juga membuka peluang bagi pertukaran pengetahuan antar-ahli kedua negara serta mendorong adanya kunjungan langsung atau studi banding sebagai media pertukaran pengetahuan bagi para ahli.
Kedua pihak menegaskan komitmen untuk menindaklanjuti seluruh usulan kerja sama strategis yang telah dibahas bersama kementerian dan lembaga terkait, serta menyampaikan hasil pertemuan ini kepada Presiden Prabowo sebagai bagian dari upaya penguatan kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Belarus.
Rangkaian kunjungan Delegasi Belarus kali ini sekaligus menjadi bagian dari persiapan Kunjungan Kenegaraan Presiden Republik Belarus ke Indonesia yang direncanakan akan dilaksanakan pada awal 2026.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
