JAKARTA – Disfungsi seksual merupakan salah satu efek samping paling umum dari kanker dan pengobatannya, dan hal ini sering membuat pasien merasa sangat terganggu. Hampir 85 persen pasien kanker menyatakan kanker berdampak negatif pada kesehatan seksual. Namun hanya sebagian kecil pasien yang melaporkan tim medis mereka pernah memulai pembicaraan tentang hal ini.
Disfungsi seksual dapat dialami oleh pasien dengan semua jenis kanker, meskipun seringkali hanya pasien dengan kanker yang langsung memengaruhi organ seksual atau reproduksi yang ditanyakan mengenai hal ini.
Gangguan yang memengaruhi seksualitas dan keintiman biasanya bersifat multifaktorial, artinya ada banyak faktor yang bisa memengaruhi keinginan dan keintiman seksual, antara lain:
– Efek samping dari kemoterapi dan radiasi dosis tinggi
– Ketidaknyamanan fisik setelah operasi atau radiasi
– Kerusakan pada serabut saraf di organ seksual
– Kelelahan
– Mual
– Penurunan libido akibat terapi hormon
– Disfungsi ereksi setelah operasi
Faktor psikologis juga memegang peranan penting, karena kecemasan selama pengobatan atau ketidakpuasan terhadap citra tubuh dapat menurunkan hasrat seksual.
Masalah ini bisa bertahan bertahun-tahun setelah pengobatan. Penelitian menunjukkan bahwa 50 persen pria dan 80 persen wanita yang menjalani transplantasi sel punca mengalami disfungsi seksual, dengan 20-49 persen pria dan 40-71 persen wanita melaporkan tidak aktif secara seksual antara lebih dari 1 hingga 5 tahun setelah transplantasi.
Meski demikian, sebagian besar pasien tetap tidak menerima edukasi atau dukungan untuk mengatasi efek samping ini setelah transplantasi.
Untuk membantu mengatasi tantangan ini, sekelompok peneliti melakukan uji coba pilot dengan menggunakan aplikasi mobile multimodal untuk membantu pasien kanker darah yang mengalami stres akibat disfungsi seksual beberapa bulan setelah transplantasi sel punca.
Dr. Betty K. Hamilton dari Cleveland Clinic Cancer Institute yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut menulis editorial di JNCCN mengenai topik penting ini dan dampaknya terhadap penyintas kanker. Ia memuji tim peneliti karena menemukan cara baru untuk menangani efek samping yang sering diabaikan ini.
“Semakin banyak pasien yang hidup lebih lama dengan kanker, semakin penting untuk menangani isu kualitas hidup seperti kesehatan seksual,” kata Dr. Hamilton, dikutip dari laman Cleveland Clinic.
“Beberapa tenaga medis mungkin enggan membahasnya karena merasa tidak nyaman, tetapi penelitian ini menekankan pentingnya membicarakan kesehatan seksual, bahkan pada populasi pasien yang kompleks, dan menunjukkan bahwa hal ini sangat mungkin dilakukan,” jelasnya.
Dalam penelitian ini, pasien secara acak diberikan akses ke aplikasi digital bernama SHIFT atau mendapatkan perawatan biasa yang ditingkatkan, terdiri dari sesi dengan dokter transplantasi sel punca dan materi edukasi.
Aplikasi ini merupakan alat visual yang memandu pasien melalui berbagai masalah biologis, interpersonal, sosial, dan psikologis. Dengan gamifikasi dan latihan keintiman, aplikasi ini menawarkan teknik yang bisa dicoba pasien dan pasangan mereka secara privat di rumah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini memberikan hasil positif, termasuk meningkatnya minat seksual, lebih banyak kepuasan dari pengalaman seksual, tingkat kecemasan terkait seks yang lebih rendah, dan peningkatan kualitas hidup.
Dr. Hamilton menekankan pentingnya menormalkan dukungan kesehatan seksual.
“Jangan takut untuk membicarakannya, sama seperti gejala lainnya. Masalah setelah pengobatan biasanya paling baik ditangani sejak awal. Tidak pernah terlalu dini untuk membahas topik ini, bahkan jika hanya sekadar memberi edukasi singkat kepada pasien bahwa pengobatan dapat memengaruhi libido dan ada sumber daya untuk membantu.” ujarnya.
Bagi dokter yang baru mengenal topik ini, mungkin perlu waktu untuk terbiasa melakukan diskusi semacam ini.
“Seperti halnya percakapan sulit lainnya, perlu latihan, dan tidak akan selalu sempurna setiap saat,” kata Dr. Hamilton.
“Intinya adalah pasien ingin tenaga medis mereka membahas masalah ini.” lanjutnya.
