JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan pertumbuhan sektor perbankan Indonesia tetap positif pada tahun 2026.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyampaikan optimisme ini didorong oleh perkiraan penurunan suku bunga global dan domestik yang berkelanjutan, yang diharapkan dapat meningkatkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan menurunkan biaya dana.
“Jika penghimpunan dana cukup positif, maka ketersediaan likuiditas akan terjaga dan membantu perbankan dalam melaksanakan penyaluran kredit,” jelasnya dalam keterangannya, Minggu, 21 Desember.
Dian menyampaikan penurunan suku bunga global juga diperkirakan akan mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk berbagai kepentingan ekonomi, sehingga pertumbuhan kredit diharapkan tetap kuat.
Selain itu, OJK memproyeksikan rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan tetap rendah, di kisaran plus minus 2 persen, meskipun tekanan masih datang dari segmen kredit UMKM.
Ia menyampaikan sektor ini menjadi salah satu yang paling cepat tumbuh saat ekonomi ekspansif, namun juga paling rentan saat kondisi makro melemah.
Dian menyampaikan implementasi berbagai program pemerintah serta dukungan kebijakan fiskal, perdagangan, industri, dan investasi diperkirakan akan meningkatkan efek multiplier ke konsumsi rumah tangga dan investasi dunia usaha, sehingga mendorong permintaan kredit perbankan.
Berdasarkan laporan Rencana Bisnis Bank yang disampaikan pada akhir November 2025, pertumbuhan kredit pada 2026 diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2025.
“Ruang penurunan suku bunga global dan domestik masih tersedia di tahun depan, sehingga diharapkan dapat berdampak positif pada pertumbuhan DPK dan ketersediaan likuiditas dan membantu perbankan dalam melaksanakan penyaluran kredit,” tuturnya.
Ia menambahkan ketahanan perbankan yang ditunjukkan oleh tingkat permodalan juga diproyeksikan tetap kuat, berfungsi sebagai buffer terhadap ketidakpastian ekonomi global sekaligus mendukung pertumbuhan sektor perbankan.
