Surabaya (beritajatim.com) – Pelatih kepala program MilkLife Soccer Challenge, Timo Scheunemann, menyebut perkembangan sepak bola putri terus meningkat di berbagai daerah di Indonesia. Banyak talenta muda bermunculan melalui turnamen kelompok umur, termasuk Hydroplus Soccer League yang berlangsung di Surabaya.
Timo menilai kualitas peserta pada tahun pertama penyelenggaraan turnamen tersebut melampaui ekspektasinya.
“Lebih baik dari yang saya perkirakan. Memang secara kualitas masih di bawah Bandung dan Jakarta, tapi ini tahun pertama dan hasilnya sudah bagus sekali. Kualitasnya di atas prediksi saya,” ujar Timo, Minggu (21/12/2025).
Pencapaian ini tidak lepas dari kerja panjang tim MilkLife Soccer Challenge yang konsisten mendatangi sekolah-sekolah untuk mengenalkan sepak bola putri.
“Selama lebih dari satu tahun kami mendatangi sekolah-sekolah dan instansi untuk mengajak mereka bermain sepak bola. Itu proses yang tidak sederhana,” ucapnya.
Timo juga mencontohkan lonjakan jumlah pemain putri di Kudus. Tiga tahun lalu hanya ada satu pemain perempuan, kini jumlahnya mencapai 2.200 pemain.
“Di Kudus dan sekitarnya sekarang sudah ada 2.200 pemain putri. Itu baru satu wilayah,” jelasnya.
Di Jakarta pun pendekatan ke sekolah dan instansi dilakukan bertahap. Pada gelaran pertama hanya sekitar 20 sekolah berpartisipasi, kemudian meningkat menjadi 60 sekolah, hingga mencapai 220 sekolah pada pelaksanaan terakhir.
“Ini sebuah movement yang sangat positif. Sampai sekarang kami bahkan kewalahan karena harus melakukan kualifikasi masuk MilkLife. Sekolah yang ingin ikut sangat banyak,” imbuhnya.
Menurut Timo, keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan Djarum Foundation, termasuk peran media dalam menyampaikan pesan positif tentang sepak bola putri. Ia menyebut ekosistem kompetisi kini sudah tersusun berjenjang, mulai tingkat SD, SSB, hingga perguruan tinggi.
“Kita sudah punya jembatan dari SD sampai universitas. Ini penting supaya orang tua tidak khawatir. Anak main bola itu untuk apa? Kalau bagus, bisa lanjut kuliah lewat jalur sepak bola,” katanya.
Lebih dari sekadar prestasi, Timo menekankan bahwa kesenangan bermain sepak bola harus menjadi fondasi utama. Menurutnya, olahraga ini berperan besar dalam kesehatan mental, sosial, dan pembentukan karakter anak.
“Nomor satu itu senang. Jangan sampai lupa, dia main bola karena senang, bukan karena terpaksa. Kedua, pengembangan karakter. Soal jadi pemain nasional atau profesional, jangan terlalu muluk-muluk,” pungkasnya. (way/but)
